web page hit counter
Senin, 7 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sekolah Katolik dalam Pendidikan 4.0

3.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Saat ini dunia pendidikan kita memasuki Era Revolusi Industri 4.0 (generasi keempat) di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah dunia kita. Integrasi pemanfaatan teknologi dan internet yang begitu canggih dan masif telah mengubah perilaku dunia usaha dan perilaku masyarakat. Lahirnya komputer super, robotrobot canggih telah menggeser layanan konvensional menjadi layanan online seperti ojek online, taxi online, pasar online. Terjadi revolusi dalam dunia industri kita, banyak pekerjaan hilang karena digantikan oleh robot yang serba otomatis. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutin dan harian sudah biasa diambil alih oleh mesin. Ke depan pekerjaan yang masih belum bisa diambil alih oleh mesin dan robot adalah pekerjaan yang membutuhkan kemampuan analisa, kemampuan berkolaborasi dan kemampuan mengambil keputusan.

Saat ini masyarakat butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis, tapi yang mampu berpikir kritis, menganalisis, memecahkan masalah, berkolaborasi, kreatif, dan inovatif. Menghadapi Industri 4.0 kita butuh SDM yang kompeten. Bagaimana sekolah-sekolah kita menjawab tantangan ini? Cara terbaik adalah menyiapkan anak didik yang sedang belajar di sekolah-sekolah kita untuk mampu memasuki Zaman Industri 4.0.

Baca Juga Artikel:  Penulisan Gelar "Kardinal" di Depan atau Tengah

Konkretnya, sekolah-sekolah kita perlu mampu: (a) membentuk pola pikir anak-anak zaman now; (b) mengasah dan mengembangkan bakat unik setiap peserta didik; (c) mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman now. Pada Era Pendidikan 4.0 peran pendidik bukan sekadar ‘mentransfer ilmu’ namun juga membangun karakter peserta didik. Di setiap unit sekolah, pendidik melahirkan peserta didik yang kreatif, inovatif, mampu menjawab tantangan zamannya.

Proses pembentukan pola pikir terjadi melalui proses interaksi guru-siswa. Ketika guru mengajar dengan membuka wawasan dan mengajak peserta-didik untuk ikut berpikir, menganalisa dan memecahkan masalah, pada saat itulah terjadi proses pembentukan pola pikir peserta didik. Cara mengajar guru membentuk cara pikir peserta didik. Maka metode pengajaran yang menekankan hafalan, ulangan harian, remedial sudah tidak sesuai lagi. Sebaliknya dibutuhkan Sistem Pembelajaran 4.0, yakni pembelajaran yang lebih inovatif dan merangsang kreativitas dalam diri peserta didik. Sistem pembelajaran yang meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan Information Technology (IT), big data, melakukan analisis dan memanfaatkan kekuatan siber.

Baca Juga Artikel:  "Kuasa Gelap": Demon is Real!

Dengan demikian para guru-guru kita perlu mengembangkan kemampuan mengajar dengan melibatkan inter disipliner ilmu pengetahuan, sehingga pengetahuan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Guru-guru kita perlu menguasai dan piawai menggunakan Metode Mengajar 4.0 seperti Metode Project Based Learning (PjBL), Metode STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) yang terintegrasi. Para guru-guru perlu mengupdate diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru melalui terobosan-terobosan baru dalam cara belajar-mengajar. Seperti melaksanakan pembelajaran online, menciptakan video pembelajaran, dan menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Guru-guru 4.0 mesti mampu mengajar lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh peserta-didik.

Singkat kata, agar sekolah-sekolah kita tetap eksis memasuki Era Industri 4.0, kita perlu meningkatkan kualitas SDM (terutama guru-guru) kita dalam tiga bidang berikut: (a) Literasi Digital: kemampuan mengajar dengan melibatkan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. (b) Literasi Teknologi: guru-guru kita perlu dimampukan untuk memahami cara kerja aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles) terutama guru-guru yang mengajar matematik dan pelajaran IPA (science); (c) Literasi Humaniora: yakni guru-guru kita piawai berkomunikasi efektif, penuh penghargaan sesuai nilai-nilai dan etika.

Baca Juga Artikel:  "Kuasa Gelap": Demon is Real!

Fidelis Waruwu

HIDUP NO.01 2019, 6 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles