HIDUPKATOLIK.com – Ragam informasi dapat dengan mudah kita jumpai dalam media sosial di dunia maya seperti di aplikasi instagram, facebook, youtube, dan whatsapp. Namun ditengah banjirnya informasi di tengah era zaman digital ini kerap kali kita sulit mengidentifikasi mana berita yang benar atau salah alias hoax.
Bob Schieffer, wartawan radio dan televisi kawakan Amerika yang telah berkarya selama 60 tahun lebih dibidang itu, dalam buku “Overload: Finding the Truth in Today’s Deluge of News”. Ia menyebutkan, kesulitan mencari informasi itu karena praktis semua orang yang punya telepon pintar atau komputer bisa menyampaikan pendapatnya lewat jaringan media sosial.
Demi menjawab kebutuhan akan bersosial media secara bijak di tengah perkembangan teknologi komunikasi digital yang kian marak, Tim Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengadakan serangkaian Workshop pada 18-20 Maret 2019 di Pematang Siantar, Sumatra Utara.
Pelatihan diawali dengan katekese media sosial yang dibawakan oleh Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, Pastor Kamilus Pantus, Pr. Imam diosesan Keuskupan Weetebula itu menyampaikan materi mengenai pandangan Gereja tentang internet dan penggunaan sosial media.
Pengusaha muda di Nusantara Segar Global yang kerap disapa Margie itu menyampaikan beberapa tips untuk mengenali/ mendeteksi konten hoax:
1) cek di situs aduan konten seperti di https://turnbackhoax.id -> masukkan kata kunci berita yg dicurigai, lalu klik search, jika berita sudah terdeteksi hoax, maka infonya akan muncul, demikian juga jika berita sudah terklarifikasi.
2) cek sejarah website di https://who.is/ Lewat situs ini, kita bisa mengetahui informasi tentang satu website, sudah berapa lama aktif, siapa pembuatnya, alamatnya di mana. Jika web baru dibuat dan identitasnya ngga jelas, patut dicurigai!

3) cek gambar di http://images.google.com di laptop. Simpan gambar lalu unggah (upload) di google image.

Google akan mencari gambar serupa di berita lain. Jika ada berita lain dengan gambar serupa, bisa dicurigai gambar merupakan misinformasi
4) cek narasumber: cari nama yang disebut dalam artikel, lalu cek di google. Apakah betul nama itu ada dengan peranan terkait? Jika ada, apakah betul pernah bicara demikian?
5) cek alamat situs: dimirip-miripkan dengan situs kenamaan? Identifikasi apakah namanya memiliki keanehan tertentu, hampir sama dengan situs yang terkenal?
6) fakta atau opini? Jika artikel lebih banyak mengandung opini, berhati-hatilah mengambil kesimpulan karena cenderung tendensius.
Antonius Bilandoro