Unpar dan Banjir

219
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Selamat Hari Ulang Tahun ke-65, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung pada hari Jumat, 17 Januari 2020. Dengan pencapaian usia seperti itu, Unpar menjadi universitas swasta tertua di Jawa Barat dan Banten atau Tatar Sunda. ‘Keberhasilan’ universitas ini, yang tentu saja tak sekadar bertahan, tapi juga secara akademik menggoreskan prestasi membanggakan baik di level lokal, nasional, maupun internasional; secara non akademik pun patut diajungi jempol. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari kedalaman dan kekuatan fondasi yang diletakkan para pendiri universitas ini 65 tahun lalu, Mgr. N.J.S. Geise, OFM dan Mgr. P.M. Arntz, OSC. Mereka tentu sangat memahami bahwa universitas berlebel Katolik ini akan menghadapi tantangan yang tidak ringan untuk hadir dan berbakti di daerah yang mayoritas warganya Sunda dan memeluk agama Islam. Dan, nyatanya, pada perayaan ke-65 ini, mahasiswa terus meningkat, sudah barang tentu mereka mayoritas dari saudara-saudari kita beragama Islam yang datang bukan hanya dari Tatar Sunda tapi juga Nusantara. Begitu pun dengan penambahan fakultas progam sarjana, magister, bahkan doktor. Para pengelola pun berasal dari kalangan pluralis.

Pada HUT tahun lalu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, jelas-jelas mengakui besarnya sumbangsih Unpar bagi pembangunan dan pengembangan Provinsi Jawa Barat dan Banten (Tatar Sunda). Ia mengatakan, saat menjadi Wali Kota Bandung, ia telah memboyong para sarjana dan profesor dari Unpar; ketika terpilih menjadi gubernur, ia menantang partisipasi Unpar dalam membangun Jawa Barat pada khususnya, dan Indonesia. Menurut Ridwan saat itu, kawasan Jawa Barat adalah salah satu kawasan yang rawan banjir dan tanah longsor, perlu normalisasi kawasan hijau, sungai, termasuk Sungai Citarum yang sudah amat polut itu. Ridwan mengajak langsung agar Unpar terlibat dalam penanganan dan pemberdayaan serta membuat Jawa Barat menjadi provinsi terbaik di Indonesia.

Kehadiran Unpar memang telah dirasakan dampak positifnya oleh masyarakat setempat dan sekitar. Unika ini tak sungkan-sungkan dan mengusung kearifan lokal sebagai taglinenya: Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bakti (Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu untuk Dibaktikan kepada Masyarakat). Jika boleh disebut, Unpar berhasil merekatkan kehadirannya di Tatar Sunda, hal itu menjadi modal yang kuat untuk menatap tantangan yang tak kalah ringan ke depan. Di samping terus memperdalam relasi-persahabatan dengan masyarakat lokal, tantangan global telah lama menunggu di depan sana. Dengan cita-cita menjadi “the Great Unpar”, diperlukan kerja keras dan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan.

Dunia kini semakin cepat berubah dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Dampaknya sangat kentara pada dunia pendidikan, dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Unpar ada dalam pusaran tantangan tersebut. “The Great Unpar” akan menjadi kenyataan jika dibarengi dengan aksi nyata dan terukur. Bagaimana mengatasi masalah banjir dan tanah longsor di Jawa Barat, salah satu di antara sekian tantangan, yang perlu dijawab Unpar.

HIDUP NO.02 2020, 12 Januari 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here