PERKOKOH PERSAUDARAAN

101
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM HAMPIR di setiap event ke­­aga­ma­an besar di Provinsi Nusa Teng­garaTimur (NTT), yang pen­du­duknya kebanyakan Kristiani, umat ber­agama lain, terutama Muslim, sela­lu tampak terlibat. Sebut saja dalam tah­bisan imam atau uskup. Senandung dan indahnya tarian dan musik rebana acap­kali ikut menyemarakkan perayaan iman di wilayah ini.

Bukan suatu yang asing pula, saudara-saudari Muslim aktif dalam kepanitiaan. Bukanlah sesuatu yang janggal pula, ke­tika Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat mendapuk Ketua Pe­­­ngu­rus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) NTT, Jamaludin Ahmad menjadi Ke­tua Panitia Pesta Paduan Suara Gerejani Ka­to­lik (Pesparani) ke-2 Tingkat Nasional yang se­dianya akan digelar akhir tahun 2020, namun karena pandemi Covid-19 ditunda tahun 2021 mendatang.

Provinsi NTT dinobatkan sebagai pro­­­­­­vin­si tertinggi tingkat tertoleransi di Indo­nesia tahun 2019 lalu. Fakta di la­pang­­an memang membuktikan hal itu. Ma­­­­sya­rakat akar rumput, juga pimpinan aga­ma pada level masing-masing, sejak ne­­nek-moyang, telah terbiasa dengan per­­bedaan dalam hal iman, namun tidak men­­jadi penghalang dalam merajut per­sau­daraan dalam praktik sehari-hari. Hal itu tak terlepas dari didikan para mi­sio­naris hingga para imam pribumi saat ini. Gereja lokal membangun komunitas yang inklusif, terbuka, menjunjung tinggi per­bedaan sebagai perekat kebersaman.

Saat tulisan ini diturunkan, saudara-saudari kita umat Muslim masih di dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1441 H atau Lebaran setelah melewati masa puasa.  Pe­ra­yaan tahun ini memang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena pan­demi Covid-19. Namun, hal itu tidak sedikit pun mempengaruhi semangat kita untuk tu­rut bergembira bersama. Ungkapan ke­gem­biraan itu dapat disampaikan melalui beragam flatform media sosial modern termutahir.

Konsili Vatkan II telah mendorong baik umat maupun hierarki untuk membangun persaudaraan yang inklusif. Belakangan ini, Paus Fransiskus, sejak terpilih, terus meng­gelorakannya. Ia tidak berhenti ha­nya dengan kata-kata, tetapi dengan per­buatan. Ia mengunjungi Uni Emirat Arab dan menandatangani Dokumen Abu Dha­bi tahun 2019 lalu. Ia pun mengajak semua agama-gama di dunia untuk berdoa, ber­puasa, dan berbelarasa bersama pada hari Kamis, 14 Mei 2019 lalu.

Upaya-upaya untuk membangun dan me­­wujudkan persaudaraan antarmansia (insa­­ni) ini bukan tanpa rintangan. Tin­dak­an-tindakan intoleran, radikalisme, dan terorisme masih menghantui dunia. Bagai­mana menghadapinya? Tidak ada pi­lihan lain, kecuali dengan gerakan ber­sa­ma semua pihak yang berkehendak baik tanpa sekat. Kerukunan yang dirajut di NTT hanyalah salah satu dari sekian gerakan lintas iman yang terus diperkokoh be­lakangan ini. Termasuk gerakan ber­sa­ma lintas iman dalam menghadapi pan­demi ini, memberikan bantuan bagi saudara-saudari kita yang terhempas oleh wabah ini tanpa membeda-bedakan latar-belakang.

Dari lubuk hati yang terdalam, majalah ini pun menyampaikan ucapan Selamat Ha­ri Ra­ya Idul Fitri 1441 H. Kita perkokoh per­sa­tuan dan persaudaraan insani kita ke depan. 

HIDUP NO.22, 31 Mei 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here