Peletakkan Batu Pertama Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sangalla Utara, Toraja

236
Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Yohanes Bayu Samodro meletakka batu pertama di pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sa'pak Bayobayo, Sangalla Utara, Toraja, Sulawesi Selatan pada Minggu, (27/9)/Dok. Ditjen Bimas Katolik
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM-GEREJA Keuskupan Agung Makassar, khususnya Gereja Toraja terus memperkaya penghayatan iman dengan hadirnya pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sa’pak Bayobayo, Sangalla Utara, Toraja, Sulawesi Selatan.

Kehadiran tempat ziarah ini ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Yohanes Bayu Samodro, Minggu, 27/9.

Peletakkan batu pertama ini dihadiri Uskup Agung Makassar Mgr. Johannes Liku Ada’, Kakanwil Kementerian Agama Sulawesi Selatan H. Anwar Abubakar, dan segenap tokoh umat dan umat Katolik Toraja.

Dirjen Bimas Katolik berpesan agar tempat ziarah ini menjadi salah satu wujud penghayatan iman bagi umat Katolik. Menurutnya, ketika berziarah seseorang mau meninggalkan kesibukannya dan menyatukan pikiran dan perasaan pada apa yang dihayatinya. Seperti Gereja yang sedang berziarah, juga Bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, kita pun diharapkan dalam hidup ini terus berziarah menuju tanah terjanji.

“Semoga adanya pusat ziarah menjadi sarana terbaik untuk meningkatkan iman umat Katolik sehingga mampu menjadi garam dan terang bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia,” harap Dirjen.

Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sa’pak Bayobayo terletak di Lampio, Lembang (Desa) Saluallo, Kecamatan Sangalla, Tana Toraja. Di dalam kawasan yang baru dibuka pada Minggu, 2 Oktober 2016, ini terdapat banyak keunikan. Ada tempat ziarah Keluarga Kudus dari Nazareth. Juga ada rute jalan salib, yang menceritakan perjalanan dan saat-saat akhir kehidupan Yesus Kristus di dunia.
Penyerahan patung Keluarga Kudus Nazareth dari Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro (kiri) kepada Mgr. Johannes Liku Ada’/Dok. Ditjen Bimas Katolik

Di lokasi ini juga terdapat kuburan tua yang sudah berumur ratusan tahun. Ada gua-gua alam, sungai kecil, dan pepohonan rindang. Tidak jauh dari lokasi jalan salib itu, masih ada tempat pemujaan agama suku, yang sampai sekarang jarang lagi digunakan oleh para penganut agama tradisional.

Saat peresmian, Mgr. John mengatakan tempat ini didesain menyatu dengan alam dan budaya setempat. Ada pesan yang kuat yaitu inkulturasi. Menurutnya, kehadiran Gereja di Indonesia tak lepas dari identitas budaya. Gereja yang memiliki sifat yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik melekat erat dalam budaya-budaya. “Gereja pada dasarnya selalu membuka diri pada budaya-budaya. Fungsi Gereja memberi penghayatan yang benar akan Allah di tengah nilai-nilai budaya yang berbeda-beda,” ungkapnya.

Maka, kehadiran pusat ziarah ini menunjukkan Gereja Toraja berkembang tak lepas dari penghayatan masyarakat Toraja. Gereja mengakar di tengah nilai-nilai budaya yang pada dasarnya sejalan dengan penghayatan Gereja.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here