HIDUPKATOLIK.COM – Memperingati 10 November
Bukan sekadar berucap selamat hari pahlawan
Tapi sungguh darah yang pernah tercecer
Menjadi janji melanjutkan perjuangan
Kiranya jasa serta nama itupun abadi terukir
Pernah ada film lawas bertajuk November 1828 besutan sutradara Teguh Karya dan menyabet tujuh penghargaan termasuk dinobatkan sebagai Film Terbaik di Festival Film Indonesia 1979. (wuuuih… jadul banget ya…) Film ini berkisah soal pemberotankan sekelompok penduduk di Jawa melawan penjajahan Hindia Belanda. Sepanjang kisah sarat dengan tema loyalitas dan penghianatan. Sekarang sudah November 2020 dengan ragam kisah epic di tengah pandemi. Tahun 2020 yang teramat istimewa dan penuh perjuangan yang tidak mudah.
Suatu ketika di bulan November beberapa tahun silam, di perhelatan anak muda, kebetulan aku jadi pembawa acara. Karena di bulan November ada peringatan hari Pahlawan, aku bikin permainan sederhana begini: “Sebut nama pahlawan yang jadi idola kalian!” Langsung terdengar suara riuh rendah khas anak muda menjawab pertanyaan. Rebutan sampai ribut.
Captain Amerika
Thor…
Black Phanter
Hulk, Cat Woman, …, …, …, …!
Bahkan ada yang sebut Gal Gadot. Artis cantik berkebangsaan Israel pemeran Wonder Woman. Hmmmm…..!
Lalu, masih bulan November tapi tahun berbeda, di sebuah keramaian lain bersama para pasien kanker anak, semua bergembira melihat adik adik pasien tampil semangat, kuat dan bertahan meski dalam tubuh kecil mereka bercokol penyakit ganas di usia sangat belia. Karena itu pulalah mereka disebut sebagai pejuang kanker. Di pesta meriah itu, setiap anak mendapat hadiah tas dengan sablon di mana sebelumnya sudah ditanyakan pada tiap anak siapa pahlawan idolanya dan wajah itulah yang tergambar di sablon tas.
Paras sumringah terlihat saat menerima tas dengan beragam figur super hero semacam Superman, Spiderman, Batman, Ultraman, Ironman Power Rangers, Naruto, Black Phanter …., ., .., …!
Keningku berkerut.
Jelas aku kenal semua figur itu, api kenapa tak satu pun tertera pahlawan sesungguhnya? Bukan fiksi. Minimal saat menyebut nama lidah tidak keserimpetlah. Bahkan aku pun sempat mengikuti kesedihan massal berbalut kecewa para penggemar saat ‘pahlawan’ Naruto dinyatakan ‘mati’ oleh penulisnya. Dan ramai pembahasan soal ini di media sosial.
Kembali aku mengajak bermain menyebut nama-nama pahlawan sebagaimana biasa dengan iming-iming hadiah sekantong coklat. Lagi-lagi berulang nama para super hero di atas.
Tiba-tiba terdengar satu teriakan: Gundalaaaaaaa…..!
Anak lain berteriak.. yaaaa.. iyaa.. Gundala… Gundala…….! Suara riuh rendah memenuhi ruangan.
Akhirnya… ada juga nama Indonesia terdengar dan dikenali anak anak, setelah diangkat kembali dalam sebuah film masa kini lewat kepiawaian abang Joko Anwar dan diperankan dengan amat ciamik oleh Abimana Aryasatya.
Dalam harap aku bersabar menunggu akan tersebut satu saja nama pahlawan nasional yang berperang memperjuangkan kemerdekaan ini. Semisal Cut Nyak Dien atau nama lainlah? Tak disangka dari pojokan nyaris tak terlihat, satu anak berteriak menyebut Pangeran Diponegoro.
Ini dia…..! Senyumku mengembang dan sepotong coklat di tangan pun berpindah pada anak itu. Berharap bakal jadi pembuka terlontar nama lain seperti Sisingamangaraja, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar atau Bung Tomo misalnya. Tapi bukan nama yang keluar, sejurus malah terdengar suara riuh bertanya-tanya siapa itu Pangeran Diponegoro? Wajah anak-anak lain tampak kusut sambil saling pandang seakan mohon penjelasan. Ahhh.. senyum yang sempat terkembang mendadak pupus, disusul seluruh garis bibir berkumpul. Pahlawan yang dikenal sudah berbeda dengan pahlawan yang pernah ada. Popularitas para ‘super hero’ lebih mendominasi. Ini realita.
Tja..! Acara pun usai. Semua bergegas pulang dengan sukacita menyandang tas bergambar ‘pahlawan’ idola masing-masing. Sekilas melintas satu anak di depanku, tampaknya peserta paling dewasa. Tasnya tanpa gambar tapi ada tulisan ADRIAN. Kutanya kenapa tasnya tidak bergambar salah satu super hero seperti lainnya.
“Ini pahlawan saya, Adrian,” ujarnya santai.
Aku berusaha berpikir keras Adrian itu pahlawan dari daerah mana dan kisah heroiknya seperti apa ya? Sekaligus mencoba mengingat adakah tokoh animasi bernama Adrian. Seakan tau aku bingung, dia menjelaskan lagi: “Adrian nama saya, dan saya pahlawan.”
Mulutku ternganga.
“Saya akan jadi pahlawan untuk diri sendiri. Pahlawan kan berjuang, dan perjuangan melawan penyakit ini sudah sejak kecil sampai usia sekarang membuat saya bisa bertahan hingga kini. Saya akan tetap berjuang untuk menang. Sama seperti pahlawan dulu berjuang sampai titik darah penghabisan, sayapun begitu,” ujarnya penuh percaya diri dan tentu saja ini mengharukan.
Mulutku terkatup. Tak mampu berkata.
Begitulah..! Setiap orang pun bisa jadi pahlawan, minimal bagi diri sendiri, syukur-syukur juga untuk lingkungan terdekat bahkan orang lain. Sebagaimana adik-adik pejuang kanker ini dengan semangat menjalani rangkaian pengobatan di tubuh mungilnya inipun sudah menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.
Permisiiii ..
Ini sekadar obrolan di kumpulan orang muda
Ketika menggambarkan pahlawan versi mereka
Meski tak tersebut nama pejuang kita
Tapi tetap tercatat di haribaan bangsa
Mereka telah membawa kita ke pintu merdeka
Selamat Hari Pahlawan
Salam Cinta: Ita Sembiring, Pekerja Seni/Kontributor