HIDUPKATOLIK.com – Tit. 3:1-7; Mzm. 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Luk. 17:11-19
RASUL Paulus menegaskan, Allah menyelamatkan kita bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan Roh Kudus (3:5). Kita berbuat baik bukan untuk membeli keselamatan namun sebaliknya, pengalaman diselamatkan Allah memampukan kita
menjadi saksi yaitu menjadi tanda kebaikanAllah bagi sesama.
Hari ini Gereja merayakan Santo Martinus yang lahir tahun 335. Ayahnya perwira tinggi kafir di Roma yang memaksanya menjadi tentara. Pada usia 10 tahun ia diam-diam belajar agama dan dibaptis. Perjumpaan Martinus dengan seorang pengemis telah mengubah
hidupnya. Martinus melihat Tuhan dalam diri pengemis itu. Ia meninggalkan dinas tentara dan mengikuti panggilan Tuhan untuk menjadi imam. Pada usia 55 tahun ia menjadi Uskup, penegak iman dan pembela keadilan.
Perjumpaan otentik dengan Allah dapat mengubah hidup kita menuju kepenuhan rahmat. Tidak selalu mudah. Dari sepuluh penderita kusta yang ditahirkan, hanya satu orang yang melihat wajah Allah dalam karya Yesus dan kembali untuk memuliakan Allah. Ia tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur. “Dimanakah yang sembilan orang itu?”, tanya Yesus (17:15-17). Adakah kebaikan sesama yang kurang aku syukuri dan tidak mendorongku untuk memuliakan Allah?
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta
