Sejak Kapan Ada Tradisi Pembaptisan

1651
Ilustrasi (Dok. Aleteia)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Romo, saya ingin mengetahui sejak kapan tradisi pembaptisan dalam agama Yahudi? Dalam Perjanjian Lama, saya tak menemukan adanya pembaptisan. Dalam Perjanjian Baru, ada pembaptisan yg dilakukan Yohanes Pembaptis. Terima kasih, Romo Kris!

Severinus, Garut

Katekismus Gereja Katolik menyebutkan beberapa pratanda pembaptisan dalam Perjanjian Lama. Simbolisasi air menjadi kata kunci di dalamnya, sebagaimana dinyatakan dalam doa pemberkatan air baptis di malam Paskah, “Engkau memilih air, supaya ia menunjuk pada rahasia pembaptisan”.

Dituliskan dalam Katekismus tersebut bagaimana saat penciptaan, air sebagai sumber kehidupan dan kesuburan, bahkan seakan “dinaungi” oleh Roh Kudus (Lih. Kej. 1:2). Demikian pula air menjadi tanda pemurnian dan penyelamatan, seperti dalam kisah Nuh, penyeberangan Laut Merah dan Sungai Yordan, saat umat Israel memasuki tanah terjanji.

Petrus dalam suratnya menyebut peristiwa Nuh dengan perahunya, yang menyelamatkan sejumlah orang dari air bah, sebagai kiasan akan pembaptisan, yang kini bukan diselamatkan oleh perahu namun oleh kebangkitan Kristus (Lih. 1 Ptr. 3:20- 21). Demikian Paulus memakai gambaran penyeberangan bangsa Israel di Laut Merah dengan mengatakan, “Mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor. 10:1-2). Malahan Yunus saat diselamatkan dari gelombang air laut, dia mengucap syukur atas penyelamatan Allah (Lih. Yun. 2:5-6), sesuatu yang oleh Lukas dipakai sebagai gambaran akan kebangkitan (Lih. Luk. 11:19-32).

Tradisi Perjanjian Lama memiliki kisah tentang pembasuhan dengan air sebelum seseorang masuk ke dalam Kemah Suci (Lih. Kel. 40:12.30-32). Sebelum seorang imam masuk ke dalam tempat kudus diharuskan pula dia membasuh tubuhnya dengan air (Lih. Im. 16:4). Membasuh tubuh dengan air menjadi bagian dari tradisi untuk membersihkan diri dari kenajisan, pun karena membawa atau menyentuh sesuatu yang dipandang najis (Lih. Im. 11:24-40; 14:1-8; 15:1-13; Bil. 19:1-24). Pembasuhan pun tidak jarang digunakan sebagai metafor tentang pembersihan diri, dalam kategori moral dan spiritual. Pun Allah yang bertindak memulihkan kehidupan umat dari kedosaannya digambarkan pula dalam metafor pembasuhan dengan air. Ritual pembersihan diri kemudian berkembang di kalangan umat Israel. Ritual tersebut tidak saja menjadi bagian dari ibadat, namun pula punya ciri eskatologis, penantian akan pemulihan sejati dari Allah.

Dalam catatan dikatakan bahwa penggunaan air sebagai sarana penyucian dan sumber kehidupan dipraktikan pula oleh kaum Eseni, kelompok umat Yahudi yang berfokus pada ulah kesalehan dan ditengarai tinggal di Qumran, memisahkan diri dari kaum Yahudi lain. Mereka menjalani upacara pembasuhan air sebagai tanda menuju suatu kehidupan yang murni dan kedambaan akan rahmat yang menyucikan.

Demikian pula sementara kalangan Yahudi menjalani ritual ini pula saat menerima penganut agama Yahudi ke kalangan mereka. Dari sini kita bisa menyimak kata baptis dimaksudkan sebagai pembasuhan dengan air bagi penyucian atau pengampunan dosa (Lih. Mat. 3:11; Luk. 3:16). Sejauh bisa saya telusuri kata baptis belum dipakai dalam tradisi Perjanjian Lama akan tetapi praktik pembasuhan air sudah lama dijalankan, sebagai bagian dari ritual keagamaan atau kesalehen. Semua itu dimaksudkan sebagai upaya pemurnian atau penyucian, sesuatu yang dalam tradisi Gereja kemudian dikatakan sebagai baptis diperlukan bagi keselamatan, dimasukkan ke dalam persekutuan hidup di dalam Kristus Yesus.

Di awal Injil dikisahkan tentang adanya tradisi baptisan Yohanes. Berbeda dengan tradisi pembasuhan Yahudi, yang dilakukan sendiri, baptisan Yohanes sebagai ritual pembersihan dilakukan oleh orang lain, berlaku sekali untuk selamanya. Baptisan tersebut diperlukan agar orang berbalik, atau bertobat, sehingga layak menerima datangnya Kerajaan Allah. Yesus pun menerima baptisan tersebut, bahkan beberapa murid Yesus pun sebelumnya dibaptis dan mengikuti Yohanes.

Namun pembaptisan Yesus tersebut lebih dikisahkan dalam Injil sebagai peristiwa penyataan diri Allah serta pengakuan akan identitas diri-Nya sebagai Putra Allah. Baptisan Yohanes dengan demikian tidak diperlihatkan sebagai model atau dasar bagi baptisan Kristiani, sebab pralangkah menuju pada pembaptisan Kristus

Tradisisudahadacukuplama,dengan airsebagaisimbolserta sarana utama. Tetapi sebagai praktik baptis bagi pengampunan dosa dan pengantar bagi baptis dalam nama Yesus dan Allah Tritunggal baru dikenal lewat Yohanes Pembaptis (Lih. Kis. 18:25, 19:3-5).

HIDUP NO.06, 07 Februari 2021

 

Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ 
(Teolog Dogmatik)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here