Makna di Balik Jawaban: “Dan Bersama Rohmu”

1954
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – DALAM Tata Perayaan Ekaristi terbaru (TPE 2020), seruan ‘Dan bersama rohmu’ menjadi satu-satunya jawaban umat tanpa alternatif lain (bdk. TPE sebelumnya: ‘Dan sertamu juga’). Ini merupakan terjemahan harfiah dari bahasa Latin ‘Et cum spiritu tuo.’ Seruan ini merupakan jawaban atas salam dari imam ‘Tuhan bersamamu’ (Dominus vobiscum). Dari perspektif historis, ‘Et cum spiritu tuo’ termasuk rumusan liturgis kuno lantaran sudah dipergunakan dalam Liturgi gereja Barat maupun Timur sejak permulaan gereja (Bdk. Traditio Apostolica Santo Hippolitus yang disusun dalam bahasa Yunani tahun 215 M). Tambahan lagi, seruan ini juga paling banyak ditemukan dalam perayaan Ekaristi: ritus pembuka, sebelum pembacaan Injil, saat prefasi, ajakan Salam Damai, dan ritus penutup (berkat).

Dalam hal ini, KWI patut diapresiasi karena mempertahankan terjemahan harfiah seruan ini. Ini selaras dengan instruksi Liturgiam Authenticam (2001): “Ungkapan-ungkapan tertentu yang termasuk warisan dari seluruh atau sebagian besar gereja kuno, juga ungkapan lain yang telah menjadi bagian dari warisan kemanusiaan secara umum, hendaknya dihargai dengan terjemahan secara harfiah mungkin, sebagai contohnya kata-kata tanggapan umat ‘Et cum spiritu tuo’ atau ungkapan ‘mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa’ dalam pernyataan tobat dalam Tata Perayaan Ekaristi” (LA,56).

Akan tetapi, persoalannya adalah sejauh mana umat atau bahkan pelayan Ekaristi memahami arti seruan tersebut. Tidak jarang, kekurangpahaman menimbulkan multitafsir atas seruan tersebut. Secara ringkas, permasalahanya adalah apakah maksud dari kata ‘roh’ (Latin: spiritu) di sini? Apakah ‘roh’ imam? Atau yang lainnya?

Dasar Alkitabiah

Hampir semua rumusan kata-kata baku dalam liturgi memiliki dasar Alkitabiah. Misalnya, salam ‘Tuhan bersamamu’ memiliki dasar Alkitabiah dalam sapaan Boaz kepada para penyabit di ladangnya (Rut. 2:4), salam malaikat TUHAN kepada Gideon (Hak. 6:12) dan salam malaikat Gabriel kepada Maria (Luk 1:28). Sementara itu, seruan ‘Dan bersama rohmu’ kurang lebih dapat dirujuk pada bagian akhir dari surat-surat Paulus seperti: “Tuhan menyertai rohmu. Kasih karunia-Nya menyertai kamu!” (2 Tim. 4:22, lihat Gal.6:18, Fil. 4:23). Di sini, Paulus hendak menegaskan, roh merupakan elemen terpenting dari jati diri spiritual umat Kristiani.

W.C van Unnik, pakar Perjanjian Baru dalam artikelnya “Dominus Vobiscum: The Background of Liturgical Formula”, mencatat bahwa dalam sejumlah perikop dalam Alkitab, kehadiran Allah/Tuhan sangat berkaitan dengan aktivitas Roh yang dinamis dalam diri seseorang atau umat Allah. Aktivitas ini memampukan mereka untuk mengerjakan karya Allah dalam berkotbah, bernubuat, dan bertindak. Misalnya, kitab Bilangan menceritakan Roh TUHAN yang turun atas para tua-tua Israel yang memampukan mereka bernubuat (Bil.11:17). Kitab Hakim-Hakim juga menunjukkan, beberapa hakim (pemimpin dan pembebas Israel) akan tampil dengan penuh kharisma dan menjadi kuat luar bisa jika Roh TUHAN hinggap (menyertai) mereka (Bdk. Otniel, Hak 3:10; Gideon, 6:34; Yefta, 11:29). Yesus juga mengusir setan dengan kuasa Roh Allah (Mat. 12:28).

Injil Lukas dan Kisah Para Rasul paling sering merujuk pada peran Roh Kudus (Roh Allah) yang menyertai setiap perkataan dan aktivitas figur-figur yang dipilih Allah. Beberapa contohnya, Yesus selalu dituntun dan digerakkan oleh Roh (Luk 4:1,2, 14). Petrus dapat berkhotbah setelah memperoleh karunia Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis 2:1-40). Intinya, Roh TUHAN akan selalu menyertai mereka yang dipilih dan diurapi oleh Allah. Keterkaitan antara pengurapan dengan kehadiran Roh Allah ini juga dapat ditemukan dalam nubuat nabi Yesaya: “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku” (Yes 61:1, Bdk. Yes. 11:2 ). Roh ini bukan pertama-tama hadiah gratis dari Allah tanpa ada konsekuensi lebih lanjut. Sebaliknya, ia adalah modal yang dianugerahkan-Nya untuk tugas pelayanan mereka. Sebab, tanpa Roh ini, tugas pelayanan tidak akan dapat dijalankan secara maksimal.

Jika – menurut van Unnik – salam ‘Tuhan bersamamu’ adalah panggilan untuk menghidupkan kembali aktivitas Roh dalam akal budi dan hati umat beriman yang berkumpul untuk beribadah, maka seruan ‘Dan bersama rohmu’ adalah jawaban yang masuk akal sebagai tanggapan atas Roh Allah yang hadir dalam pelayan Ekaristi.

Karya Roh Allah

Sejumlah tokoh dalam gereja mengungkapkan pandangannya berkenaan dengan seruan “Dan bersama rohmu.” Dalam homili pada Hari Pentakosta, Santo Yohanes Krisostomus pernah menjelaskan demikian: Uskup, ketika ia mulai merayakan Ekaristi dan berdoa supaya rahmat Tuhan dianugerahkan kepada umat, yang menjawab “Dan bersama rohmu”, diingatkan bahwa korban (Ekaristi) yang dipersembahkan pertama-tama tidak dikerjakannya oleh kuasanya sendiri, melainkan oleh kuasa Roh (Allah) yang turun dan merasuki rohnya.

Sementara itu, pada zaman modern ini, Henry Ashworth OSB, seorang pakar liturgi, dalam artikelnya “Et cum spiritu tuo” berpandangan bahwa jawaban “Dan bersama rohmu” adalah doa untuk pelayan tertahbis, yang memohon agar aktivitas dan kuasa kreatif dari Roh Kudus kiranya memenuhi atau mengisi rohnya dan memampukannya untuk menaati perintah Kristus “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan daku”.

Dengan cukup melihat dua pandangan di atas, dapat disimpulkan, roh imam jelas tidak terpisahkan, bahkan menyatu dengan Roh Allah sendiri yang hadir dalam perayaan Ekaristi. Dengan kata lain, seruan “Dan bersama rohmu” mau mengamini peran mutlak Roh Allah dalam perayaan Ekaristi. Instruksi Umum Misa Ritus Roma menegaskan hal ini: “Adalah Roh kasih dan kebenaran yang memberikan hidup, yang mengumpulkan kita dan menginspirasikan kita untuk menerima Kristus dalam hati kita dalam pewartaan Firman Tuhan. Karena kuasa Roh-lah seluruh umat beriman dapat ‘menyatukan dirinya dengan Kristus ketika mengakui perbuatan besar yang dilakukan Allah dan ketika mempersembahkan korban; dan (karena kuasa Roh-lah) imam mampu menyampaikan doa Ekaristi dalam nama seluruh komunitas…kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus.”

Dari uraian di atas, lantas bagaimana harus dipahami secara sederhana “Dan bersama rohmu?” Di bawah ini adalah sebuah pemikiran alternatif.

Salam “Tuhan bersamamu” menunjuk pada harapan dan keinginan imam agar umat beriman dilimpahi Roh Allah sehingga ia menyatu dengan Roh Kristus dan roh dirinya dalam perayaan Ekaristi dan kemudian mampu melakukan karya yang mengubah dunia yang dipercayakan Allah kepadanya. Dengan demikian, perayaan Ekaristi adalah karya Roh. Pada saat yang sama, jawaban “Dan bersama rohmu” merupakan  pengakuan dari umat atas rahmat dan kehadiran Kristus yang hadir dan berkarya dalam roh pemimpin ekaristi yaitu imam. Roh Kristus ini hadir dalam diri imam secara unik berkat rahmat sakramen tahbisan. Itulah sebabnya, sebagian ahli berpendapat, bahwa kata ‘roh’ di sini mengacu kepada Roh Kudus yang diterima imam pada saat pentahbisan. Terlepas dari apakah pendapat ini benar atau tidak, di sini tersirat kepercayaan dalam umat beriman, bahwa Roh Kudus akan membantu (roh) imam untuk menjalankan perannya dalam gereja, baik fungsi liturgis maupun profetisnya.

Pernyataan “Dan bersama rohmu” kiranya dapat ditafsirkan secara sederhana demikian: “Kami sungguh mengakui rahmat, kehadiran, dan Roh Kristus dalam rohmu” atau “Dan (kami) bersama dengan Roh (Kristus yang hadir dalam diri)mu. Roh Kristus dalam diri uskup atau imam yang memimpin Ekaristi hadir secara khas dan ini membuat mereka bertindak dalam pribadi Kristus (in persona Christi)Maksudnya, Kristus sendirilah yang memimpin dan melayani melalui mereka sedemikian rupa sehingga Kristus-lah yang sungguh-sungguh imam agung dan pemimpin Ekaristi.

Singkatnya, seruan ‘Dan bersama rohmu’ hendak menegaskan keyakinan ini: perayaan Ekaristi adalah wujud nyata karya Roh (Allah), pemimpin perayaan ini adalah Kristus yang dengan Roh-Nya menyertai dan menguasai pelayan Ekaristi yang tertahbis dan terurapi, perayaan yang dilayani oleh imam (in persona Christi) ini merupakan karya Kristus sendiri. Akhirnya, dalam perspektif sakramental, seruan ‘Dan bersama rohmu’ mendukung prinsip sakramen Ekaristi: “Ex opere operato” (Latin: dari karya yang dikerjakan), yaitu rahmat dan kuasa dalam sakramen pertama-tama berasal dari karya Kristus (ex opere operato Christi) daripada karya dan kuasa manusia.

“Seruan ‘Dan bersama rohmu’ hendak menegaskan keyakinan ini: perayaan Ekaristi adalah wujud nyata karya Roh (Allah),…”

Romo Albertus Purnomo, OFM
Pengajar Kitab Suci STF Driyarkara

HIDUP, Edisi No. 33, Tahun ke-75, Minggu, 15 Agustus 2021.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here