Anggur Terbaik

347
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 16 Januari 2022 Minggu Biasa II Yes.62:1-5; Mzm.96:1-2a, 2b-3, 7-8a, 9-10ac; 1Kor.12: 4-11; Yoh.2:1-11.

KITA bisa secara tak terduga kehabisan sesuatu yang pokok dalam hidup kita. Lalu kita tidak tahu harus berbuat apa. Pada zaman Yesus, anggur adalah minuman utama, dan merupakan hal yang harus ada untuk acara-acara pesta. Maka, kehabisan anggur pada saat pesta nikah berarti kehabisan hal pokok yang bukan saja merusak kelangsungan acara pesta tetapi juga menjadi peristiwa yang akan sangat memalukan bagi tuan rumah.

Sebagai individu, kita mungkin tidak mengalami kehabisan makanan atau minuman, tetapi kita bisa kehabisan dalam arti lain. Kita bisa menjadi pribadi yang terlalu menuntut dan memasang target yang terlalu tinggi bagi diri kita sendiri dan orang lain, sehingga suatu saat, kita kehabisan energi. Kita juga bisa berhadapan dengan sedemikian banyak tantangan, hambatan, kekecewaan, penolakan atau kegagalan, yang membuat inisiatif, kreatifitas dan daya petualang kita habis dan sejak saat itu kita memutuskan untuk bermain aman saja. Pengalaman kehilangan orang-orang tercinta akibat Covid-19 atau penyakit lain yang tak terduga, bisa membuat kita jatuh pada kekecewaan, kesepian dan kehilangan yang begitu besar.

Anggur kita bisa habis! Seorang imam bisa kehabisan anggur ketika ia mandeg, jatuh dalam krisis iman karena mungkin kurang setia mengadakan penyegaran rohani, kurang memberi waktu doa dan refleksi, kurang membaca Kitab Suci dan kurang menghayati Ekaristi.

Khotbahnya akan terasa hambar karena mungkin hanya mengulang-ulang yang sudah pernah dikatakan atau sekadar mengulang apa yang ditemukan di Internet. Dalam hidup keluarga pun, sebagian dari kita bisa kehabisan kualitas cinta kasih ketika mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak terselesaikan dan tidak adanya pengampunan. Kita bisa benar-benar kehabisan anggur, tangki kita bisa benar-benar kosong. Pada saat-saat seperti ini, kita mengalami pengalaman “ditinggalkan” seperti dalam bacaan pertama (Yes. 62:4).

Teks Perkawinan di Kana bisa memberi inspirasi kepada kita yang sedang berada dalam situasi kurang ideal, situasi “kehabisan anggur”. Di Kana, Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur dan ternyata Ia bukan saja menggantikan anggur yang habis tetapi ia juga memberi kualitas terbaik pada anggur itu.

Pemimpin pesta menegaskan hal ini kepada mempelai laki-laki, Kamu telah menyimpan anggur terbaik sampai sekarang. (Yoh. 2:10). Tuhan tidak melakukan ini sendirian! Untuk itu, diperlukan keterlibatan orang lain. Ibunyalah yang membawa krisis anggur itu ke perhatian Yesus dan kemudian memberi petunjuk kepada para pelayan. Para pelayan pada gilirannya melakukan segala sesuatu yang diminta Yesus. Tuhan bekerja melalui mereka yang hadir untuk membawa kehidupan baru keluar dari situasi kehilangan.

Tuhan yang sama terus bekerja dengan cara yang sama hari ini, bekerja secara kreatif dalam situasi kehilangan. Dia terus melayani mereka yang anggurnya sudah habis, tetapi, seperti dalam bacaan Injil, Dia membutuhkan orang yang bisa diajak kerja sama. Dalam bacaan kedua, Paulus berbicara tentang Tuhan yang bekerja dalam segala macam cara yang berbeda pada orang yang berbeda, dan mengacu pada Roh Kudus yang membagikan karunia yang berbeda kepada orang yang berbeda untuk kepentingan bersama (1 Kor. 12:4-7). Tuhan, melalui Roh Kudus, telah menganugerahkan kepada kita semua dengan cara yang memungkinkan kita untuk mendukung mereka yang berjuang dengan pengalaman kehabisan anggur.

Peran kita dalam membantu mengubah situasi “kehabisan” menjadi “kelimpahan” mungkin sangat sederhana, sesederhana peran Ibu Yesus di Kana yaitu sebagai pengantara. Dia membawa situasi krisis (kehabisan anggur) kepada perhatian Tuhan. Roh yang telah kita terima saat pembaptisan sering mengilhami kita untuk memainkan peran sebagai pengantara itu. Salah satu cara kita melayani satu sama lain adalah dengan saling mendoakan. Kita membawa di hadapan Tuhan dalam doa, mereka yang anggurnya sudah habis.

Di Kana, pengantaraan Ibu Yesus dilengkapi dengan pekerjaan fisik para pelayan yang mengisi tempayan dengan air. Roh menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang sangat praktis bagi mereka yang merasa terkuras dan hampa. Kita berdoa agar kita selalu terbuka terhadap berbagai macam cara Tuhan yang bekerja melalui kita untuk menyediakan bagi mereka yang kehabisan hal-hal yang paling mendasar dalam hidup mereka.

“Tuhan Yesus tidak hanya menggantikan anggur yang habis tetapi ia juga memberi kualitas terbaik pada anggur itu.”

Pastor Yohanes Leonardus Suharno, SX, Formator Postulan Serikat Xaverian (S.X) – MA Biblical Studies Catholic Theological Union, Chicago, Amerika Serikat

HIDUP, Edisi No. 03, Tahun ke-75, Minggu, 16 Januari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here