Konsili Vatikan II dan Sidang FABC: Mencari ‘Arah Baru’ Gereja di Asia

150
Kaum muda Katolik Thailand memerankan sejarah kedatangan agama Kristen di negara itu dalam sebuah presentasi pada upacara pembukaan konferensi umum Federasi Konferensi Waligereja Asia di Thailand pada 12 Oktober 2022.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – GEREJA Katolik akan merayakan peristiwa historis pada bulan Oktober 2022 ini. Peristiwa pertama adalah peringatan 60 tahun pembukaan Konsili Vatikan II pada 11 Oktober. Sehari berikutnya, peristiwa kedua, pembukaan Sidang Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (Federation of Asian Bishops’ Conferences, FABC) di Bangkok, Thailand. Sidang ini akan berlangsung dari 12-30 Oktober 2022. Paus Fransiskus telah mengutus Louis Antonio Kardinal Tagle mewakilinya untuk hadir sekaligus merayakan HUT ke-50 FABC tahun 2020 (Dirayakan tertunda karena pandemi).

Terhadap, peristiwa pertama, pembukaan Konsili Vatikan II pada 11 Oktober 1962 oleh Paus Yohanes XXIII, tentu saja ini merupakan momen penting yang akan dimaknai secara universal melalui refleksi bersama. Sejauh manakah hasil-hasil Konsili Ekumenis ini telah diimplementasikan dalam karya perutusan Gereja di tengah dunia. Kiranya dalam rangka itu pula Paus Fransiskus mengajak umat Katolik dan para uskup sedunia untuk mengadakan Sinode Para Uskup (2021-2023). Prosesnya telah dimulai di masing-masing negara, dan akan memuncak pada tahun 2023 di Roma dengan tema, Persekutuan, Partisipasi, dan Misi.

Kardinal Charles Maung Bo dari Yangon, presiden Federasi Konferensi Waligereja Asia, pada upacara pembukaan resmi Konferensi Umum FABC di Thailand pada 12 Oktober 2022.

 

Sidang dan perayaan 50 tahun FABC yang tertunda tampaknya seperti satu tarikan nafas dengan derap langkah yang diayunkan oleh Paus Fransiskus. Andaikan kondisi kesehatan Paus tidak terganggu pada bagian lututnya, kemungkinan besar dia akan hadir mengingat dalam masa pontifikalnya ini, ia memberikan perhatian besar bagi umatnya di kawasan Asia ini. Gereja di Asia disebut oleh Kardinal Charles Bo dari Yangon, Myanmar selaku Ketua FABC sebagai Gereja yang berada di persimpangan jalan sejarah di tengah kemiskinan karena jutaan orang menderita kelaparan, perubahan iklim yang menakutkan, konflik politik, perseteruan, pandemi, sekularisme, dan lain-lain.

Ia juga mengatakan, demokrasi menghadapi tantangan berat di Asia. Fundamentalisme dan kekerasan atas nama agama mengancam perdamaian global. Maka, ia mengemukakan, Gereja dipanggil untuk merenungkan tentang apa yang bisa menjadi peran Gereja di Asia di saat-saat yang menantang ini.

Sebagai bagian dari Gereja Katolik di Asia dan Dunia, kita – umat Katolik di Indonesia, melaui kehadiran para uskup dari KWI, berpartisipasi dalam menghadapi tantangan dan problema dunia dan Gereja saat ini. Menguatnya benih-benih intolerasi, radikalisme, dan terorisme di kawasan Asia juga menjadi tantangan bagi umat Katolik di Indonesia.

Selain itu, agama dan budaya seperti disinyalir Kardinal Bo, bertumbuh di Asia. Perjumpaan antara Agama Katolik dan budaya yang tumbuh kuat di Asia telah mengalami dinamikanya sendiri. Gereja di Asia punya ‘ciri khasnya’ sendiri dengan tetap memelihara dan menjaga kesatuan dengan Gereja Universal. Salah satunya, soal inkultarasi. Bagaimana iman kekatolikan dapat bertumbuh dalam kekayaan khasanah budaya di Asia yang begitu beragam. Pengalaman dan dinamika iman umat, khususnya awam Katolik di Indonesia akan membawa warna tersendiri dalam pertumbuhan Gereja Katolik di Asia dan dunia.

HIDUP, Edisi No. 42, Tahun ke-76, Minggu, 16 Oktober 2022      

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here