Melongok Dinamika Perjalanan PUKAT KAJ

465
Misa Pertama PUKAT KAJ dipersembahkan oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, Romo Martinus Sunarwidjaja, SJ. (Dok. PUKAT KAJ)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – TANGGAL 23 November menjadi hari penting bagi anggota Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta atau yang dikenal sebagai PUKAT KAJ. Saat itu, sore di bulan Oktober 1990, Uskup Agung Jakarta saat itu, Mgr. Leo Soekoto, SJ mengundang sejumlah pengusaha Katolik ke Wisma Keuskupan.

Hasil Sinode

Mgr. Leo memiliki sebuah ide untuk membentuk semacam organisasi yang menampung kiprah sosial para pengusaha dan kelompok profesional Katolik di lingkup KAJ. Sebelumnya organisasi serupa terlebih dahulu hadir di Keuskupan Surabaya. Gagasan ini terbit sebagai respons atas rekomendasi hasil Sinode KAJ sebelumnya. Hasil sinode menyuarakan harapan agar KAJ memberi ruang pelayanan kategorial kepada kelompok usahawan dan profesional Katolik.

Seiring berjalannya waktu, kelompok embrio yang menampung gagasan ini pun dibentuk oleh Panitia Lustrum IV Uskup Agung Jakarta. Saat itu, kelompok ini mengambil nama “Pengabdian Usahawan Katolik KAJ” (PUKAT KAJ) sebagai identitasnya. Tujuannya sederhana, yakni untuk mempererat persaudaraan dan membina iman Katolik para anggotanya secara intensif dan teratur.

Tercatat, pertemuan pertama diadakan pada tanggal 23 November 1990. Dari situlah kelompok kategorial baru ini mulai aktif secara rutin mengadakan misa Jumat Pertama setiap bulannya dan dilanjutkan dengan ceramah-ceramah yang mengangkat tema khusus.

Para anggota PUKAT KAJ mengikuti Misa dan ceramah.
(Dok. PUKAT KAJ)

Beberapa tokoh masyarakat, politikus, usahawan, rohaniwan, dan akademisi pernah tampil sebagai pembicara dalam pertemuan PUKAT KAJ, antara lain, Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Jaya Suprana, Cosmas Batubara, J.B. Sumarlin, Pastor Franz Magnis-Suseno, SJ, Dahlan Iskan, Ignasius Jonan, Prijono Sugiarto, Merry Riana, Adji Watono, dan Johan Budi SP.

Dua Dasar

Ketua PUKAT KAJ, Aloysius Setyo Handoyo memaparkan lebih lanjut permintaan Mgr.Leo agar kerasulan awam di bidang usaha dan profesional diberikan ruang untuk melayani dan mewujudkan nilai-nilai Katolik lewat usaha maupun profesi sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan.

“Secara konkret, seorang usahawan dan profesional Katolik harus menjalankan usaha dan profesinya sesusai dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan Arah Dasar Pastoral di KAJ agar pada akhirnya sampai pada kesejahteraan bersama,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Moderator PUKAT KAJ, Pastor St. Roy Djakarya, Pr menjelaskan ASG menjadi penting sebab berbicara mengenai pelbagai macam hal yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat terutama setelah terjadinya Revolusi Industri di mana waktu itu diterbitkan Ensiklik Rerum Novarum yang merupakan ensiklik pertama ASG.

“Banyak nilai yang ditekankan bagi kaum awam yang hadir di tengah masyarakat supaya bisa menjadikan diri mereka rasul-rasul awam. Jadi mereka sebagai rasul awam tidak mencari sendiri nilai atau pendapat karena mereka sudah diinspirasikan oleh ASG,” tuturnya.

Sedangkan untuk Ardas KAJ selain untuk menyelaraskan dan mendukung program ardas sendiri sekaligus menyadarkan bahwa PUKAT KAJ merupakan bagian dari KAJ.

“Untuk itu, Ardas perlu dimengerti, diterapkan, dan dilaksanakan oleh semua orang Katolik di KAJ baik secara individu maupun kelompok,” terangnya.

Handoyo pun menimpali bahwa misi kesejahteraan bersama menjadi penting sebab pertama-tama sebagai ucapan syukur karena sebagai usahawan dan profesional pada umumnya memiliki kondisi yang relatif lebih sejahtera. Untuk itu, ini menjadi panggilan untuk ikut serta menyejahterahkan masyarakat secara keseluruhan.

Jika berbisnis jangan untung sendiri tetapi bagaimana bisnis itu bisa menyejahterahkan semua pihak baik itu, pemilik, karyawan, konsumen, dan juga pemerintah lewat pajak.

Talkshow usai Misa Pertama PUKAT KAJ bertema “Berhala Modern” oleh Sudrajat Djiwandono dengan moderator Michael V.Haribowo.

Demikian juga profesional haruslah berprofesi sesuai dengan nilai-nilai Katolik sehingga dari karya dan talentanya bisa menyejahterahkan orang banyak dengan menjalankan  profesinya sesuai dengan etika hukum yang ada.

“Usahawan dan profesional mempunyai otoritas untuk membuat keputusan dan haruslah keputusan itu mencerminkan penghargaan terhadap martabat manusia, pengutamaan kepentingan umum, dan penjagaan terhadap lingkungan hidup,” tegasnya. Dengan demikian, telah banyak program dengan tujuan kemanusian yang telah dilahirkan PUKAT KAJ.

Ini terlihat saat PUKAT KAJ merintis pergelaran konser musik menjelang Natal sebagai upaya penggalangan dana amal untuk mewujudnyatakan program peduli KAJ kepada saudara-saudari yang membutuhkan uluran tangan kasih dari orang lain. Pergelaran konser musik ini mulai dilaksanakan sejak tahun 1993.

Semakin menguat, pada tanggal 8 Agustus 2011, kepanjangan PUKAT KAJ berubah menjadi Profesional dan Usahawan Katolik KAJ. Hingga kini, PUKAT KAJ adalah organisasi para profesional dan usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta yang bergerak di dalam pengabdian/pelayanan untuk masyarakat. Dalam sebuah acara retret di Samadi Klender tanggal 10-12 Desember 2012, PUKAT KAJ merumuskan visi dan misinya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP, Edisi No. 49, Tahun ke-76, Minggu, 4 Desember 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here