Dari Retret Para Imam Keuskupan Ketapang: Menjadi Imam yang Ekaristis

149
Para imam peserta retret tahunan berfoto bersama Mgr. Pius Riana, Uskup Ketapang dan Mgr. Antonius Bunjamin Uskup Bandung.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Panggilan hidup sebagai seorang imam merupakan pilihan yang harus ditekuni dan dihayati dengan sepenuh hati. Panggilan yang mendatangkan berkat dan Rahmat bagi banyak orang beriman ini, merupakan tugas suci yang tak mudah dijalani. Namun, dengan doa dan kekuatan Roh Kudus, pelayanan para imam akan diteguhkan dan dimurnikan. Di sisi lain panggilan ini juga membutuhkan dukungan karakter, kemampuan, totalitas dari para imam sendiri agar pelayanan mereka mendatangkan sukacita dalam hidup.

Vikaris Jenderal Ketapang, Romo Laurensius Sutadi

Sejalan dengan hal tersebut, Keuskupan Ketapan secara rutin menyelenggarakan retret pembinaan bagi para imamnya setiap tahun. Retret tahunan ini setiap dua tahun sekali mengambil lokasi di luar pulau, sekaligus untuk penyegaran.

Tahun 2023 ini retret tahunan diselenggarakan 12-14 September 2023, di villa Deo Gratias, Lembang, Jawa Barat. Hadir sebagai pendamping adalah Uskup Bandung yang sekaligus Ketua KWI, Mgr Antonius Bunyamin.

“Sebelum covid Mgr. Anton sudah berencana ke Ketapang tetapi karena ada kebakaran hutan maka pesawat tak bisa mendarat. Kemudian ditambah pandemi covid, maka rencana ini

Vikjen Keuskupan Ketapang Romo Laurensius Sutadi menyampaikan beberapa hal seputar pelaksanaan retret tahunan para imam Ketapang yang baru saja selesai.

Para imam dalam kegiatan rekreasi di Lembang.

Ia menyampaikan tema retret kali ini seputar ekaristi, yang ditujukan bagi para imam diosesan baik dari Ketapang maupun keuskupan lain yang bekerja di Keuskupan Ketapang. Sebanyak 29 orang imam diosesan mengikuti retret ini. Mereka berasal dari Keuskupan Ketapang, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Bandung, Keuskupan Bogor, dan Keuskupan Surabaya.

Dalam paparannya, Mgr. Anton menyampaikan bahwa pusat hidup seorang imam adalah Ekaristi, bahkan asal muasal imam karena adanya Ekaristi. Hal yang menarik adalah kesaksian iman Mgr Anton dalam penghayatannya terhadap Ekaristi.

“Yesus sungguh hadir dalam Ekaristi, khususnya dalam rupa roti dan anggur, sebagai penyertaan Allah kepada kita. Allah itu Immanuel, Dia hadir dalam rupa ekaristi,” paparnya.

Melalui retret itu diharapkan para imam mengalami peneguhan dalam melaksanakan panggilannya, mencintai dan melayani para umat yang dipercayakan kepada mereka. Tugas mereka tidak ringan, ada begitu banyak tantangan dan kendala yang bisa melemahkan semangat, motivasi, atau menggagalkan pelayanan mereka. Para imam harus merendahkan diri dan percaya bahwa Tuhan sendiri yang berkarya melalui mereka. Dengan begitu, dalam persatuan yang kuat dengan Yesus Kristus yang mereka jumpai dalam Ekaristi maka mereka sungguh mampu menghadirkan Allah sendiri di tengah umat-Nya.

Saat ini total imam di Ketapang berjumlah 56 orang, baik imam diosesan maupun imam dari tarekat lain.

Romo Sutadi menjelaskan tentang persoalan yang mengemuka dalam pelayanan para imam sebagai gembala umat.

“Saat ini ada berbagai persoalan yang harus dihadapi, misalnya soal lingkungan hidup. Ada banyak kegiatan penambangan dan usaha perkebunan sawit, yang dalam operasi kesehariannya kadang-kadang kurang memperhatikan ketentuan pemerintah yang berlaku terkait upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup. Meskipun kadang-kadang tidak berpengaruh langsung kepada umat, namun dalam situasi ini para imam juga perlu melihat persoalan seputar lingkungan hidup ini sebagai bagian pelayanan yang harus diperhatikan. Gereja melalui Paus bahkan mengeluarkan ensiklik Laudato Si untuk mengajak seluruh umat memberi perhatikan dan merawat kelestarian serta kebutuhan alam ciptaan ini,” katanya.

Veronika Naning (Kontributor, Yogyakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here