HIDUPKATOLIK.COM – HARI Jumat Agung, 18 April 2025 sekitar pukul 20.48 WIB, WhatsApp (WA) Grup Alumni Mudika St. Yakobus, Paroki Kelapa Gading mendadak ramai dengan pembicaraan. Kala itu saya baru saja selesai dari tugas pelayanan Pekan Suci di gereja St. Monika, Paroki Serpong. Ada berita mengejutkan yang diteruskan oleh salah satu teman ke WAG ini. Berita telah berpulangnya Pastor Stanislaus Sutopanitro yang disampaikan secara resmi oleh Pastor Romanus Heri Santoso, Pastor Kepala Paroki Kelapa Gading. Sebelumnya beberapa hari yang lalu, berita kematian Hoax juga pernah tersebar di beberapa WAG tanpa ada yang tahu siapa pengirimnya.
“Kala itu kesehatan Romo Suto tiba-tiba menurun sehingga harus dipindahkan ke ruang perawatan khusus (ICU)di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,” ujar Frater Rian (Frater yang hampir 1 tahun ini menemani Rm Suto).

Berita kepergian Eyang Suto (panggilan akrab kami kepada Rm Suto) membuat kami semua sangat berdukacita. Kenangan lama ketika masih menjadi mudika di St. Yakobus pada era tahun 1980-1990an kembali terkenang bersama Eyang Suto yang tegas, disiplin, gagah dan juga humoris ini. Teman-teman alumni mudika yang sudah tersebar keberadaannya berusaha untuk hadir dalam acara penghormatan terakhir untuk Eyang Suto secara online maupun hadir di RD St. Carolus, di Gereja St. Yakobus hingga ke tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Katolik Marfati Selapajang, Tangerang.
Pada jam 09.35 WIB, saya tiba di Taman Makam Katolik Marfati Selapajang, Tangerang. Dari kejauhan terlihat beberapa orang telah menunggu di sekitar Pendopo Makam Imam Diosesan KAJ, Yusuf Arimatea. Disana sudah terpasang tenda dan kursi serta terpajang karangan-karangan bunga dukacita untuk Eyang Suto. Eyang Suto akan menepati tempat peristirahatan Imam Diosesan yang kesepuluh bersebelahan dengan Pastor Martinus Hadiwijoyo (makam 9) dan Pastor Fransiskus Xaverius Suherman (makam 8) yang telah mendahului bersemayam disana.
Marwoto Subiatno, DPH St. Yakobus, yang ditugaskan di tempat pemakaman, menyatakan, Romo Suto itu disiplin, sangat konsen terhadap yang sifatnya sosial. Romo Suto kesehariannya gampang senyum, digodain, diusilin juga senyum. Beliau kadang ceroboh sendiri, misalnya lupa pakai sendal, ditanyain senyum juga. Tetapi beliau sangat sensitif bila kita berbicara mengenai masalah sosial, kepedulian terhadap mereka yang lemah dan miskin. Ucapan Rm Suto yang selalu teringat adalah, “Saya tidak mau melakukan perbuatan yang akan menghianati nurani saya dan menghianati apa yang saya ajarkan.”
Jam 12.15 WIB mobil jenazah yang berangkat dari Gereja St. Yakobus, Kelapa Gading, tiba di area pemakaman. Peti jenazah Eyang Suto kemudian diterima dan diangkat oleh delapan orang frater dari Seminari Tinggi KAJ St. Yohanes Paulus 2 untuk dibawa ke Pendopo Yusuf Arimatea tempat ibadat pelepasan diadakan.
Dalam acara pemakaman ini hadir pula Pastor Samuel Pangestu, Vikjen KAJ dan para Imam Diosesan KAJ. Ibadat pelepasan ini dipimpin oleh Pastor Stefanus Tino Dwi Prasetiyo bersama Pastor Bernard Rahadian, Pastor Paroki Kelapa Gading. Setelah ibadat pelepasan, Peti Jenazah Eyang Suto yang terbungkus Bendera Merah Putih kemudian diserahterimakan kepada prajurit militer TNI AL untuk pelaksanaan upacara pelepasan ke pemakaman secara militer.
Upacara pemakaman secara militer dilakukan oleh prajurit AL di area pemakaman yang disaksikan oleh para imam, umat yang hadir dan keluarga. Penghormatan terakhir diberikan oleh para prajurit AL ini berupa Penghormatan yang diiringi terompet dengan melodi yang membuat kesedihan saya menjadi semakin mendalam. Keluarga diwakili oleh Pastor Romanus menerima Bendera Merah Putih dari inspektur upacara sebagai tanda upacara pemakaman kemiliteran sudah selesai dilaksanakan.
Pastor Josep Fery Susanto, mengatakan, Rm Suto sangat mencintai Kitab Suci dan bagaimana menyampaikan pesan-pesan firman kepada umat. Beliau banyak menulis buku-buku renungan, beliau sangat konsen mempersiapkan kotbah. Di situ saya belajar banyak, belajar Kitab Suci bukan soal pendidikan tetapi seumur hidup. Bukan berapa banyak yang kita tahu tentang firman Tuhan tetapi berapa dalam relasi kita dengan Tuhan, berapa dalam kita mengenal kasih-Nya. Bukan tahu dengan kepala tetapi juga masuk kedalam kasih itu. Hidup dalam misteri kasih yang besar, itulah kebahagian seorang Rm Suto. Pesan Rm Suto, Cintai firman Tuhan, jadikan itu sebagai buku kehidupan, menjadi landasan hidup, menjadi pegangan yang akan menuntun kita pada kesempurnaan hidup.
Pastor Kristoforus Lucky Nikasius, menyatakan, Rm Suto itu sebagai Figure. Beliau selalu menjadi sahabat, teman seperjalanan buat para imam. Saya bersyukur, hari Rabu setelah rekoleksi bersama dengan Bapa Kardinal, saya mengunjungi beliau dan berdoa di RS ditemani Romo Bernard. Ketika mendoakan beliau, beliau menangis dan dilap air matanya dengan tisu oleh Rm Bernard. Kami sangat berduka dengan kepergian Rm Suto, kami yakin beliau pasti mengalami istirahat abadi dan menjadi pendoa bagi kami para imam, keluarga dan seluruh umat.
Brigadir Jendral TNI Marinir Sandy Muchjidin Latief, S.I.P., Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut, menyatakan, Pastor Sutopanitro adalah Perwira Rohani Katolik AL. Beliau adalah senior kami, bahkan karena beliau lebih dulu menjadi tentara maka beliau adalah atasan kami, yang pernah mendarmabaktikan untuk melaksanakan tugas membina mental dan Rohani di salah satu kecabangan AL. Di dalam mental AL ada 4 pilar/pejabat yaitu Pembina Rohani, Ideologi Pancasila, Tradisi Kejuangan dan Bimbingan Konseling. Setiap hari rabu dan jumat ada acara kebaktian dan dibina salah satunya oleh beliau. Beliau membina ketangguhan mental para umat katolik di AL pada masanya. Sebagai tumpuan harapan dan pembangkit mental tangguhnya para prajurit. Orang yang memotivasi secara Rohani. Pesan beliau, “Hayo jaga ketangguhan kita dengan cara selalu berpegang teguh kepada Sang Maha Kuasa, dengan beribadat rutin baik itu pribadi maupun berkelompok bersama teman-teman dimanapun kalian bertugas dan berada.”

Pastor Bernard Rahadian, menyatakan, buat saya Rm Suto itu yang utama, orang yang begitu mencintai Tuhan, dengan segala cara ia berusaha mencintai Tuhan. Ia tidak sempurna, pasti pernah berbuat salah, hidupnya jatuh bangun. Tetapi kemudian bagi saya imam yang muda ini, saya belajar banyak terutama ketika harus menghadapi kesunyian dan kesepian, jatuh bangun pelayanan, disalah pahami, difitnah dan lain sebagainya. Rm Suto itu adalah imam yang meskipun kesepian tetapi setia sampai akhir karena cintanya hanya untuk Tuhan. Seperti tadi Rm Romanus mengatakan, di hati Rm Suto hanya ada 2 yaitu, Yesus Kristus dan orang miskin, itu betul. Dengan bermacam-macam cara ia berjuang bahkan sampai titik penghabisan, bagaimana berjuang menolong orang miskin dengan apa yang ia miliki, bagaimana ia bisa terlibat, kontribusi dan lain-lain.
Selamat jalan, Romo Eyang Suto!
Eviantine Evi Susanto, Kontributor Tangerang.