Sidang Sinodal KWI 2022: Makin Cinta Tanah Air dan Makin Peduli

363
Para Uskup KWI berfoto bersama usai Pembukaan Sidang Sinodal.
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Sidang diselenggarakan di Bumi Silih Asih (BSA), gedung pastoral Keuskupan Bandung pada14-18/11/2022. Tema yang diusung “Berjalan Bersama Mewujudkan Persekutuan, Partisipasi dan Misi.”

Tema ini sejalan dengan tema Sinode Para Uskup Sedunia. Sidang dibuka dengan doa pembuka yang dipimpin Mgr. Kornelius Sipayung, OFM.Cap (Uskup Agung Medan), dilanjutkan menyanyikan lagu Veni Creator Spiritus. Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC roll call. Sebanyak 36 uskup hadir, termasuk dua uskup emeritus.

Selaku Ketua KWI, Ignatius Kardinal Suharyo membuka Sidang dan menyampaikan sambutan. Ia menyampaikan ucapan syukur, meskipun pandemi Covid-19 belum lewat, Sidang kali ini terlaksana dengan waktu yang lebih singkat. Sebelumnya Sidang Tahunan 2020 dan 2021 dibatalkan.

Kardinal mengajak para peserta mengenang para uskup yang telah dipanggil Tuhan sejak Sidang terakhir (2019). Selain itu, ia mengucapkan selamat datang kepada para uskup yang baru ditahbiskan dan pertama kali hadir dalam sidang tahunan ini. Semoga kehadiran para uskup yang baru menjadi daya pembaharu dan dinamika KWI. Semoga beberapa keuskupan yang mendambakan uskup baru dapat mendapatkan gembala yang diharapkan segera.

Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada para uskup emeritus yang sudah purna bakti. Ucapan terima kasih pun disampaikan untuk kehadiran Mgr. Piero Pioppo (Duta Besar Vatikan untuk Indonesia), Pendeta Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia/PGI) dan Plt. Dirjen Bimas Katolik, Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono, para sekretaris dan fungsionaris lain di KWI. Ia pun menyambut kehadiran dan tugas perutusan baru bagi Mgr. Michael Andrew Pawlowicz, Sekretaris Nunciatura yang baru,

Suasana Sidang Sinodal KWI di Bumi Silih Asih, Keuskupan Bandung

Plt Dirjen Bimas Katolik dalam sambutannya menyampaikan bahwa Dirjen Bimas Katolik menjadi penggerak umat Katolik agar aktif membangun dalam konteks dan kapasitasnya untuk semakin terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara, sejalan dengan tema sinodal.

Sedangkan Pendeta Gomar Gultom dalam sambutannya menyampaikan bahwa KWI menjadi mitra strategis dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah di bumi Indonesia. “Sidang KWI ini selalu masuk dalam agenda doa dan perhatian kami. Saya sangat mengapresiasi tema persidangan ini,  yang kiranya bisa menjadi komitmen kolektif kita semua Gereja-Gereja di Indonesia. Kita menjadi satu dalam Tubuh Kristus yang satu. Biarlah arakan kebersamaan Gereja-Gereja kita di Indonesia menjadi berkat bagi masyarakat dan bangsa kita, seturut dengan pesan Nabi Yeremia (29:7),” ujarnya.

Mgr. Piero Pioppo menyampaikan bahwa sebuah kesaksian sempurna tentang apakah sesungguhnya Gereja Katolik itu dan kapasitasnya untuk menjadi misionaris, sebagai ragi dalam masyarakat. “Ragi yang hidup oleh terang Kristus. Terang yang kadang tak kelihatan, kadang lebih terlihat, yang tergantung pada tempat, waktu, dan kemungkinan konkret yang diberikan oleh sejarah. Ragi yang bekerja di semua aspek hidup manusia, tapi tidak pernah diperbudak oleh logika dunia. Ragi yang bertindak, tidak hanya dalam aspek-aspek besar, dari komunitas-komunitas kita, tapi juga terbuka bagi individu-individu, yang membuat mereka mampu, dalam kata dan perbuatan, untuk menyatakan diri sebagai murid Kristus, yang memilih-Nya, mencintai pribadi-Nya, mengikuti teladan-Nya, dan membuat-Nya dikenal, di antara para saudara dan saudari mereka,” tuturnya.

Transformasi Mendasar

Kardinal berkesempatan menyampaikan pengarahan Sidang. Namun Kardinal menyampaikan bahwa ia tidak bermaksud menyampaikan pengarahan kepada para uskup, administrator dan peserta sidang, melainkan berbagi gagasan yang berkembang dalam dirinya. Hal tersebut berkaitan dengan tema Pesan Natal Bersama 2020: Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain (Mat 2:12).

Ternyata judul ini juga dipakai untuk Peringatan 50 tahun Federasi Konferensi Uskup Asia (12-30/10/22) di Bangkok, Thailand. Pesan Natal tersebut merupakan makna simbolis atas perjumpaan dengan Yesus untuk membuahkan transformasi pribadi dan berbuah pada institusi. Transformasi inilah yang terjadi dalam Gereja Katolik.

Sesuai tema sinode 2023 yang mengusung tema, Kardinal mengatakan, di balik tema itu ada undangan ikut dalam transformasi mendasar : dari Gereja yang mengajar menuju Gereja yang berjalan bersama-sama, tanpa menghilangkan wewenang mengajar Gereja. Proses ini bersumber dari Paus Fransiskus yang berbuah pada transformasi pribadi Paus dan mendorong transformasi institusi Gereja.

Menurut Kardinal, transformasi lebih jelas berdasarkan Konstitusi Apostolik: Praedicate Evangelium yang berisi dasar dan aturan pembaruan Curia Romana. Berdasarkan konstitusi ini, Kongregasi Suci tidak dipakai lagi. Kata yang dipakai : dikasteri -yang berarti departemen, dipakai pula istilah ministry (pelayanan). Kongregasi Suci selalu dipimpin seorang Kardinal, sementara departemen dipimpin awam, bahkan awam perempuan tergantung kemampuan atau profesionalitasnya. Hal yang tampak sederhana, tetapi langkah amat besar dalam sejarah Gereja Katolik.

Konteks Indonesia

Dalam konteks Gereja Katolik di Indonesia, Kardinal menawarkan gagasan. “Memang benar, masing-masing keuskupan adalah otonom. Gagasan dasar yang sekaligus menjadi salah satu wajah Gereja Katolik di Indonesia, yaitu: 100% Katolik, 100% Indonesia. Mungkinkah kita sepakat memberi isi pokok semboyan itu dalam konteks Indonesia saat ini, khususnya ketika politik identitas semakin kuat, dan akibat-akibat buruk dari pandemi Covid-19 masih sangat dirasakan?” ungkapnya.

Menjadi 100% Katolik, kata Kardinal, sangat jelas dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja No.11 tentang panggilan menuju kesucian dan untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan kasih dengan cara hidup menjadi lebih manusiawi” (No 40). Anjuran Apostolik Paus Fransiskus Gaudete et Exultate dapat dipelajari lebih luas sesuai konteks zaman, tentang panggilan menuju kesucian di masa kini. Kesadaran ini kiranya perlu ditanamkan dalam diri umat Katolik di Indonesia sebagai prioritas dalam katekese. Hal yang lebih sulit dirumuskan adalah 100% Indonesia.

“Dalam perjalanan refleksi mengenai hal  ini, saya sampaikan kesimpulan 100% Indonesia berarti: Semakin Cinta tanah air dan semakin peduli. Cinta tanah air dapat dilihat dari perjalanan yang amat menentukan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam menentukan dasar negara: Pancasila. Inspirasi dari Pastor Fransiskus van Lith (1922) seorang misionaris Belanda yang menulis: Setiap orang tahu, kami para misionaris, ingin bertindak sebagai penengah, tetapi setiap orang tahu juga, bahwa seandainya terjadi suatu perpecahan, meskipun hal itu tidak kami harapkan, sedangkan kami terpaksa memilih, kami akan berdisi di pihak golongan pribumi.”

Semangat tersebut terwariskan, papar Kardinal, misalnya dalam diri Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, pencetus semboyan 100% Katolik, 100% Patriotik, yang dalam masa perjuangan melakukan tindakan-tindakan simbolis, seperti misalnya memindahkan Keuskupan Agung Semarang ke Yogyakarta, karena Ibu Kota Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta.

Selain itu, ujar Kardinal, sidang pertama Kongres Pemuda II yang berakhir dengan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 dilaksanakan di Gedung Pemuda Katolik, yang sekarang ada dalam kompleks Gereja Katedral Jakarta.

Peristiwa-peristiwa itu, menurut Kardinal, perlu ditempatkan dalam kerangka iman kita. Salah satu ungkapan iman khas Gereja Katolik Indonesia adalah Prefasi Tanah Air II: “Engkau membebaskan umat pilihan-Mu dari penindasasan dan penjajahan untuk hidup merdeka di tanah yang Engkau janjikan. Engkau pun mencurahkan kasih sayang yang besar kepada bangsa kami. Oleh kesaksian banyak orang yang berkehendak baik, Engkau menunmbuhkan kesadaran kami sebagai bangsa; kami bersyukur atas bahasa yang mempersatukan dan atas Pancasila dasar kemerdekaan kami”.

Dalam doa Prefasi ini, papar Kardinal, peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia – Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda dan Pancasila – disejajarkan dengan Keluaran Umat Allah Perjanjian Lama dari perbudakan Mesir.

Terkait sikap peduli, Kardinal mengemukakan, pada 2018, lembaga penelitan Charities Aid Foundation mengadakan penelitian mengenai World Giving Index untuk 146 negara yang menempatkan Indonesia pada nomor urut pertama dalam hal kerelaan memberi. Lembaga penelitian lain The Legatum Prosperity Index pada 2020 menempatkan Indonesia di urutan ke-6 dari 167 negara dalam kategori modal sosial. Dengan mempertimbangkan data-data lain khususnya dalam kaitan dengan pandemi Covid-19, kiranya cukup untuk mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang peduli.

Kata Kardinal, pada Hari Perdamaian Sedunia 1 Januari 2021 Paus Fransiskus menyampaikan pesan “Budaya Peduli adalah Jalan Menuju Perdamaian Dunia.”  Di dalamnya Paus menawarkan Ajaran Sosial Gereja sebagai prinsip, pedoman, ukuran bagi budaya peduli: komitmen untuk menghormati martabat pribadi manusia, usaha untuk mewujudkan kebaikan bersama, solidaritas, memberi perhatian khusus kepada saudari-saudara kita yang terpinggirkan, dan merawat keutuhan ciptaan. Para Penginjil menempatkan Yesus sebagai model kepedulian: ketika berjumpa dengan janda di Nain yang anaknya meninggal, ”tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan”.  Kisah hati Yesus yang tergerak oleh belas kasihan diulang-ulang dalam Injil. Yesus yang peduli tidak dapat dimengerti lepas dari Bapa yang peduli. Kepedulian Bapa dan hati-Nya yang tergerak oleh belas kasihan itu sangat jelas dikisahkan dalam perumpamaan mengenai “Anak Hilang” (Luk 15:11-32) dan  orang Samaria yang baik hati dengan mengatakan “Pergilah dan perbuatlah demikian” (Luk 10:25-37).

Setelah pengarahan, disampaikan laporan dari Sekretaris Jenderal KWI, Sintesis dan sharing pengalaman delegasi yang hadir pada Sidang Umum FABC 2022 di Bangkok. Pada sore hari pertama hingga hari keempat pagi, para peserta mendapatkan laporan komisi-komisi dan lembaga lainnya di KWI. Pada hari keempat sesi siang (17/11), para peserta mendapatkan informasi Dokumen Antiquum Ministerium, yang dilanjutkan dengan informasi seputar pembangunan gedung KWI. Pada sore hari, ditetapkanlah beberapa keputusan penting hasil Sidang Sinodal 2022, yang dilanjutkan pemilihan fungsionaris KWI (perangkat presidium).

Pada hari kelima (18/11) pemilihan ketua komisi dan delegatus untuk beberapa lembaga lainnya. Sidang ditutup dengan perayaan Ekaristi di Katedral Bandung yang dihadiri para uskup, pastor, diakon, frater, suster serta segenap umat beriman.

Presidium KWI 2022-2025

Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Ketua KWI
Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, Sekjen KWI

Ketua:                      Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC

Sekjen :                   Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM

Wakil Ketua 1 :        Mgr Adrianus Sunarko, OFM

Wakil Ketua 2 :        Mgr. Robertus Rubiyatmoko

Bendahara :             Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF

Anggota :

  1. Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap
  2. Mgr. Dominikus Saku
  3. Mgr. Vinsensius Sensi Potokota
  4. Mgr. Valentinus Saeng, CP
  5. Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC
  6. Mgr. Aloysius Murwito, OFM

Ketua-ketua Komisi

Ketua Komisi HAK                                         : Mgr. Mgr. Christophorus Tri Harsono
Ketua Komisi Kepemudaan                             :  Mgr. Pius Riana Prapdi
Ketua Komisi Liturgi                                      :  Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan OCarm
Ketua Komisi Kerasulan Awam                       :  Mgr. Yohanes Harun Yuwono
Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian – Pastoral Migran & Perantau :                                                     Mgr. Siprianus Hormat
Ketua Komisi Komsos                                     :  Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap
Ketua Komisi Seminari                                   :  Mgr Robertus Rubiyatmoko
Ketua Komisi Keluarga                                   : Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF
Ketua Komisi Teologi                                     :  Mgr. Adrianus Sunarko, OFM
Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi :  Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap
Ketua Komisi Karya Misioner                          :  Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF
Ketua Komisi Kateketik                                 :  Mgr. Inno Ngutra
Ketua Komisi Pendidikan                               :  Mgr. Edwaldus Martinus Sedu
Delegatus:
Penasihat Episkopal Badan Pelayanan Karismatik Katolik : Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga
Delegatus Kitab Suci                                      :  Mgr. Silvester Tung Kim San
Penghubung Koptari                                      : Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC
Ketua BKSBLII (Badan Kerja Sama Bina Lanjut Iman):  Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX
Moderator (SGPP) Sekretariat Gender & Pemberdayaan Perempuan : Mgr. Valentinus Saeng, CP
Delegatus Karya Kesehatan                           :  Mgr. Dominikus Saku
Ketua DSAK (Dana Solidaritas Antar Keuskupan):        Mgr. Hilarion Datus Lega

Sekretaris Eksekutif                                      :  RD PC Siswantoko

Dewan Moneter
Ketua Dewan Moneter       :         Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF
Anggota Dewan Moneter 1 :         Mgr. Mgr. Silvester Tung Kim San
Anggota Dewan Moneter 2 :         Mgr. Hilarion Datus Lega

Edy Suryatno (Bandung) 

HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-76, Minggu, 27 November 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here