web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paroki Sukatani Depok: Terbuka dan Ramah Lingkungan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – GEREJA malah berada di atas kolam. Sebelah kiri terdapat kolam pemancingan ikan. Di sebelah kanan ada kolam yang di dalamnya, ada patung Pieta. Taman Doa Bunda Maria Ratu (BMR) dikelilingi pepohonan rindang. Begitu pun perhentian-perhentian Jalan Salib yang mengelilinginya. Di ujung perhentian Jalan Salib, terdapat ruang kecil yang diberi nama Mater Dolorosa. Di sini terdapat patung Bunda Maria yang sedang berduka. Di hadapan patung Bunda Maria terbujur patung Yesus.

Perarakan memulai Misa

Robertus Yusi Adi Putra dan Petrus Pujiatno Bayu, masing-masing Wakil Ketua 1 dan Wakil Ketua2 Dewan Paroki Harian (DPH) BMR, menjelaskan, awalnya tanah lokasi Gereja/saung dan kompleks memang tanah rawa-rawa. Jika hujan turun deras, air sungai akan naik. Sekarang pun, jika hujan agar deras, air akan naik kendati tidak sampai membayakan. Di sekitar lokasi yang merupakan hibah dari seorang donatur ini, terdapat juga rumah ibadat Kristen Protestan. Pihak Gereja Katolik memperluas lokasi dengan membeli sebidang tanah tambahan di sekitar kompleks ini. Sehingga, luas lahan menjadi tujuh ribu meter.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

“Karena struktur tanah memang rawa, maka kami mempertahankan pembangunan Gereja dan prasarana lain dengan mengedepankan konsep kelestarian ekologis. Gereja di atas air. Kami juga menjaga agar masyarakat sekitar tidak terganggu. Kompleks ini terbuka bagi masyarakat sekitar yang ingin sekadar jalan-jalan atau joging. Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM menyebut Gereja ini menyerupai Bahtera Nuh,” kata Petrus Pujiatno Bayu. “Intinya, Gereja ini  kami bangun dengan semangat keterbukaan dalam arti seluas-luasnya. Pada momen tertentu, masyarakat sekitar boleh ikut memancing di kolam yang tetap kami pertahankan. Ada juga kantin-kantin di lokasi yang sama. Keberadaan kantin-kantin itu juga menjadi sarana berkumpul umat. Seusai Misa, mereka enggak langsung pulang,” timpal Robertus Yussi Adi Putra.

Paroki Sukatani awalnya merupakan stasi Paroki Santo Thomas, Depok, Keuskupan Bogor. Gereja yang sekarang berdiri pun bermula dari sawung yang sangat sederhana. Sebagai paroki mandiri, Paroki ini baru berusia empat tahun. Tepatnya, saat pandemi Covid-19. Perkembangan umat cukup pesat. Pada hari Minggu, umat yang hadir berkisar 800-900 orang. Kadang bisa sampai 1000-1200 orang. Jumlah umat sekitar 2800 jiwa. Paroki ini bertetangga dengan Paroki Cilangkap yang berada di wilayah Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan Paroki Gunung Putri, Keuskupan Bogor. Sejumlah umat dari kedua paroki tersebut seringkali memilih untuk beribadat di Gereja Sukatani.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Tiga Momen

Misa hari Sabtu sore, 23/8/2025 tampak lebih meriah. Pada kesempatan ini dirayakan tiga momen istimewa: HUT Ke-4 berdirinya Paroki, HUT Ke-16 Tahbisan Imamat Pastor Dionysius Adi Tejo Saputro (Pastor Paroki), dan perayaan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI. Orang Muda Katolik (OMK) Paroki diberi tanggung jawab penuh untuk menggelar momentum ini. Seusai Misa, seluruh umat dan undangan khusus menikmati santap malam bersama dan hiburan di atas panggung.

Kepala Paroki Sukatani, Pastor Dionysius Adi Tedjo Saputro (HIDUP/Egi P)

Pastor Dionysius Adi Tejo Saputro dalam khotbahnya pada Perayaan Ekaristi mengajak seluruh umatnya untuk belajar dari keteladanan Bunda Maria, yaitu kerendahan hati sebagai seorang hamba. “Bunda Maria sebagai pelindung Paroki kita, Bunda Maria menyertai dan melindungi kita, Allah memberikan peluang-peluang juga untuk kita,” ujarnya.

Baca Juga:  Hari Studi Struktural 2025: Penguatan Supervisi Formal dan Informal untuk Meningkatkan Pelayanan Pendidikan

Mengingat usia masih belia, ia mendorong umat untuk terus berjuang dalam banyak hal. Salah satunya, agar Gereja segera memperoleh IMB.

Dalam wawancara terpisah, ia menegaskan bahwa pihaknya, sejak awal melibatkan orang muda dalam reksa pastoral Paroki. “Konsep orang muda masa depan, menurut saya, agak kurang pas.  Mereka sudah menjadi bagian Gereja ketika mereka sudah di baptis. Mereka adalah Gereja saat ini dan ke depan. Karakter identitas mereka sebagai orang muda tentu membawa warna menarik. Kami mau berjalan dalam semangat muda. Kami generasi tua harus mendengarkan aspirasi mereka. Ada sikap untuk mau berjalan bersama mereka. Orang muda mulai ambil bagian. Mereka belajar bertanggung jawabm, ”ujar Pastor Dionysius yang malam ini tampak berbinar-binar. Ibunda tercinta hadir.

F. Hasiholan Siagian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles