SEKOLAH CINTA KASIH

206
Misa penutupan Sidang Pleno ke-XV MNPK
[HIDUP/Antonius E Sugiyanto]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - Sekolah Katolik harus menyadari peran mereka sebagai lembaga yang tidak saja memberi pengetahuan kepada anak-anak, tetapi sebagai lembaga cinta kasih bagi anak-anak.

KI Hajar Dewantara berpendapat, pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya. Menjadi manusia seutuhnya artinya menjadi manusia yang bisa memenuhi kodrat kemanusiaannya. Manusia yang bisa mendekati kodrat kemanusiaannya adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan material yang welas asih. Demikian diungkapkan Dr Yudi Latief saat berbicara dalam Hari Studi, Seminar, dan Sidang Pleno Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) di Bandung, Jawa Barat, 22-23/11.

Menegaskan pernyataan Yudi, pembicara lain Prof Dr Siswandari mengungkapkan, tenaga pendidik harus memiliki etos kerja yang baik. Hal ini diperoleh melalui ikhlas dan bersyukur atas hidup. Selama kurang lebih tiga jam, Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta ini menjelaskan bagaimana membentuk etos kerja yang tinggi berangkat dari rasa syukur dan ikhlas. “Orang yang ikhlas dan bersyukur akan mengerjakan segala sesuatu dengan bahagia, pekerjaan yang dikerjakan dengan bahagia akan membawa hasil yang baik,” kata Prof Siswandari.

Pada hari ketiga, Kamis, 24/11, dalam sidang pleno disetujui bahwa MNPK akan menjadi sebuah lembaga berbadan hukum yaitu sebuah badan hukum perkumpulan. “Dengan berbadan hukum maka keberadaan MNPK akan diakui pemerintah,” ungkap Ketua Presidium MNPK Romo Vinsensius Darmin Mbula OFM.

Salah satu kelompok diskusi dalam sidang pleno ke-XV MNPK[HIDUP/Antonius E Sugiyanto]
Salah satu kelompok diskusi dalam sidang pleno ke-XV MNPK
[HIDUP/Antonius E Sugiyanto]
Ketika dimintai pendapat mengenai dinamika Lembaga Pendidikan Katolik (LPK), Romo Darmin menjelaskan bahwa di satu pihak disadari bahwa LPK tertinggal. Tapi di lain pihak juga tetap optimis. Romo Darmin memberi penekanan pada empat hal utama yang harus dikembangkan dalam LPK, yaitu ciri khas Katolik, kepemimpinan dan tata kelola, keunggulan kurikulum, serta organ pembina dan pengawas yang profesional. “Untuk bisa maju, sekolah Katolik harus berpegang pada apa yang khas dari sekolah Katolik itu sendiri, yaitu harus kembali ke sumber yaitu mendasarkan diri pada budaya kasih,” lanjut Romo Darmin.

Anggota presidium lainnya, Romo Frido Mulya SCJ mengungkapkan, saat ini lembaga pendidikan Katolik menghadapi problematika yang kompleks. “Probematika ini menyangkut internal yaitu tata kelola, kepemimpinan, manajemen keuangan, dll. Sementara pengaruh eksternal adalah pengaruh peraturan perundangan yang cukup besar terhadap lembaga pendidikan Katolik.”

Sedangkan Ketua MPK Keuskupan Bandung Dr Sherly Iliana lebih melihat pengaruh muatan lokal bagi perkembangan LPK. Menurutnya, di setiap daerah memiliki muatan lokalnya sendiri-sendiri. Muatan lokal ini kita kembangkan menjadi bagian dari pengembangan peserta didik.

Secara keseluruhan sidang pleno MNPK XV ini dihadiri perwakilan dari 32 keuskupan di Indonesia. Selanjutnya sidang pleno XV MNPK ini akan dilanjutkan di Bali pada 1-3 Februari 2017. Sidang di Bali akan membahas kelanjutan badan hukum MNPK dan pemilihan kepengurusan baru MNPK.

Antonius E Sugiyanto (Bandung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here