Pewartaan Jalan Kaki

373
Pastor Carney berdoa bersama seorang umat.
[Toronto Catholic Witness]
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Ia berjalan kaki mengelilingi wilayah paroki hampir setiap hari. Sambil berdoa Rosario, ia menyapa setiap orang di jalan. Selain menyehatkan, ia bisa mengenal banyak umat.

Suatu sore, Pastor Lawrence Carney berjalan menyusuri bulevard St Joseph, Missouri, Amerika Serikat. Ketika berada di salah satu ruas jalan, sebuah mobil merek Lincoln mendekatinya perlahan. Dari dalam kendaraan berkelir putih itu, sang pengemudi menurunkan kaca mobil. Ia bertanya kepada sang imam, “Apa yang sedang kamu lakukan?”

Pastor Carney menghentikan langkah seketika. Ia sedikit membungkukkan badan agar bisa melihat wajah sang pengendara, “Oh, saya sedang memancing,” jawabnya sambil memilin bulir-bulir Rosario di genggaman tangan kanannya. “Salib ini adalah kail, sementara (bulir-bulir) Rosario ini adalah tali (pancing)-nya,” lanjut sang imam yang mengenakan jubah dan topi serba hitam itu, sembari tersenyum.

Pastor Carney meminta kepada orang itu agar bisa mengalungkan Rosario di leher pemuda tersebut. Pemuda itu mempersilakan. Begitu Rosario melingkar di leher sang pemuda, imam Keuskupan Wichita itu berkata, “Kamu baru saja tertangkap oleh Yesus,” serunya. Kedua orang itu langsung tertawa.

Dengarkan, Senyum
Saban sore, enam hari dalam sepekan, Pastor Carney meluangkan waktu untuk sekadar jalan-jalan. Rutinitas itu, ia mulai pada 2014, sejak ditugaskan sebagai pendamping rohani untuk para Suster Benediktin di Gower, Missouri, Amerika Serikat. Komunitas itu berada dalam wilayah pelayanan Paroki St James.

Usai menjalankan tanggung jawabnya di komunitas para Suster Benediktin, Pastor Carney kembali ke tempat tinggalnya di Pastoran St James. Dari sana, imam yang ditahbiskan pada 2007 mulai menyusuri setiap sudut kota berpenduduk sekitar 76 ribu orang itu. Ia tak mematok rute. Ia hanya mengikuti kata hati dan langkah kaki. Sembari berjalan, Pastor Carney berdoa Rosario, menyapa masyarakat, mendengarkan berbagai kisah mereka, dan menyampaikan pesan Injil.

Orang-orang yang melintas di sepanjang jalan St Joseph segera mengenali identitasnya. Busana serta atribut yang ia kenakan, amat kontras dengan lingkungan sekitar –setidaknya di antara para imam yang berkarya di Keuskupan Wichita. Setiap kali turun ke jalan, Pastor Carney selalu mengenakan jubah bercolar dan topi hitam (saturno). Tak hanya itu, ia juga memegang Rosario dan salib berukuran 2,5 sentimeter.

Pastoral jalan kaki selama berada di St Joseph, terinspirasi dari pengalaman Pastor Canery saat mengikuti Camino de Santiago (berjalan kaki menuju Santiago, kota di Spanyol). Ia ber-camino dengan mengenakan jubah. Selama 32 hari menyusuri jalan berbukit, lembah, dan melintasi sungai menuju pusara St Yakobus, ia telah berkomunikasi dengan seribu orang.

Jubah yang melekat di tubuhnya bukan semata-mata busana seorang gembala yang diatur dalam kanon Gereja. Pakaian itu, ia anggap seperti magnet sekaligus sakramen, yang membuat banyak orang datang kepadanya. Sekaligus menampakan kehadiran Gereja dan Allah yang menyapa seluruh manusia, mendengarkan setiap persoalan yang merundung umat-Nya, dan menawarkan kebaikan kepada mereka.

Irene Di Pietro, sahabat Pastor Carney asal New Orleans, mengamini refleksi sang imam. Ketika jalan bareng dengan Pastor Carney, ia melihat sendiri remaja dan orang tua, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, datang kepada Pastor Carney dan menumpahkan segala persoalan mereka kepadanya. “Mereka menangis di hadapannya, seperti menumpahkan segala isi hati kepada Tuhan yang sedang melawat umat-Nya di dunia,” ungkapnya kepada Catholic News Register.

Dalam sehari, beber Pastor Carney, bisa sepuluh orang yang bertemu dan berkomunikasi dengan dia. Selama tiga tahun di Missouri, ia memperkirakan sudah lima ribu orang berbeda yang ditemuinya. Namun, ia bukanlah agen bisnis multilevel marketing, di mana kuantitas manusia adalah parameter utama.

Bagi Pastor Carney, yang terpenting dalam setiap perjumpaan adalah orang nyaman bertemu dan berbicara dengannya. Situasi tersebut harus diciptakan. “Meski orang itu terkesan mulai menyerang, tetap dengarkanlah mereka. Harus bersabar, dan biarkan Tuhan yang bekerja.”

Kehadiran Gereja
Sepenggal pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi demikian, every beginning is difficult. Setiap permulaan itu sulit. Adagium ini sungguh dirasakan Pastor Carney pada awal turun ke jalan dan mengenakan jubah panjang. Tak sedikit rintangan yang ia hadapi. Bila musim panas tiba, cuaca di Missouri bisa sangat tidak bersahabat. Pada musim seperti itu, ia mengenakan jubah panjang, mungkin orang bakal menganggapnya aneh.

Tak semua orang yang ia temui menerima kehadirannya. Ada juga perlakuan tak senonoh yang diterimanya. Ada juga yang mengolok dan bertanya soal sejumlah skandal yang dilakukan oleh para koleganya, kaum berjubah. Katanya, tak mungkin, dari ribuan orang yang ditemui, tak ada satu pun yang membahas soal itu.

Pastor Carney hanya mendengarkan. Prioritasnya keluar dari pastoran dan membaur dengan masyarakat adalah mengajarkan pola hidup semi-monastik, yang memadukan antara hidup kontemplatif dan kerasulan. Ia mengambil contoh kehidupan kaum biarawan.

Sejak pagi hingga sore, para biarawan, kata Pastor Carney, keluar dari biara, menyusuri tiap jalan dan mengajak para tunawisma untuk makan bersama mereka di biara. Setelah itu, mulai sore hingga malam, para biarawan kembali ke komunitas, berkumpul, dan melakukan kegiatan bersama dengan para konfraternya. “Pada akhirnya, kita harus melihat kembali dan bertanya, bagaimana saya melayani Tuhan selama hidup?” ujarnya.

Pastor Evan Harkins, Pastor Kepala Paroki St James, menyebut koleganya sebagai imam sekaligus misionaris sejati. Bagi Pastor Harkins, yang dilakukan Pastor Carney membawa berkah bagi masyarakat, secara khusus umat parokinya. Kehadiran rekannya di jalan, menjadi simbol kehadiran Gereja dan Tuhan.

Seperti Yesus
Pastor Carney mendorong rekan-rekannya, sesama para imam, agar jangan mendekam terus dalam pastoran. Para imam harus berolahraga agar sehat, katanya, salah satu cara termurah dan sederhana adalah dengan berjalan kaki. Cara ini bisa dipadukan dengan berdoa Rosario.

Berjalan kaki, tambahnya, juga teladan yang paling sering diajarkan dan dilakukan Yesus. Menurut Pastor Carney, Yesus mengunjungi orang paling sering dengan berjalan kaki, bukan dengan berkuda, apalagi berkendaraan. Jadi, mulailah berjalan kaki. “Allah bekerja dalam diri setiap orang,” pungkasnya.

Yanuari Marwanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here