Telah Berpulang, Pendiri Majalah “Intisari” Josephus Adisubrata

2121
Keluarga alm.Josephus Adisubrata. [dok.kompas.id/Adhi Kusumaputra]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com Telah berpulang dalam damai kepada Bapa di Surga, Josephus Adisubrata, salah satu pendiri majalah Intisari pada Sabtu, 8/9, siang hari, pukul 14.00 WIB di kediamannya, jalan Kakap Raya no.49, Rawamangun, Jakarta Timur.

Berita dukacita tersebut disampaikan oleh salah satu umat Paroki Rawamangun (Gereja Keluarga Kudus), MW, yang turut mengenal almarhum. “Ia termasuk salah satu pendiri Paroki Rawamangun,” ungkapnya kepada redaksi Hidupkatolik.com. Diketahui kemudian bahwa almarhum telah mengidap penyakit parkinson selama bertahun-tahun. Kini, almarhum meninggalkan istri dan tiga anak.

MW yang juga adalah anggota Komisi Keadilan Perdamaian (KP) di KAJ, mengutip rangkaian jadwal misa yang telah disusun untuk mendoakan almarhum Josephus Adisubrata sebagai berikut:

  • Sabtu, 8/ 9, pukul 20.00 WIB, oleh Pastor Edyanto, MSF
  • Minggu, 9/9, pukul 19.00 WIB (bersama Bapak Uskup)
  • Senin, 10/9, pukul 19.30 WIB, oleh Pastor Sutarno, MSF
  • Selasa, 11/9, pukul 11.00 WIB, misa tutup peti di Gereja Keluarga Kudus, Paroki Rawamangun.
  • Usai misa tutup peti, selanjutnya almarhum akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum San Diego Hills, Karawang
Seorang umat tengah melayat jenazah (alm.) Josephus Adisubrata pada Sabtu, 8/9 di tempat kediaman almarhum. [dok.pribadi]

Lahir : Klaten, Jawa Tengah, 7 Maret 1930
Agama : Katolik
Pendidikan :
– SD, Yogyakarta (1944)
– SLP, Yogyakarta (1948)
– SLA, Yogyakarta (1951)
– Kursus Bahasa dan Sejarah di Yogyakarta (1953-1955)
– Kursus Filsafat (1955-1958)
– Universitas Leuven Belgia (1958-1962)

Karir :
– Guru Besar dan Sejarah di Jakarta (1962-1963)
– Redaktur/ Wartawan majalah Intisari (1963-1973)
– Redaktur/ Wartawan harian Kompas (1965-1973)
– Kepala Divisi Penerbitan PT Gramedia (1973)
– Pemimpin Umum majalah Bobo (1973-1980)
– Direktur Utama PT Gramedia Film (1976)
– Anggota Direksi PT Gramedia (sejak 1980) 

In Memoriam-Josephus Adisubrata
Dilansir dari situs yang sama, diperoleh catatan kecil mengenai sosok alrmarhum yang merintis awal karirnya sebagai redaktur/ wartawan majalah Intisari. Catatan itu tertulis sebagai berikut;

Di sekolah seminari, “Saya memperoleh pendidikan moral dan ilmu yang lebih dari cukup,” ujar Josepheus Adisubrata. Di sekolah pastor setingkat SLTA di Yogyakarta itu, ia diharuskan menguasai bahasa Inggris, Prancis, Belanda, dan Latin (pasif). Ini yang menopang keberhasilannya sebagai wartawan maupun penerbit.

Ayah Sri Maryadi — nama kecil Adisubrata — memang menginginkan agar ada seorang dari sembilan anaknya yang menjadi pastor. “Tapi keputusan masuk seminari datang dari saya sendiri,” ujar si sulung, yang di SD pernah meraih predikat “juara kelas”.

Di seminari, anak guru dari Desa Semangkak, Klaten, Jawa Tengah, itu harus menghasilkan sebuah karangan bagus tiap minggu. Maka, ia tidak ragu-ragu menerima ketika Almarhum P.K. Ojong dan Jakob Oetama mengajaknya bergabung ke majalah Intisari, 1963. Ia juga tidak mengalami kesulitan jurnalistik saat menjadi wartawan harian Kompas.

Pada 1973, kelompok Kompas merasa sudah tiba waktunya memperluas usaha — dengan menerbitkan buku. Didirikanlah Divisi Penerbitan PT Gramedia, dan Adisubrata ditunjuk sebagai kepalanya. Cerita bersambung Marga T., Karmila, yang muncul di Kompas sebelumnya, adalah buku terbitan PT Gramedia yang pertama.

Buku itu berkali-kali mengalami cetak ulang.Setelah buku novel jenuh di pasaran, dengan sigap Gramedia beralih menggarap buku anak-anak. Dongeng-dongeng sejenis karangan H.C. Andersen mereka cetak warna-warni, dengan cover mewah empat warna. Dan laris.

Tetapi, kata Adisubrata, yang juga pemimpin umum majalah anak-anak Bobo, “Usaha penerbitan jangan hanya diukur dari segi keuntungan.” Dalam upaya “mencerdaskan dan membudayakan bangsa”, Gramedia juga menerbitkan buku-buku kurang laku. Misalnya, Kebudayaan dan Material Dayak, dan Senilukis Bali dalam Tiga Dimensi.

Untuk buku-buku terjemahan, lepasan nirgelar Universitas Leuven, Swedia, itu setiap tahun datang ke Pameran Buku Internasional di Frankfurt, Jerman Barat. Kalau ada yang cocok, ia langsung menandatangani kontrak dengan penerbit asing yang bersangkutan.

Sepak bola adalah olah raga kegemarannya. Di klub sepak bola Seminari, ia, bersama Pastor Swantoro, kini Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, menjadi penyerang. Tetapi senam dan jogging adalah olah raga yang dilakukannya sekarang. Waktu senggang diisinya dengan merawat tanaman di halaman rumahnya di Jalan Kakap Raya, Jakarta Timur. Jika Adi berhalangan, tugas itu digantikan oleh Agnes Sugiyatmi, wanita sekampung di Klaten, yang dinikahinya pada 1965.

Adi sangat mementingkan pendidikan kerohanian bagi ketiga anaknya. “Pendidikan rohani dulu, baru ilmu pengetahuan,” katanya.


Dalam Pekan Biasa XXII, umat Katolik pada Sabtu ini pula memperingati Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Namanya mengingatkan kita akan kelembutan hati seorang ibu sekaligus sosok teladan iman yang penuh harapan, kepasrahan, dan keyakinan akan pendampingan Tuhan.

Maka atas pendampingan Tuhan Yesus pula, almarhum Josephus Adisubrata secara paripurna telah menyelesaikan seluruh rangkaian hidupnya hingga mencapai garis akhir. Disinilah hendak dinyatakan kembali karya keselamatan universal Allah dalam diri setiap orang (Mat. 1:16). Selamat jalan Josephus Adisubrata, Rest in Peace..

 

Antonius Bilandoro

3 COMMENTS

Leave a Reply to Sugi. C Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here