Paroki St Theresia Kanak-Kanak Yesus: Gereja Diaspora

1181
Umat Gereja Diaspora Lengkong mengikuti Misa pada Senin minggu kedua. [Dok. Agustinus Ontong]
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM –  Paroki St Theresia Kanak-Kanak Yesus, Majenang Kabupaten Cilacap. Bertahun-tahun tidak terjamah pelayanan pastoral tidak membuat kawanan umat ini menyerah dengan imannya.

JALAN kecil yang dipopulerkan oleh si Bunga Kecil Gereja telah menghantar banyak orang menemukan Allah. Dalam perjalanan hidupnya yang singkat, St Theresia dari Kanak-Kanak Yesus memberikan sebuah teladan untuk memiliki sikap kepercayaan mutlak pada Allah dalam setiap keadaan.

Perempuan ketiga yang diberi gelar Doktor Gereja ini, dilatih Tuhan untuk mendapatkan apa yang baru bisa dicapai orang lain dalam waktu yang lama. Walaupun demikian, Theresia tidak pernah berputus asa. Hal ini jugalah yang dialami oleh umat Paroki Majenang yang bernaung dibawah nama pelindung santa yang dikanonisasi pada tahun 1925 ini.

Akhirnya setelah bertahun tahun menunggu, Paroki Majenang resmi menjadi paroki pada 1 Oktober 2010. Perayaan sewindu Paroki Majenang dirayakan dengan “Misa Turing”. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mengelilingi empat stasi paroki yakni, Stasi Karangpucung St Eugenius de Mazenod, Stasi Caruy St Margareta Maria Alacoque, Stasi Wanareja Santa Bernadeta, dan Stasi Mergo St Maria Mediatrix.

Misa keliling ini dilaksanakan setiap dua minggu sekali sejak bulan Agustus. Uniknya selain stasi, paroki ini memiliki “Gereja Diaspora”. Pastor Paroki Majenang, Bonifasius Abbas sejak tahun 2006 hingga 2007 giat mencari umat yang tinggal terpisah dari paroki maupun stasi.

Saat itu ia menemukan lima keluarga Katolik dengan jumlah sekitar 12 orang. Ketika Pastor Boni, sapaan akrabnya, kembali ke Majenang kumpulan umat itu tertinggal empat keluarga dengan jumlah empat orang. “Sebagian besar mereka sudah mati,” ungkapnya.

Kumpulan umat yang hidup terpisah  ini pun disebut sebagai Gereja Diaspora oleh Pastor Boni. Ada tiga lokasi Gereja Diaspora yakni di Lengkong, Negarajati, dan Salem. Umat di Lengkong memiliki latar belakang bekas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Mereka merasa dibuang dan mengucilkan diri. Sedangkan di Negarajati adalah masyarakat Kecamatan Cimanggu yang adalah petani pencari lahan untuk digarap dan satu keluarga beternak kambing untuk dijual susunya. Sedangkan umat di Salem baru ditemukan sekitar tahun 2008 saat seorang guru ditugaskan ke sana.

Pastor Paroki pertama, Pastor Martinus Ngarlan mulai melayani umat di Salem. “Mereka semua merindukan untuk menerima Komuni,” ungkap Pastor Boni. Demi menjawab kerinduan umat, tim pastoral Paroki Majenang pun mengadakan pelayanan sakramental.

Vikariat Pastor Paroki, Pastor Agustinus Ontong menjelaskan setiap bulan Gereja Diaspora dilayani Misa sekali tiap hari Senin. Negarajati dilayani tiap Senin kedua, Lengkong senin ketiga, dan Salem senin keempat. “Gereja Diaspora tidak memiliki tempat, maka umat di sana mengandalkan rumah mereka masing-masing secara bergiliran untuk dijadikan tempat bersekutu,” ujarnya.

Pastor Boni menambahkan, misa diadakan saat pukul 3 sore karena cahaya minim dan jarak dari rumah satu ke rumah yang lain terpisah oleh kebun karet maka sulit jika diadakan pada malam hari.

Pastor yang ditahbiskan 14 Juli 1994 ini terkesima dengan iman umat diaspora yang ia temui. Ia berujar, sekian puluh tahun tidak mendapat pelayanan pastoral dan mendapat tekanan bahkan ada yang dibayar agar pindah agama, tidak menyurutkan langkah mereka untuk giat mengimani Kristus.

“Saya kira, justru besarnya iman itu ditemui di umat diaspora. Saya rasa itulah iman yang besar karena mereka tetap setia kepada iman Katolik,” imbuh Pastur Bonni.


Felicia Permata Hanggu  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here