Jejak Spiritual Michaelangelo

1784
3/5 - (3 votes)

Tak Pernah Puas
Setelah menyelesaikan Pietà, praktis Michaelangelo mulai diperhitungkan sebagai salah satu seniman hebat pada masa itu. Michelangelo lalu menerima banyak permintaan untuk membuat karya patung dan lukisan selama di Florence, banyak di antaranya yang belum selesai ketika, pada tahun 1505, ia dipanggil kembali ke Roma untuk bekerja di Makam untuk Paus Julius II.

Michaelangelo sebenarnya merencanakan hanya akan bekerja selama lima tahun di makam itu, namun ia butuh waktu lebih lama. Untuk merampungkan sekitar 40 patung dan membangun makam Paus, Michelangelo bekerja di makam itu selama 40 tahun, namun selama itu ia masih belum puas dengan karyanya. Pada masa ini, untungnya Michaelangelo berhasil menyelesaikan beberapa karyanya. Sebuah patung Nabi Musa ia selesaikan pada 1516.

Ia juga juga menyelesaikan beberapa karya terbaiknya, terutama fresco di langit­-langit Kapel Sistina. Untuk yang terakhir ini, ia membutuhkan empat tahun untuk menyelesaikan. Lukisan di langit-langit Kapel Sistina membentang sekitar lima ratus meter persegi langit­langit.

Kubah di Basilika St Petrus karya Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni. [www.viator.com/]
Michelangelo harus berbaring atau telentang untuk menyelesaikan pekerjaan hebat ini. Adegan yang digambarkan berasal dari Kitab Kejadian. Di salah satu bagiannya, Michaelangelo menggambar tangan Allah yang terentang dengan jarinya menyentuh ujung tangan Adam.

Bagian ini menjadi paling dikenal dan banyak ditiru pelukis lain di masa itu. Michelangelo adalah pribadi yang taat beragama. Ia menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang kematian. Sesuatu yang membuatnya lebih dekat dengan imannya.

Kehidupan rohaninya juga terlihat dari banyak puisi yang ditulisnya. Michelangelo, bagian dari tubuh karya seniman yang banyak orang mungkin tahu sedikit.

Nilai Rohani
Jejak Michaelangelo tak hanya terlihat dari karya­-karyanya. Nilai rohani dari karyanya menjadi karya yang lebih tak ternilai. Selama 500 tahun sudah tak terhitung berapa juta manusia yang berdoa di hadapan Pietà. Juga tak terhitung ada berapa ribu patung tiruan yang dibuat dengan menjiplak karya ini.

Lukisan di Kapel Sistina juga menjadi kisah rohani lain. Lukisannya telah menjadi saksi terpilihnya seorang Paus dari sejak ratusan tahun silam. Teolog Inggris dan Uskup St David, Wales, Mgr George Bull menyingkap kedalaman spiritualitas Michelangelo.

Menurutnya, sang pelukis memiliki hasrat mendalam akan keindahan namun tak ingin membiarkan dirinya terlepas dari pandangan Kristen tentang dunia. Giorgio Vasari, penulis biografi pertama dari Michelangelo, melihat keindahan dan kekuatan yang luar biasa dari karya seni agamis Michelangelo.

Dalam bukunya Lives of the Artists (diterbitkan tahun 1568), Vasari menggambarkan karya Pietá sebagai “wahyu” dari semua karya patung. Ini merupakan keajaiban, bahwa batu tanpa bentuk dapat direduksi menjadi kesempurnaan yang alami yang hampir tidak bisa diciptakan dalam “daging”. 

Dalam lukisan penghakiman terakhir karya Michelangelo, Vasari mengatakan bahwa Michaelangelo ingin menunjukkan “Dunia Penghakiman” yang sebenarnya. Lukisan ini menggambarkan kebangkitan sejati yang nyata diilhami oleh Tuhan dan memungkinkan umat manusia untuk melihat gambaran tentang penghakiman itu.

Lukisan Penghakiman Terakhir di Kapel Sistina. [www.thedailybeast.com/]
Tak hanya berhenti di situ, Vascari melanjutkan dengan mengomentari kubah di Basilika St Petrus karya Michaelangelo yang menurutnya juga penuh dengan nilai rohani. Spiritualitas Michelangelo berakar pada Kekatolikan yang dihayati keluarganya selain juga dipengaruhi oleh budaya.

Sama seperti ketika seorang bayi mengisap susu ibunya, palu dan pahat yang digunakan dengan pengaruh iman Kristen yang dihidupinya. Sewaktu kecil ia akan menghadiri Misa di Gereja Santa Croce. Sepanjang hidupnya, surat-­surat Michelangelo dengan mudah memanggil nama Tuhan.

Boleh jadi karena kehidupan spiritualnya ini, Michaelangelo tetap memiliki kehidupan yang sederhana dan saleh. Di suatu malam saat menyelesaikan Pietà, ia diam­-diam mengukir nama dan tanda tangannya di dekat siko Maria.

Namun, setelahnya ia menyesali kesombongan atas tindakan ini. Alhasil, hanya di Pietà inilah tercetak tanda tangannya, Michaelangelo tak pernah lagi memahatkan namanya di karya-­karyanya yang lain.


Antonius E. Sugiyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here