Aborsi Bayi Cacat Tidak Dibenarkan

346
Paus Fransiskus menyapa para peserta “Konferensi untuk Kehidupan” di Vatikan.
[Dok. Media Vatikan]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Setiap anak adalah hadiah yang mengubah sejarah keluarga bahkan janin yang didiagnosa kecacatan perlu disambut, dicintai, dan dirawat.

Budaya sekali pakai (throw away culture) telah menekan kaum perempuan untuk melihat aborsi sebagai satu-satunya alternatif menangani kehamilan yang sulit. Untuk itu, Gereja Katolik harus siap membantu, menemani, dan merawat ibu hamil, serta keluarga mereka. Paus Fransiskus kembali mengingatkan kepada khalayak ramai, bahwa setiap anak adalah hadiah yang mengubah sejarah keluarga. Anak ini perlu disambut, dicintai, dan dirawat. Ini ia sampaikan dalam konferensi untuk kehidupan di Vatikan, Sabtu, 25/5.

Konferensi ini disponsori oleh Diskateri untuk Awam, Keluarga, dan Hidup. Prefek diskateri ini, , Kardinal Kevin Joseph Farell mengungkapkan, tujuan konferensi ini adalah untuk menawarkan refleksi dan kepedulian pastoral untuk anak-anak yang belum lahir, dan bayi baru lahir yang terancam atau menderita penyakit serius atau cacat.

Paus menegaskan, aborsi tidak pernah menjadi solusi bahkan ketika janin menderita gangguan patologis. Umumnya, ketika tes pre-natal menunjukkan adanya kemungkinan janin memiliki kelainan, pada tingkat sosial, timbul ketakutan dan permusuhan terhadap kekacacatan yang mengarahkan pada pilihan aborsi. Tindakan ini dikonfigurasikan sebagai praktik pencegahan. “Janin di dalam rahim adalah pasien kecil yang harus kita lindungi dan rawat,” ungkapnya.

Ajaran Gereja mengenai hal ini jelas: kehidupan manusia itu kudus dan tidak dapat diganggu gugat. Penggunaan diagnosis prenatal untuk tujuan tertentu harus dihilangkan dengan segenap daya dan upaya, karena itu adalah ekspresi dari mentalitas eugenika yang tidak manusiawi.

Mentalitas ini menghilangkan kemungkinan terbentuknya keluarga yang siap menyambut, merangkul, dan mencintai anak-anak mereka yang paling lemah. Eugenika adalah studi atau kepercayaan pada kemungkinan peningkatan kualitas spesies manusia, terutama dengan cara mencegah reproduksi orang yang memiliki cacat genetik atau dianggap memiliki sifat bawaan yang tidak diinginkan.

Di luar apa yang Gereja ajarkan, Paus Fransiskus memberikan pengertian baru, bahwa menggunakan aborsi sebagai pencegahan selalu tidak dapat diterima. “Permasalahan ini adalah masalah manusia. Iman tidak ada hubungannya denganitu,” imbuh Paus seperti dilansir cruxnow, (25/5).

Paus pun melontarkan pertanyaan mendalam, “Apakah diizinkan untuk mengontrak pembunuh bayaran untuk menyelesaikan masalah? Jawabannya adalah milikmu. Ini intinya, ini bukan tentang agama, ini adalah hal yang manusiawi. Tindakan demikian tidak pernah dibenarkan,” tegasnya.

Kardinal Farell mendorong agar lebih banyak orientasi pastoral memenuhi kewajiban pengikut Kristus menjaga orang lain dengan cara yang penuh kasih sesuai pandangan iman, bahwa setiap laki-laki dan perempuan, diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. “Salah satu tantangan terbesar bagi setiap ibu adalah pemikiran, bahwa anak dalam kandungan dapat didiagnosa menderita penyakit serius. Pada saat seperti itulah, Gereja dan semua orang yang berkehendak baik, harus dipersiapkan dan siap untuk membantu ibu dan keluarganya, sebagai ibu yang penuh kasih. Sehingga, Gereja selalu dipanggil untuk menjadi pelindung kehidupan,” ungkapnya.

Kardinal Farell juga menekankan perlunya kerja sama yang lebih besar, antara mereka dalam profesi medis dan agama. Hal ini untuk mempertahankan pengalaman unik menjadi ibu, di mana ada ikatan yang misterius dan mendalam, antara seorang ibu dan anaknya sejak saat pembuahan. “Ikatan ini adalah hubungan yang harus dijaga, dilindungi, dan ditemani sehingga bisa dijalani sebagai jalur penyambutan dan cinta,” tandasnya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.24 2019, 16 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here