Merawat Pemberi Kehidupan

139
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Tenggelamkan! Kalimat imperatif ini identik dengan sosok Susi Pujiastuti. Sejak diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi tanpa tedeng aling-aling mengambil tindakan tegas terhadap setiap kapal (pihak) asing yang berkeliaran secara ilegal di wilayah laut Indonesia. Sejumlah kapal asing telah dimusnahkan dan dibenamkan di laut kita. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan sekaligus menjaga kelestarian hayati atau eksosistem laut Indonesia secara komprehensif.

Gebrakan Susi pun sampai ke tembok Vatikan. Ia berjumpa Paus Fransiskus di Vatikan akhir tahun 2018 lalu. Dengan itu, Paus memberi dukungan kepada Susi untuk terus menyelamatkan bumi (laut) dari ancaman serius. Dukungan yang sangat berarti bagi Susi. Paus punya alasan mendalam, mengapa ia menyokong setiap upaya untuk merawat laut, di belahan dunia mana pun.

Di samping itu, kelestarian ekosistem laut juga menjadi sorotan dan perhatian dunia belakangan ini. Tahun 2018, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggarakan konferensi internasional kelautan di Bali. Dengan tema, “Our Ocean, Our Legacy” ‘Laut Kita, Warisan Kita’. Negara-negara yang hadir sepakat untuk menjaga dan memelihara kelestarian laut. Bagaimana menangani bersama masalah-masalah kelautan, yang selama ini menjadi persoalan krusial, seperti masalah sampah atau polusi laut, konservasi laut, dampak perubahan iklim (climate change) pada laut, keamanan laut, ekonomi kelautan (blue economy)? Juga bagaimana melibatkan generasi milenial agar makin peduli pada kelestarian laut dan perikanan.

Untuk itu, semua negara peserta konferensi menyadari, tugas dan tanggungjawab ini perlu menggandeng semua pihak seperti kalangan swasta, akademisi dan mahasiswa, organisasi-organisasi non pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat), pemilik modal dan lain-lain. Indonesia sendiri, sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menempatkan laut sebagai masa depan Indonesia. Baginya laut adalah pemersatu berbagai peradaban anak manusia.

Begitu juga dengan Gereja Katolik. Sudah sejak lama, Gereja melalui pelbagai macam instrumen memberikan perhatian kepada masalah-masalah kelautan, yang bersentuhan langsung dengan manusia dan alam semesta. Ensiklik Laudato Si’ menjadi rujukan yang paling mutakhir, manakala Gereja berbicara tentang pelestarian lingkungan hidup. Kendati tidak secara eksplisit ensiklik ini berbicara mengenai laut, namun esensi yang ditegaskan Paus di dalamnya, juga menyentuh masalah ekosistem di laut sebagai satu kesatuan alam (bumi) kita ini.

Maka, ketika pada edisi ini, kami mengangkat sebuah tradisi kelautan di Nusa Tenggara Timur (NTT), hal ini merupakan upaya kita untuk menarik perhatian (baca: kesadaran) semua kalangan agar secara bersama-sama merawat laut dan segala isinya. Laut bukan objek yang bisa dieksploitasi sesuka hati. Tidak! Meminjam puisi Presiden Joko Widodo, “rangkul lah dia (laut, Red.) dengan hatimu; jadikan dia sahabatmu; sahabat yang akan memberikan kehidupan…”

HIDUP NO.28 2019, 14 Juli 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here