Mempromosikan Warisan Dialog dan Perdamaian

173
Lukisan Pastor Jacques Hamel, yang dibunuh oleh para ekstremis pada 26 Juli 2016 ketika ia merayakan Misa.
[Lukisan Neilson Neilson Carlin diambil dari Elizabeth Lev]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pada peringatan tiga tahun pembunuhan Pastor Jacques Hamel oleh teroris, beberapa imam dan politisi lokal berusaha mempromosikan warisan dialog dan perdamaian.

Seorang imam berusia 86 tahun disandera di Gereja St Stefanus di Saint-Étienne-du-Rouvray, dekat Rouen, oleh dua ekstremis Muslim : Adel Kermiche dan Abdel Malik Petitjean. Penyekapan yang terjadi selama 40 menit itu terjadi pada 26 Juli 2016. Kedua teroris yang berjanji setia kepada ISIS tersebut kemudian membunuh Pastor Jacques Hamel tanpa ampun.

Sebelum dibunuh, Pastor Jacques dipaksa berlutut, dan dengan suara nyaring ia menyerukan seruannya yang terkenal : “Pergilah, Setan!”. Ungkapan itu mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Perancis dan Eropa dan bahkan mengarahkan Paus Fransiskus untuk mengesampingkan masa tunggu lima tahun yang diperlukan untuk memulai proses Penggelaran Kudus dari seorang imam asal Perancis ini.

Tergerak oleh pembunuhan brutal tersebut, Paus Fransiskus bersikeras menyatakan bahwa Pastor Jacques adalah seorang martir, dan para martir dibeatifikasi. Hal ini dinyatakan ketika merayakan Misa untuk menghormatinya pada tahun 2016. Tak lupa, Buku brevir Pastor Jacques disimpan sebagai peninggalan di Vatikan.

Untuk menghormati peringatan kematiannya, berbagai kegiatan dan perayaan pun diselenggarakan di jantung kota kecil SaintÉtienne-du-Rouvray. Doa rosario sepanjang hari diadakan di gereja tempat Pastor Jacques dibunuh, dengan meditasi dipimpin oleh Pastor Frederic Masset, pastor paroki dari gereja terdekat.

Pada peringatan tiga tahun pembunuhan Pastor Jacques Hamel, beberapa imam dan politisi lokal berusaha mempromosikan warisan dialog dan perdamaiannya. “Adalah hak bagi kita untuk memberontak terhadap pembunuhan seorang imam di gerejanya, melawan semua bentuk kekerasan. Kita harus berjuang untuk perdamaian. Pastor Jacques Hamel memberikan nyawanya untuk ini,” ungakap Uskup Agung Rouen Dominique Lebrun dalamn homilinya pada hari Jumat di gereja tempat Pastor Jacques dibunuh seperti dilansir cruxnow.com, 28/7. Malam itu juga disertai oleh kesaksian Alain Quibel, yang hadir selama serangan berlangsung.

Pada hari peringatan peristiwa naas itu, sebuah pawai sunyi melewati jalan-jalan kota, menuju ke gereja lokal di mana Mgr Rouen merayakan Misa untuk mengenang sang imam. Bahkan di depan gereja diletakan sebuah lempengan logam yang didedikasikan pada tahun 2017 sebagai penghargaan abadi untuk pesan perdamaian dan persaudaraan dari imam yang meninggal sebagai martir ini. “Hidup bersama, seperti yang dulu dikatakan kakakku, adalah hidup bersama dengan yang lain, itu adalah dedikasi untuk mengatasi kebencian,” tutur saudari perempuan Pastor Jacques, Roseline Hamel pada sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh Komune Saint-Étienne-du- Rouvray pada 26 Juli.

Wali Kota Joachim Moyse turut menggemakan gaung perdamaian itu dengan menyatakan, “Pastor Jacques Hamel telah mempromosikan wacana perdamaian dan persaudaraan, dan terserah kepada kita kaum Republik untuk mau menerapkan kondisi perdamaian dan persaudaraan ini atau tidak.”

Joachim Moyse bukanlah satu-satunya politisi yang mencoba memanfaatkan daya tarik dari imam Perancis yang pemberani ini. Pada tahun 2017, Emmanuel Macron, yang baru saja terpilih sebagai presiden, berusaha menunjukkan peringatan pembunuha itu dengan menyebut Pastor Jacques Hamel sebagai martir. Ia juga mengambil kesempatan untuk membentangkan program politiknya tentang agama, dengan menyatakan, “di masamasa sulit ini, di mana begitu banyak saudara kita menderita terorisme dan penganiayaan, negara harus menjamin kebebasan beragama bagi orang yang beriman dan yang tidak beriman. Melindungi setiap tempat ibadah,” imbuhnya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.31 2019, 4 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here