Merdeka dari Belenggu Asap

164
Pastor Benedictus Manulang bertindak sebagai Pembina Upacara 17 Agustus 2019 di halaman Pastoran Santa Maria a Fatima, Pekanbaru, Riau.
[Pastor Emanuel Kadang]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Indonesia telah merdeka 74 tahun. Kendati begitu masih ada daerah-daerah yang belum merdeka dari belenggu asap.

Si raja siang di ufuk Timur seakaan enggan tersenyum. Langit di sekitar Pekanbaru, Riau berwajah muram dan sendu. Angin enggan bertiup. Sudah lebih dari dua Minggu Riau dan sekitarnya, berselimutkan asap yang mengakibatkan alat penciuman dan pernafasan mengalami gangguan.

Titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan juga naik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kabut asap mulai menganggu jarak pandang. Gedung-gedung tinggi dilihat dari kejauhan mulai samar-samar karena diselubungi asap, ditambah cuaca mendung.

“Saya sesak”, teriak seorang ibu pedagang kaki lima di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pekanbaru, Riau, Kamis, 8/8. Sang ibu sembari berlari kecil menjumpai dan meminta masker kepada seorang anggota Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Ranting Paroki Santa Maria a Fatima Pekanbaru. Di tengah padatnya jalanan itu, seribu masker dibagikan WKRI secara gratis kepada masyarakat yang melintas.

Pilar Kesaksian
Asap yang menyelimuti Riau dan sekitarnya, Kota Pekanbaru khususnya, menggerakkan tokoh-tokoh lintas agama di Kota Pekanbaru mengadakan doa bersama pada Rabu, 11/8. Intensi utama doa ini adalah agar Tuhan menurunkan hujan supaya warga masyarakat Riau dan Pekanbaru terbebas dari asap. Kebakaran lahan dan hutan di sejumlah daerah makin meluas, termasuk cakupan gangguannya.

Dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pekanbaru menyebutkan jarak pandang di Pekanbaru pada pagi harinya hanya empat kilometer. Memburuknya jarak pandang karena kabut asap bercampur embun. Tak hanya Kota Pekanbaru, di beberapa kabupaten seperti Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Pelalawan juga terkena asap ini.

Masyarakat resah, jengkel, bahkan marah karena kesan pemerintah menangani asap ini lamban. Kendati begitu, masyarakat tidak pernah memadamkan cintanya kepada bangsa dalam partisipasi mereka dalam memperingati HUT RI ke-74.

Meski di tengah kabut asap ini, tidak menyurutkan semangat umat Paroki Santa Maria a Fatima mengikuti perayaan HUT Kemerdekaan. Kegiatan diawali dengan doa Rosario Merah Putih di Gua Maria Ratu Para Beriman yang dikoordinir oleh Legioner Kuria Bunda Penebus Riau bekerjasama dengan devosan Komunitas Kerahiman Ilahi Paroki Santa Maria a Fatima Pekanbaru, Jumat, 16/8. Sehari setelahnya, Misa HUT Kemerdekaan dan Upacara Bendera yang dikoordinir oleh OMK di halaman gereja Santa Maria a Fatima dengan Pembina Upacara Pastor Benedictus Manullang, Sabtu, 17/8.

Dalam amanatnya, Pastor Bene, sapaannya, mengingatkan dan menegaskan bahwa fakta menunjukkan, Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Timur sampai ke Barat, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote dengan perbedaannya, merupakan anugerah Allah bagi bangsa Indonesia.

“Perayaan HUT RI ke-74 hari ini juga mengingatkan kita semua akan hakikat, harkat, dan martabat kita sebagai bangsa yang merdeka, bebas menghormati, memuji Sang Pencipta. Kebebasan itu hendaknya juga ditanamkan dalam kecintaan kita pada alam sebagai anugerah Tuhan. Indonesia sudah merdeka, maka Provinsi Riau juga harus merdeka dari asap. Ini ‘perang’ kita semua warga Riau,” tegasnya.

Pastor Emanuel Kadang (Pekanbaru)

HIDUP NO.34 2019, 25 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here