Cerita Kemanusiaan dari Paroki St. Maria a Fatima Pekanbaru Menghadapi Covid-19

292
Tim Seksi Sosial Paroki St. Maria a Fatima Pekanbaru memberi bantuan kepada pengurus Stasi Santo Fransiskus Asisi Sei Pagar/Pastor Emanuel Kadang, Pr
Rate this post

HIDUPKATOLI.COMJARUM jam menunjuk angka 08.30 WIB. Yuni, seorang anggota Seksi Sosial Paroki Santa Maria a Fatima Pekanbaru, Keuskupan Padang telah berada di ruang tempat menyimpan sembako. Ia mengarahkan dan menunjukkan sembako-sembako yang  akan dimasukkan ke dalam mobil untuk diantar dan dibagikan kepada sejumlah umat di Stasi Santo Stefanus Pantai Raja dan Stasi St. Fransiskus Asisi Sie Pagar.

Akibat Covid-19, umat di dua stasi ini mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Bantuan tersebut berasal dari beberapa lingkungan di Paroki Santa Maria a Fatima dan Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru. Sebagian dari sembako tersebut telah dibagikan kepada umat di beberapa lingkungan dan sejumlah umat di Stasi Santo Mikael Pembatuan.

Wajah Berseri-seri

Pukul 9.30 WIB ketiga mobil yang akan mengangkut sembako segera menuju Stasi St. Stefanus Pantai Raja. Sebelum tiba di gereja stasi, Stefanus Telaumbanua selaku ketua stasi bersama umat yang akan menerima bantuan sudah lebih dahulu hadir di gereja. Ketua Komisi Pengembanga Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Santa Maria a Fatima, Halim Haryanto mewakili Komisi PSE menyerahkan bantuan kepada Stefanus. Bantuan itu lalu disalurkan kepada umat yang menerima bantuan. Dengan wajah yang berseri-seri, umat menerima  bantuan itu dan segera kembali ke rumah masing-masing.

Setelah menyerakan sembako di Stasi St. Stefanus, tim PSE melanjutkan perjalanan ke Stasi St. Fransiskus Asisi. Sebelum tiba, mampir terlebih dahulu ke rumah salah seorang umat yakni Yohanes Ambia di Desa Sialang Kubang, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar. Rumahnya berada di jalur menuju Stasi St. Fransiskus Asisi.

Yohanes sudah lama menderita sakit parkinson. Ia tinggal bersama isterinya yang sudah paruh baya. Ketiga anaknya sudah tinggal di rumah mereka masing-masing. Tim PSE segera menyerahkan bantuan itu kepada isteri bapak Yohanes dan pamit serta melanjutkan perjalanan menuju Stasi Santo Fransiskus Asisi Sei Pagar.

Pencegahan Covid-19

Sebelumnya, kurang lebih 1 kilometer, sebelum memasuki desa Sialang Kubang, nampak salah satu pos relawan Covid 19 di salah satu pintu utamanya. Pos relawan covid 19 sangat sederhana. Para relawan yang ada dalam pos itu sigap dan selalu melayani kendaraan dari luar yang akan melintasi desa mereka.

Salah seorang dari relawan Covid 19 mendekati mobil kami dan menyapa dengan ramah seraya bertanya dari mana dan apa tujuan kami. Dengan menjawab semua pertanyaan, para tim gugus Covid-19 berkesempatan menyemprot disinfektan dan mengukur suhu tubuh dan memberi kesempatan kami melanjutkan perjalanan.

Kurang lebih dua kilometer, kami melihat pos relawan covid 19 di kampung yang lain, yang ada dalam desa yang sama. Kondisi pos kedua itu juga sederhana dan dijaga lima relawan, dua laki-laki dan tiga perempuan. Setibanya di depan pos kedua relawan covid 19, kami menghentikan mobil. Salah seorang dari pemuda itu mendekati mobil kami, menyapa dan segera melakukan tugas serta tanggungjawab mereka sesuai prosedur yang telah mereka tentukan. Seorang pemudi mendekati kami sambil membawa hand sanitizer. Kami segera cuci tangan dan melanjutkan perjalanan.

Umat Sederhana

Sambil menghirup udara yang segar, diiringi kicauan burung dari atas dahan pepohonan, serta menikmati hamparan pohon-pohon sawit yang tumbuh dengan subur di sekitar kampung-kampung yang kami lalui, tampak  juga sejumlah palang di sejumlah titik di pinggir jalan utama. Jika sebelumnya warga masyarakat hidup rukun, tentram, dan aman, kini mereka mulai waspada.

Kehadiran Covid 19 yang mengacaukan irama kehidupan bersama, memaksa warga masyarakat di desa itu memasang sejumlah portal demi menjaga dan memelihara keharmonisan hidup mereka.

Ketika kami tiba di depan pintu Gerbang utama Desa Karya Bahkti kecamatan Kampar Kiri-Tengah kabupaten Kampar, seorang relawan Covid 19 mendekati mobil kami dan melakukan prosedur yang sama sebagaimana di pos relawan Covid 19 yang pertama dan kedua. Kedua orang temannya segera menyusulnya, membantu kami melakukan prosedur yang mesti kami lalui, sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Anehnya, ketiga relawan itu tidak menggunakan masker. Melihat hal itu, seorang tim PSE, Ibu Linda segera mengambil masker dan menyodorkannya kepada salah seorang relawan.

Ketika tiba di gereja St. Fransiskus Asisi, kami melihat beberapa pengurus gereja bersama sejumlah umat membersihkan halaman gereja. Rumput-rumput di sekitar halaman gereja makin tinggi. Hal itu menandakan bahwa halaman gereja kurang diperhatikan sebagai salah satu dampak dari virus Corona.

Dari satu pihak virus Corona memaksa dan mendorong para pengikut Yesus untuk menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari dengan saling peduli. Santo Yakobus mengingatkan Iman tanpa perbuatan adalah mati kata Santo Yakobus (bdk. Yak 2:26). Dari lain pihak menuntun kita untuk semakin menyadari dan mengakui bahwa Allah adalah pemilik sesungguhnya dari hidup yang kita hidup hidupi sekarang ini.

Pastor Emanuel Kadang, Pr (Pekanbaru)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here