Makna Pengangkatan Mgr. Ignatius Suharyo Menjadi Kardinal

405
Mgr. Ignatius Suharyo.
[NN/Dok.HIDUP]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Sudah hampir 25 tahun menunggu sejak keterpilihan Julius Kardinal Riyadi Darmaatmadja SJ di tahun 1994, tahun ini terpilih satu lagi kardinal dari Indonesia.

Ungkapan tidak percaya, skeptis, dan bangga menggiringi malam senin umat Katolik Indonesia. Pasalnya, berita mengenai penunjukan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo masih simpang siur. Berkat peran media sosial, melalui situs resmi berita Vatikan, kabar penunjukkan itu menemui titik terang.

Paus Fransiskus menunjuk tiga belas kardinal baru pada hari Minggu, 1/9, usai mendaraskan Doa Malaikat Tuhan di Lapangan Santo Petrus. Bapa Suci menugasi para uskup dari dua negara Afrika, Indonesia, dan sebuat kota pedesaan di Guatemala untuk menjadi bagian dari badan prelatus Gereja yang paling elit-Dewan Kardinal. Paus mengatakan akan menempatkan kardinal baru selama konsistori di Vatikan 5 Oktober mendatang.

Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Antonius Agus Sriyono turut membenarkan kabar tersebut. Ia mengungkapkan keterpilihan Mgr Suharyo sebagai kardinal merupakan tanda percaya dari Vatikan. “Sebuah kehormatan bagi bangsa Indonesia umumnya dan umat Katolik khususnya. Hal ini sekaligus menjadi penanda kepercayaan Takhta Suci terhadap Gereja Katolik Indonesia,” ujarnya ketika dimintai keterangan oleh HIDUP via Whatsapp pada Minggu, 1/9. Secara politis Agus menambahkan, dampak pengangkatan seorang kardinal dari sebuah negara lebih merupakan modal sekaligus kekuatan spiritual Gereja Katolik dan bukan menjadi elemen kekuatan nasional yang dominan. “Apalagi di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti kita, “ imbuhnya.

Sekilas tentang Kardinal baru Indonesia, Mgr Suharyo lahir di Sedayu pada tahun 1950 dan ditahbiskan sebagai imam di tahun 1976. Ia memperoleh gelar dalam Teologi Biblika dari Universitas Kepausan Urbaniana pada tahun 1981 dan menjadi Dosen Kitab Suci Fakultas Teologi Wedabakti Yogyakarta. Pada tahun 1997, ia terpilih sebagai Uskup Agung Semarang.

Setelah 12 tahun memimpin KAS, Mgr Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Koajutor untuk Keuskupan Agung Jakarta tahun 2009. Sejak 2010, ia menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ menjadi Uskup Agung Jakarta. Sejak tahun 2006 ia ditunjuk menjadi Uskup Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) bagi TNI/POLRI. Saat ini, Mgr Suharyo menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia.

Anak ketujuh dari sepuluh bersaudara ini memilih moto tahbisan episkopalnya ‘Serviens Domino cum Omni Humilitate’ atau yang berarti Aku melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati (Kis 20:19). Moto ini diambil dari semangat Rasul Paulus yang membakar dan menginspirasi segala bentuk pelayanan yang ia lakukan. Menurut Mgr Suharyo, kerendahan hati merupakan keutamaan dasar di atas keutamaan lain. “Semboyan itu bukan hanya mencerminkan keadaan diri saya, tetapi lebih merupakan cita-cita,” jelasnya saat ditanya makna dari motonya.

Warna pemilihan kardinal tahun ini terlihat menitikberatkan pada mereka yang berkarya bagi Gereja untuk membantu para migran, miskin, dan minoritas. Hal ini mencerminkan model kepausan Paus Fransiskus yang sedari dulu berfokus pada kebutuhan hidup masyarakat pinggiran. Semangat Bapa Suci juga diaplikasikan oleh Mgr Suharyo bersama Paroki Trinitas Cengkareng, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang memiliki kepedulian yang sama untuk bagi para migran di Indonesia. Program layanan kesehatan, pendidikan, dan bantuang sandang pangan telahdijalankan.

Sepuluh dari 13 kardinal yang disebutkan oleh Paus berusia di bawah 80 tahun, artinya mereka akan bergabung dengan jajaran kardinal elektoral, yang berhak memilih Paus yang baru saat terjadi sede vacante Takhta Suci. Konsistori pelantikan Kardinal Ignatius Suharyo akan diadakan pada 5 Oktober yang akan datang. Ini akan menjadi konsistori keenam Paus Fransiskus untuk pembentukan kardinal baru sejak pemilihannya sebagai Paus pada bulan Maret 2013. Pembentukan terakhir kardinal terjadi di bulan Juni 2018.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.36 2019, 8 September 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here