Pastor Antonio Spadaro SJ : Jurnalisme Seorang Ignatian

290
Pastor Antonio Spadaro SJ.
[onepeterfive.com]
4/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Ia dikenal karena artikel-artikel kontroversialnya. Namun, dari ide-ide itu, ia ingin menunjukkan kebenaran dari sudut pandang yang belum banyak dipahami orang.

Pada bulan Juli 2017, Pastor Antonio Spadaro SJ menulis sebuah artikel berjudul “Evangelical Fundamentalism and Catholic Integralism”. Dalam artikel kontroversial yang ditulisnya bersama seorang Protestan, Marcelo Figueroa yang berkebangsaan Argentina, Pastor Spadaro membuat pernyataan politik yang menyerang pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Artikel ini bahkan disetujui oleh Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin dan diterbitkan dalam jurnal yang dikelola Serikat Yesus La Civiltà Cattolica.

Pastor Spadaro dan Figueroa menggambarkan kehidupan politik Amerika dan pemerintahan Trump bertanggungjawab mempromosikan sebuah “geopolitik apokaliptik”. Pastor Spadaro membidik umat Katolik Amerika yang mendukung gerakan konservatif Trump.

Umat Katolik dan Protestan Amerika sama-sama mempromosikan “ekumenisme konflik” atas aborsi, pernikahan sesama jenis. Dalam kritik itu, Pastor Spadaro juga menuduh pendidikan agama di sekolah-sekolah AS yang juga memasukkan visi “xenophobia dan Islamofobia”yang pada gilirannya menjadi “ekumenisme kebencian yang intoleran”. Ia juga mengecam kaum konservatif karena tidak mengkritik militerisme, kapitalisme, dan industri senjata yang mengabaikan lingkungan.

Injil Kemakmuran
Setahun kemudian, Pastor Spadaro menulis lagi sebuah artikel yang tak kalah pedas. Pada kesempatan ini, ia juga menggandeng Figueroa. Pada artikel yang kedua, ia menuliskan kritik pedas terhadap “injil kemakmuran” yang menurutnya didasarkan pada pandangan “impian Amerika” (American Dream).

Dalam artikel kedua ini, Pastor Spadaro tidak sendiri, ia menulis artikel ini berdua bersama Marcelo Figueroa. Keduanya bekerja di sebuah majalah yang dikelola Serikat Yesus, La Civilta Cattolica. Pastor Spadaro sendiri adalah direktur di majalah itu.

Pastor Spadaro dan Figueroa berpendapat, bahwa “injil kemakmuran”, yang berakar pada akhir abad ke-19 di Amerika, terkait erat dengan gerakan Evangelis Protestan di AS. Pemahaman injil ini, menurut keduanya, melihat kekuasaan, kekayaan, dan kesuksesan sebagai hasil dari keyakinan seseorang, sementara kemiskinan dan kemalangan adalah tanda-tanda kurangnya kepercayaan.

“Risiko dari pemahaman ini, menempatkan manusia dan kesejahteraannya di pusat. Hal ini mengubah Tuhan menjadi kekuatan yang melayani kita (manusia). Gereja akhirnya menjadi supermarket iman, dan agama menjadi fenomena utilitarian yang sangat sensasional dan pragmatis,” kata keduanya dalam artikel itu. Meskipun secara historis, impian ini melihat AS sebagai surga bagi para migran ekonomi yang mencari peluang yang lebih baik, Spadaro dan Figueroa berpendapa bahwa visi ini telah berubah menjadi keyakinan keagamaan yang terdistorsi.

Pastor Spadaro ada “kurangnya empati dan solidaritas”. Gerakan ini berpendapat, bahwa tidak ada belas kasihan bagi mereka yang tidak makmur, karena jelas mereka tidak mengikuti aturan dan dengan demikian hidup dalam kegagalan. Dengan emikian mereka tidak dicintai oleh Tuhan.

“Injil kemakmuran” adalah produk dari dua bidaah kuno, Pelagianisme dan Gnostisisme. Pastor Spadaro mengatakan, bahwa Paus Fransiskus menentang mentalitas “injil kemakmuran” dan memperingatkan dalam nasihat apostolik, Gaudete et Exsultate. “Injil kemakmuran, jauh sekali dari ‘Mimpi Amerika’ asli, yang telah mengilhami banyak orang, dan yang terkandung dalam pembela hakhak sipil Martin Luther King Jr dalam pidatonya ‘I Have a Dream’,” ujar Pastor Spadaro.

Di Sebuah Retret
Pastor Spadaro dilahirkan di Messina, Italia pada tahun 1966. Ia memasuki Novisiat Serikat Yesus (Societas Jesu/SJ) pada tahun 1988. Setelah menyelesaikan pendidikan filsafat dan teologi, Diakon Spadaro ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1996. Ia lalu memperoleh gelar doktor tologi di Universitas Gregorian di Roma. Di almamaternya ini, ia bahkan sempat mengajar tema komunikasi sosial sejak tahun 2000.

Saat ini, Pastor Spadaro adalah direktur di majalah La Civiltà Cattolica. Meski begitu, ia mulai menulis di sini sejak 1993. Ia lalu menjadi anggota tetap staf editorial pada tahun 1998. Awalnya, ia bertanggung jawab pada halaman-halaman sastra. Ia juga memiliki perhatian khusus kepada para penulis Italia dan Amerika kontemporer. Ia juga menulis tentang teori sastra, musik, seni, film, dan teknologi komunikasi baru.

Selain aktif di majalah yang dikelolanya, Pastor Spadaro juga konsultan untuk Dewan Kepausan untuk Kebudayaan dan Sekretariat untuk Komunikasi Vatikan. Ia sangat dekat dengan Paus Fransiskus, yang juga seorang anggota Serikat Yesus.

Tentang panggilannya, Pastor Spadaro mengungkapkan, ini adalah sesuatu yang tumbuh dalam diri setiap orang. Namun, satu peristiwa yang kemudian meyakinkan panggilannya adalah saat ia mengikuti retret di Tuscany. Saat itu, pada semester-semester awal kuliahnya, saya merasakan harmoni yang sangat mendalam dengan pengalaman spiritual yang saya alami. “Sejak itu saya tidak pernah meragukan kebenaran panggilan itu,” ujarnya.

Pastor Spadaro terkesan dengan model pendidikan Ignatian. Bermula saat ia menempuh pendidikan menengah di sebuah sekolah yang dikelola Serikat Yesus, ia pun merasakan perjumpan pertamanya dengan spiritual St Ignatius. “Itu adalah pengalaman budaya dan kreatif yang luar biasa. Metode pengajaran para Jesuit bukanlah, sistem tradisional, tapi selalu melalui penemuan pribadi,” ujarnya.

Vatikan Tiongkok
Dalam jabatannya sebagai direktur salah satu majalah paling berpengaruh dalam Gereja dan kedekatannya dengan Paus Fransiskus, Pastor Spadaro juga kerap dimintai pendapatnya tentang apa saja yang terjadi di Vatikan. Selama dua tahun terakhir, salah satu yang sering menjadi sorotannya dalah relasi Vatikan dan Tiongkok.

Dengan penandatanganan perjanjian antara Takhta Suci dan pemerintah di Beijing, Pastor Spadaro berpendapat, tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang membuat Gereja terbagi antara dua komunitas. Pada titik ini, tidak ada hambatan untuk persekutuan Gereja dalam globalitasnya di Tiongkok, dan dalam hubungannya dengan Bapa Suci. “Ini adalah tujuan yang dicapai oleh Perjanjian Sementara ini,” ujarnya.

Pada saat yang sama, lanjut Pastor Spadaro, harus diakui bahwa suatu proses telah selesai, yaitu proses yang telah berlangsung lama dan dimulai oleh Paus Yohanes Paulus II, yaitu, legalisasi, penerimaan kembali umat Katolik di Tiongkok ke dalam persekutuan dengan Paus. Hal ini juga disatukannya para uskup yang ditahbiskan secara ilegal, secara tidak sah, yaitu ditahbiskan oleh pemerintah tanpa mandat Kepausan. “Tidak diragukan lagi, itu juga akan menjadi bagian yang penting untuk misi Injil,” ujarnya.

Di tengah aneka kritik dan pujian yang dilayangkan kepada Pastor Spadaro, ia tetap seorang yang setiap kepada Gereja. Kadang, ide-idenya tidak begitu saja diterima, namun, dari sana, Pastor Spadaro sebenarnya menunjukkan jalan baru bagi kehidupan Gereja di dunia yang semakin modern.

Pastor Antonio Spadaro SJ

Tempat/Tanggal Lahir : Messina, Sisilia, Italia, 6 Juli 1966

Pendidikan :
– Universitas Messina
– Universitas Pontifical Gregorian

Tarekat :
Serikat Yesus (Societas Jesu/SJ)

Jabatan :
Direktur La Civiltà Cattolica

Yulius Yulianto

HIDUP NO.40 2019, 6 Oktober 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here