web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mau Repot, Budaya yang Membentuk Karakter

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) merayakan hari jadinya yang ke-65. Usia enam dekade bukan hanya menandai perjalanan panjang sebuah institusi pendidikan, melainkan juga menjadi momen refleksi tentang warisan nilai yang ditanamkan bagi ribuan alumninya. Salah satu kisah menarik datang dari Frengky Chandra Kusuma, alumni UKWMS yang kini menduduki posisi penting di jajaran pimpinan sebuah bank nasional ternama.

Ketika HIDUP mewawancarainya, Frengky berbagi cerita tentang perjalanan hidup, tantangan karier, hingga filosofi hidup yang ia pegang teguh: “Mau Repot.” Bagi sebagian orang, kata itu terdengar sederhana, bahkan mungkin merepotkan. Namun, di balik kesederhanaannya, terdapat filosofi mendalam yang telah membentuk karakternya hingga hari ini.

Pilihan yang Tidak Sekadar Akademik

Frengky mengenang masa mudanya ketika harus menentukan pilihan kampus. Ia memilih UKWMS bukan hanya karena reputasinya yang unggul dalam bidang akuntansi dan keuangan, tetapi juga karena fleksibilitas waktu yang ditawarkan, sesuai dengan kondisinya yang kala itu sudah bekerja.

Namun, ada alasan yang lebih dalam. Ia melihat bahwa UKWMS bukan hanya mencetak sarjana, melainkan mendidik manusia seutuhnya. “Di BCA, banyak staf saya lulusan UKWMS. Mereka mudah sejalan dengan nilai perusahaan: integritas, kepedulian, dan kerja keras. Itu membuktikan bahwa kampus ini bukan hanya mengajar ilmu, tetapi juga membentuk karakter,” ujarnya.

Sederhana, Namun Penuh Kehangatan

Kampus UKWMS pada era 80–90-an tentu jauh berbeda dengan fasilitas modern yang tersedia saat ini. Gedung-gedung sederhana, ruang kuliah terbatas, dan teknologi digital belum hadir. Namun, justru dalam kesederhanaan itulah, tercipta ikatan kebersamaan yang kuat.

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh

Frengky bercerita bagaimana kelas kecil dengan 12 mahasiswa membuat mereka dekat satu sama lain. Diskusi panjang sering berlanjut hingga larut malam, bahkan berlangsung di ruang kerjanya. “Saya biasanya siapkan makanan sederhana, supaya teman-teman lebih semangat kumpul. Dari situ, tumbuh semangat kebersamaan yang sampai sekarang masih terasa, meskipun kami kini hanya bisa saling menyapa lewat grup WhatsApp,” kenangnya.

Menapaki Tangga Karier dengan Kerja Keras

Tidak ada yang instan dalam perjalanan karier Frengky. Ia mengawali langkah sebagai credit analyst di BCA cabang Makassar. Dari kota ke kota, dari cabang ke cabang, ia mengikuti penugasan tanpa pernah mengeluh. “Saya selalu percaya bahwa setiap tahap adalah proses belajar. Tidak ada jabatan yang bisa dicapai tanpa memahami detail dari bawah,” katanya.

Ia terjun langsung melayani nasabah, mengenal produk, hingga memahami operasional terkecil yang mungkin dianggap sepele. Baginya, inilah wujud nyata dari prinsip “mau repot”. Ketika orang lain memilih jalan pintas, ia justru rela bersusah payah untuk menguasai detail. “Karena hal kecil itulah yang sering menentukan keberhasilan besar,” tambahnya.

Sumber Karakter dan Kepemimpinan

Dalam budaya kerja BCA, dikenal satu nilai unik: “Mau Repot.” Nilai ini bukan sekadar slogan, melainkan sikap nyata dalam melayani orang lain. Mau repot berarti bersedia melakukan lebih, meski itu melelahkan, untuk kebaikan bersama.

Frengky menekankan bahwa sikap ini bukan soal paksaan, melainkan kesadaran. “Kenapa kita mau repot? Karena orang lain membutuhkan kita. Kita repot supaya orang lain terbantu. Dan pada akhirnya, itulah esensi kepemimpinan sejati,” ungkapnya.

Baca Juga:  Penyuluh Katolik Berkolaborasi dengan Komunitas Doa Santa Faustina Melaksankan Pembinaan Iman di Rutan Wirogunan

Sebagai pemimpin, ia belajar bahwa kewibawaan tidak lahir dari jabatan, melainkan dari teladan. Kepemimpinan tumbuh dari kemampuan untuk bekerja keras, membangun kepercayaan, dan mendampingi tim melewati masa sulit.

Jatuh Bangun

Salah satu pengalaman yang tak terlupakan bagi Frengky adalah ketika dipercaya memimpin cabang di Mataram. Dengan keterbatasan sumber daya dan tanpa wakil selama hampir tiga tahun, ia harus bekerja ekstra keras. Timnya pun awalnya ragu dan kurang percaya diri.

Namun, lewat komunikasi intens, kerja keras tanpa henti, dan semangat kebersamaan, lambat laun situasi berubah. Hingga akhirnya, cabang yang ia pimpin meraih penghargaan sebagai Cabang Terbaik Nasional dalam ajang penghargaan BCA pertama. “Itu pengalaman paling berkesan. Dari kesulitan, lahir kebanggaan. Semua karena semangat mau repot,” ujarnya dengan senyum.

Nilai Hidup

Bagi Frengky, keberhasilan bukanlah hasil mimpi besar yang tiba-tiba terwujud, melainkan akumulasi dari hal-hal kecil yang dikerjakan dengan konsisten. Ia menekankan tiga hal penting:

  1. Jangan hanya mengejar nilai akademik. Nilai itu penting, tetapi soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama jauh lebih menentukan di dunia nyata.
  2. Jangan takut gagal. Kegagalan adalah guru terbaik. Dari sana, seseorang belajar bertahan, bangkit, dan menemukan cara baru.
  3. Jaga integritas. Itulah modal terbesar yang membuat orang lain percaya.

Semua itu, menurutnya, terangkum dalam filosofi “Mau Repot.” Jika orang lain berhenti di batas aman, maka mereka yang mau repot akan melangkah lebih jauh.

Refleksi untuk UKWMS di Usia 65 Tahun

Menjelang ulang tahun ke-65 UKWMS, Frengky menyampaikan harapan agar almamaternya terus berkembang, semakin relevan dengan zaman, tetapi tidak kehilangan akar nilai kemanusiaan. “Saya bangga menjadi bagian dari alumni. Harapan saya, kampus ini tetap menjadi tempat lahirnya generasi unggul, berintegritas, dan siap membawa perubahan positif,” pesannya.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Karier sebagai Perjalanan Memberi Dampak

Bagi Frengky, karier bukan soal puncak atau prestise jabatan. “Karier adalah perjalanan memberi dampak. Selama masih ada ruang untuk memberi manfaat bagi orang lain, maka perjalanan itu belum selesai,” katanya. Ia lebih memilih dikenang bukan sebagai siapa, melainkan lewat warisan nilai dan kebaikan yang bisa dirasakan generasi berikutnya.

Pesan untuk Generasi Muda

Kepada anaknya, Frengky selalu menekankan: nikmati masa kuliah bukan hanya untuk mengejar nilai, tetapi juga untuk bertumbuh. Aktiflah dalam kegiatan, bangun jaringan pertemanan yang sehat, tetap rendah hati tetapi berani bermimpi besar.

“Pada akhirnya, kuliah bukan sekadar soal gelar, melainkan soal membentuk pribadi tangguh dengan hati yang rendah. Itulah bekal menghadapi dunia nyata,” pungkasnya.

Kunci Keberhasilan Sejati

Kisah hidup Frengky Chandra Kusuma membuktikan bahwa kesuksesan bukan ditentukan oleh keberuntungan semata, melainkan oleh kesediaan untuk “mau repot”. Nilai ini sederhana, tetapi justru karena kesederhanaannya ia menjadi pondasi yang kokoh.

Dalam keluarga, pekerjaan, maupun pelayanan masyarakat, sikap mau repot berarti rela hadir, rela berkorban, dan rela bekerja lebih demi orang lain. Inilah budaya yang membentuk karakter, yang diwariskan UKWMS kepada alumninya, dan yang terus menjadi bekal berharga di mana pun mereka berada.

Hasiholan Siagian

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 38,Tahun Ke-79, Minggu, 21 September 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles