Sabda Menjadi Manusia

417
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Ada yang mengatakan, bahwa Perayaan Natal, Kelahiran Yesus pada 25 Desember, pada mulanya berasal dari tradisi Hari Raya kelahiran Dewa Matahari yang dirayakan bangsa Romawi? Dari sinilah lalu juga muncul ungkapan “Dies Natalis (solis) Invicti”? Bagaimana pendapat, Romo?

Aribawa, Klaten

Dari berbagai kisah digambarkan Natal pada mulanya berasal dari penghormatan akan Dewa Matahari dalam tradisi Romawi. Maka lalu dikenal istilah tersebut, Dies natalis solis invicti.

Hari itu adalah hari penantian datangnya matahari, sehingga sinar terang akan menyertai, kegelapan musim dingin akan segera berlalu. Ini lalu dikaitkan dengan nubuat Maleakhi tentang datangnya hari Tuhan, dalam gambaran tentang “akan terbit surya kebenaran” (Mal 4:2). Siapakah matahari yang tak terkalahkan, bukankah Dia adalah Yesus. Penulis yang memakai nama Yohanes Christososmus, walau dipastikan bukan dia, itu terjadi tujuh hari sebelum pergantian tahun.

Penjelasan lain menggambarkan dengan peristiwa solstis musim dingin, pergerakan semu matahari akibat rotasi bumi yang miring, sehingga di sekitar tanggal 21 Desember menjadi siang hari terpendek, karena matahari berada di belahan Selatan. Augustinus menggambarkan Yesus lahir di hari terpendek, untuk memberi harapan datangnya hari-hari yang panjang. Solstis musim dingin diperingatilah kelahiran Yesus, sedangkan setelah solstis musim panas diperingati lahirnya Yohanes Pembaptis (24 Juni).

Natal juga dihubungkan dengan peristiwa equinox vernal, pergeseran gerak matahari yang melintasi katulistiwa. Di Barat peristiwa ini terjadi di sekitar tanggal 25 Maret, yang oleh seorang penulis abad ketiga, digambarkan sebagai hari mulainya penciptaan. Ini dikaitkan dengan peristiwa kabar gembira Malaikat Gabriel kepada Maria, sehingga Natal diperingati sembilan bulan setelahnya.

Namun ada pula yang mengkaitkan dengan perayaan Hannukah, festival cahaya dalam tradisi Yahudi, setiap pertengahan Desember, memperingati penyucian bait Allah. Catatan lain juga menuliskan bahwa tanggal 25 Desember pertama kali disebut sebagai hari kelahiran Yesus oleh Sextus Julius Africanus di tahun 221.

Ada berbagai versi, kita tidak tahu pasti, sebab memang tidak ada catatan historis tentang peristiwa tersebut. Kita juga tidak tahu sejak kapan Natal diperingati. Ada yang menuliskan sejak di abad awal Kristianitas, bahkan Paus Telesphoris dikatakan sudah di tahun 137 memerintahkan untuk peringatan kelahiran Yesus. Dikatakan, tanggal resmi 25 Desember baru ditetapkan sekitar tahun 350 oleh Paus Yulius I. Sinode Braga I (ca 561) menegaskan pula, bahwa mereka yang tidak sungguh mau merayakan kelahiran Yesus sebagai manusia, karena tidak mengakuinya adalah sesat.

Setelah itu tidak ada dokumen resmi, sejauh yang saya ketahui, yang menyebut tentang Natal dan keharusan memperingatinya. Peringatan Natal di tanggal 25 Desember pun kemudian menjadi tradisi yang berkembang dan tersebar, betapapun lalu ada perubahan kalender Gregorian.

Pewartaan iman Kristiani pada awal dan dasarnya berangkat dari kesaksian iman akan wafat serta kebangkitan Yesus. Khotbah Petrus setelah Pantekosta menyebutkan hal tersebut (lih Kis 2:14-36). Demikian pula dalam pewartaan Paulus. Akan tetapi iman akan pribadi Ilahi Yesus Kristus menumbuhkan pertanyaan serta minat tentang siapakah pribadi insani Yesus itu. Dari sinilah, perlahan muncul kisah serta kemudian penelusuran akan kelahiran-Nya. Di antara para murid pun tidak ada yang tahu, dan tidak ada catatan apakah Maria pernah menceriterakan kepada mereka atau tidak.

Betapapun semula ada keberatan akan penetapan waktu yang dikaitkan dengan ragam peristiwa bukan Kristiani, namun kemudian perlahan lazim diterima mengingat semakin diterimanya Kristianitas. Sehingga berbagai kultur dan tradisi yang ada lalu di-“Kristianikan”.

Akan tetapi yang pokok adalah intensi iman akan perayaan tersebut, bukan dari mana asalnya. Kelahiran Yesus diperingati khusus, karena mengungkapkan iman Kristiani akan penjelmaan: bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, bahwa Dia adalah sabda yang menjadi manusia (lih Yoh 1:2-18), Emmanuel: Allah beserta kita (lih Mat 1:23). Selamat Natal!

T. Krispurwana Cahyadi, SJ

HIDUP NO.51 2019, 22 Desember 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here