Alois Wisnuhardana : Narasi Positif

636
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Selama tiga tahun (2016-2019), Alois Wisnuhardana mengemban tugas sebagai Tenaga Ahli Madya Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP). Selama itu Wisnu dihadapkan pada berbagai persoalan praktis komunikasi yang benar-benar menuntut kecermatan, kecepatan sekaligus kebijaksanaan. Dari sini ia merumuskan “credo”: seorang komunikator harus tahu betul yang dikatakan, memiliki cara jitu dalam menyampaikan, dan memahami kepada siapa pesan dikatakan. “Dan semuanya harus tepat, sebab komunikasi bukan hanya soal substansi (kebenaran), tetapi juga soal cara menyampaikannya,” ujar penulis buku Cerita di Balik Berita bersama rekannya Agustinus Jojo Raharjo.

Untuk urusan berkomunikasi atau menyampaikan maksud, Wisnu mengaku belajar dari keluarganya. “Sejak kecil kami dilatih untuk menyampaikan apa
mau kita. Setiap anak punya kebutuhan berbeda. Jadi, saya harus juga memilih cara berbeda supaya orangtua tahu apa mau saya,” ujarnya .

Menurutnya, komunikasi itu tidak hanya tekstual. Yang juga penting adalah verbalnya. Dunia teks itu terbatas. Dunia verbal lebih kaya, karena ada ruang
yang lebih kaya. “Apalagi jika kita sudah masuk ke wilayah visual. Di situ teks dan verbal jadi kunci. Kekayaan kosakata, kejelian menggunakan kata menjadi penting,” katanya.

Dalam dunia teks, Wisnu menyebut Romo G.P. Sindhunata, SJ sebagai idola. Dia mengaku pernah beberapa tahun menjadi “tukang bikin kopi dan foto kopi” di Majalah Basis. Kesempatan itu gunakan untuk mendengarkan yang dibicarakan orang-orang hebat di sana. Untuk dunia verbal, ia menyebut almarhum Romo Tom Jacobs, SJ sebagai juaranya. “Romo Tom itu pintar membuat
cerita dan menciptakan analogi. Kita selalu terajak merenungi setiap perkataannya,” kenang pria yang berkali-kali memenangi lomba menulis ini.

Lantas, apa tantangan dalam menyebarkan narasi positif? Pengalaman sekaligus pengamatan Wisnu
mengatakan, banyak manusia yang senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang. “Yang begini ini menghambat dan mengganggu
proses diseminasi narasi positif. Cara mengatasinya, ya jalan terus aja, sebab nggak mungkin menyenangkan semua orang,” ujarnya. Dia lalu menyitir nasihat Steve Jobs yang mengatakan: Kalau mau bikin semua orang senang, jualan es krim saja. “Saya sih berharap lebih banyak orang yang senang lihat orang senang, susah lihat orang susah,” pungkas alumni
UGM itu.

Emanuel Dapa Loka

HIDUP NO.01 2020, 5 Januari 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here