St. Yohanes Paulus II Model Imam Pendoa

678
St, Yohanes Paulus II (foto: http://www.venamimundo.com)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM— Seratus tahun setelah kelahiran Santo Yohanes Paulus II, Paus Fransiskus menyebut Paus asal Polandia itu sebagai hadiah bagi Gereja dan seorang model imam yang berdoa, dekat dengan umatnya serta menjalankan keadilan serta belas kasih.

Berbicara di depan makam St. Yohanes Paulus II di Vatikan, Paus Fransiskus menunjuk tanggapan mazmur hari itu, “Tuhan mengasihi umat-Nya,” mengatakan bahwa dari kasih ini Allah mengutus seorang nabi, seorang pria yang dekat dengan Allah karena Ia mengasihi manusia. “Hari ini, kita dapat mengatakan bahwa 100 tahun yang lalu, Tuhan melawat umat-Nya. Dia mengirimkan seorang pria, mempersiapkannya untuk menjadi uskup, dan untuk membimbing Gereja. Mengenang St. Yohanes Paulus II, marilah kita mengingat ini sebagai tanda bahwa Tuhan mengasihi umat-Nya, Tuhan melawat umat-Nya sebab Dia mengutus seorang imam, ” tutur Paus.

Paus Fransiskus merayakan Misa peringatan seabad kelahiran sang santo di kapel tempat makam St. Yohanes Paulus II berada di dalam Basilika Santo Petrus pada hari Senin, 18/5. Kardinal Polandia, Konrad Krajewski, almoner kepausan, dan Kardinal Angelo Comastri, imam agung Basilika Santo Petrus, termasuk di antara para konselebran. Beberapa orang lain hadir dalam Misa, hampir seluruhnya mengisi kapel, sambil mengikuti persyaratan penjarakkan sosial yang layak. Banyak umat juga mengenakan masker.

Dalam homilinya, Bapa Suci mengatakan St. Yohanes Paulus II telah mewujudkan banyak sifat seorang imam yang baik, menunjuk pada tiga ciri khusus: doa, kedekatan dengan orang-orang, dan cinta keadilan. “Santo Yohanes Paulus II adalah abdi Allah karena dia berdoa. Dia banyak berdoa,”kata Paus sambil bertanya, “Bagaimana bisa seorang pria yang memiliki begitu banyak pekerjaan, begitu banyak pelayanan dalam membimbing Gereja, memiliki begitu banyak waktu untuk berdoa?.”

Bapa Suci melanjutkan, “Ia tahu betul bahwa tugas pertama seorang uskup adalah berdoa.” Ia menegaskan bahwa bertekun dalam doa bagi para imam bukanlah berasal dari Konsili Vatikan II, tetapi dari St. Petrus sendiri yang ketika ditahbiskan menjadi diakon baru bisa berkata bahwa tugas pertama seorang uskup adalah berdoa dan mengenalkan firman Allah. St. Yohanes Paulus II mengetahui hal ini dengan baik. Tidak hanya berhenti mengetahui, tetapi ia ikut melaksanakannya.  “Ia adalah seorang model uskup pendoa. Dia mengajarkan kepada kita bahwa ketika seorang uskup melakukan pemeriksaan hati nurani pada malam hari, dia harus bertanya pada dirinya sendiri, berapa jam saya berdoa hari ini?.”

Paus Fransiskus juga memuji pendahulunya itu sebagai seorang pria yang tidak pernah terlepas dari umatnya, tetapi selalu dekat dengan mereka. St. Yohanes Paulus II itu pergi mencari orang-orang di seluruh dunia. Ia pergi mengunjungi umatnya, mencari umatnya, dan membuat dirinya dekat dengan mereka. “Kedekatan adalah salah satu sifat Allah bersama umat-Nya,” kata Paus, menegaskan bahwa seorang imam yang tidak dekat dengan umat-Nya bukanlah seorang imam. Dia adalah seorang hierarki, seorang administrator, bahkan mungkin seorang yang baik, tetapi dia bukan seorang imam. “Santo Yohanes Paulus II memberi kita contoh soal kedekatan ini, kepada yang besar dan yang kecil, dengan yang dekat dan yang jauh. Ia selalu membuat semua orang merasa dekat.”

Bapa Suci juga memuji pendahulunya itu karena cinta akan keadilannya yang bersikeras mempertahankan keadilan penuh bagi rakyatnya sekaligus menghentikan perang. “Karena ini, Santo Yohanes Paulus II adalah seorang yang berbelaskasih sebab keadilan dan belas kasihan berjalan seiring.”

Menunjuk keputusan St. Yohanes Paulus II untuk mengkanonisasi Santa Maria Faustina Kowalska, seorang biarawati yang wahyu pribadinya mengilhami pengabdian Gereja kepada Belas Kasih Ilahi, Paus mengatakan bahwa sang santo berusaha keras agar orang-orang memahami Kerahiman Allah. “Dia percaya bahwa keadilan Tuhan memiliki wajah belas kasih ini. Ini adalah hadiah yang ia tinggalkan untuk kita: Keadilan yang penuh belas kasih,” tuturnya.  Menutup homilinya, ia meminta St. Yohanes Paulus II untuk menjadi perantara bagi seluruh Gereja, bukan hanya bagi para imam, agar seluruh orang dapat menerima rahmat doa, rahmat kedekatan dan rahmat keadilan dan belas kasih.

Sejak hari Senin itu, negara Italia telah memberikan lampu hijau untuk mengadakan Misa publik. Italia telah mencabut larangan penutupan total tempat ibadah akibat pandemi virus korona.

Felicia Permata Hanggu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here