MENGAPA URGEN TRANSFORMASI ORGANISASI

152
A. M. Lilik Agung, Kontributor/Trainer Bisnis
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – ADA dua kejadian yang menyebabkan perusahaan melakukan transformasi organisasi. Pertama, perusahaan bersangkutan memiliki kinerja bagus namun pada satu titik terlihat akan mengalami penurunan kinerja. Sebelum kinerja perusahaan turun, manajemen memutuskan menjalankan transformasi untuk menciptakan kurva pertumbuhan baru. Contoh perusahaan yang menjalankan transformasi seperti ini adalah BRI.

Kedua, perusahaan mengalami penurunan kinerja secara akut dan babak-belur baik dari sisi keuangan, pengembangan produk ataupun motivasi karyawan. Jika dibiarkan terus-menerus perusahaan ini akan berujung pada kebangkrutan. Oleh karenanya agar perusahaan tetap bertahan dan kemudian melakukan lompatan jauh (quantum leap), manajemen harus menjalankan transformasi organisasi. Contoh paripurna untuk kasus seperti ini dialami oleh Bank Mandiri dan PT Kereta Api (KAI).

Dua penyebab transformasi organisasi seperti di atas, sudah lazim adanya. Sampai akhirnya muncul pandemi korona. Dunia bisnis  tunggang langgang diterjang pandemi. Transformasi kemudian menjadi mantra utama organisasi bisnis, mengalahkan strategi yang lain. Pandemi menjadi penyebab nomer tiga perusahaan harus bertransformasi.

Ada prinsip yang tidak boleh dilanggar pada saat perusahaan menjalankan transformasi, yaitu kepemimpinan. Transformasi dimulai dari meja direksi (baca: direktur utama) dan berakhir di meja direksi. Oleh karena itu transformasi organisasi harus dikawal oleh pemimpin yang kuat dari sisi integritas dan cakap dari ranah kapabilitas. Integritas dari pemimpin akan memberi landasan kokoh bagi seluruh warga organisasi untuk bertindak sesuai dengan moralitas dan kebenaran universal.

Kapabilitas memberi jaminan bahwa pemimpin secara managerial mampu mengelola seluruh proses bisnis seperti yang telah ditetapkan dalam transformasi. Beruntung ketika menjalankan transformasi, BRI, Bank Mandiri dan KAI dipimpin oleh pemimpin bertangan dingin yang memiliki integritas tinggi dan kapabilitas penuh. Mereka adalah Roedjito, Agus Martowardoyo dan Ignasius Jonan.

Untuk konteks BUMN, ada satu hal lagi yang diperlukan pemimpin dalam menjalankan transformasi, yaitu dukungan politik dari pemerintah. Proses transformasi di BRI ditangan Roedjito memang tidak sedramatis dengan apa yang dilakukan oleh Agus dan Jonan. Pada kasus Bank Mandiri dan KAI sendiri ada perbedaan mencolok antara Agus dan Jonan ketika mula pertama mereka memimpin transformasi. Agus memiliki hak penuh untuk memilih dan menentukan direksi yang akan menjadi tim kerjanya. Sementara Jonan sendirian tanpa orang-orang pilihannya. Semua direksi sudah ditentukan oleh pemegang saham (pemerintah) dan Jonan tinggal menerimanya.

Terlepas dari tantangan awal ini, Bank Mandiri dan KAI akhirnya bangkit dan berkilau kinerjanya. Hal demikian salah satunya karena Agus dan Jonan mendapat dukungan politik penuh dari pemerintah. Dalam menjalankan proses transformasi, tantangan dan hambatan politik sudah disterilkan oleh pemerintah sehingga mereka bisa fokus mengendalikan perusahaan.

Proses Transformasi

Bagaimana wajah BUMN pada masa kepemimpinan Rini S Soemarno tahun 2014-2019? Dari dua indikator yang paling mudah dipahami, tampak bahwa kinerja BUMN layak diapresiasi. Tahun 2014 total asset BUMN pada angka Rp 4.600 triliun. Menutup tahun 2018 asset BUMN menembus angka Rp 8.092 triliun. Jika tahun 2014 BUMN mampu meraup untung Rp 143 triliun, maka penghujung 2018 keuntungan berbiak menjadi Rp 188 triliun.

Namun tidak semua BUMN memiliki rapor biru. Ketika tampuk kepemimpinan BUMN berpindah ke Erick Tohir pada Oktober 2019, ada tujuh BUMN menyumbang kerugian besar, yaitu Jiwasraya, Krakatau Steel, Garuda Indonesia, Perum Bulog, Dirgantara Indonesia, PAL, serta  Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. Khusus untuk Jiwasraya dan Garuda Indonesia (ditambah Asabri) malah ditambah dengan melodrama yang menghabiskan energi Erick Tohir pada awal memimpin BUMN.

BUMN yang merugi ini memang yang menjadi prioritas utama Erick Tohir untuk ditransformasi. Namun karena terjangan pandemi, alhasil semua BUMN harus menjalankan transformasi. Transformasi bertujuan membawa BUMN pada arah perubahan yang bersifat mendasar, strategik dan  menyeluruh. Desain utama adalah membawa BUMN menjadi lebih produktif dengan tingkat keuntungan yang bertumbuh secara berkesinambungan. Atau dalam kasus kontemporer, transformasi dilakukan juga untuk mencegah pendarahan akibat pandemi yang tidak tahu kapan berakhirnya.

Ada empat bidang utama dalam proses transformasi, yaitu manajemen, struktural, teknologi dan budaya. Transformasi manajemen menyasar tentang model bisnis. Pada dasarnya ketika muncul gelombang industri 4.0, BUMN sudah banyak melakukan transformasi model bisnis agar operasional selaras dengan perkembangan jaman dan tidak diterjang disrupsi. Pandemi hari ini mewajibkan BUMN mengubah model bisnisnya. Tidak terbayangkan sebelumnya, seperti misal Angkasa Pura yang mengelola seluruh bandara tergerus keuangannya hingga 90 persen akibat lalu lintas penerbangan yang terjun bebas.

Transformasi struktural berbicara tentang sistem, proses dan prosedur. Termasuk juga struktur organisasi. Perampingan jumlah direksi di Pertamina dari sebelas menjadi enam, merupakan contoh transformasi struktural. Hal ini dilakukan untuk menggenapi transformasi manajemen (model bisnis) yang dilakukan Pertamina. Organisasi Pertamina ingin menjadi semakin tangkas (agile) untuk menghadapi tantangan dan persaingan global.

Selama pandemi,  transformasi teknologi menjadi sangat relevan. Basis dari industri 4.0 adalah teknologi. Namun banyak BUMN yang tergagap-gagap ketika melakukan transformasi teknologi ini. Pandemi pada satu sisi membawa dampak pada percepatan maksimalisasi teknologi. Gabungan antara aktivitas luar dan dalam jaringan (off dan online) menjadi tidak terhindarkan. Bahkan aktivitas dalam jaringan lebih besar perannya dibanding yang luar jaringan.

Transformasi keempat adalah budaya. Transformasi ini fokus pada manusianya. Dibanding transformasi yang lain, transformasi budaya jauh lebih rumit. Pun ketiga jenis transformasi lain tidak mungkin bisa berjalan apabila transformasi budaya ini tidak tertangani dengan baik.

Ada kabar baik menyoal transformasi budaya. Bahwa transformasi budaya sifatnya dari atas ke bawah. Dimulai dari pemimpin tertinggi. Pemimpin tertinggi (para direksi dan komisaris) hanya mengawal satu tanggungjawab; contoh peran (role model). Budaya pekerja BUMN yang berintegritas, kompeten, profesional dan tangkas dimulai dari pemimpin tertinggi. Kemudian akan diikuti semua bawahannya.

Hari-hari ini Kementerian BUMN sedang mengocok ulang para direksi dan komisaris. Kita berharap Erick Thohir memilih direksi dan komisaris profesional dengan rekam jejak gemilang. Sehingga BUMN tetap kokoh menjadi penggerak ekonomi nasional ditengah gempuran pandemi yang belum tahu kapan berakhir.

 A.M. Lilik Agung, Kontributor/Trainer Bisnis/lilik@galerihc.com

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here