Uskup Palangka Raya, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF: Misi, Tugas Kita Semua

305
Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 24 Oktober 2021 Hari Minggu Misi, Yer. 31:7-9; Mzm 126:1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6; Ibr. 5:1-6; Mrk. 10:46-52

HARI ini seluruh Gereja menjadikan Hari Minggu Misi Sedunia. Lalu apa yang perlu kita renungan dan kita lakukan pada hari Minggu Misi ini. Hari Minggu Misi ini sudah ditetapkan oleh Paus Pius XI, sejak tahun 1926. Mendengar kata “misi”, banyak umat yang masih teringat akan para imam, biarawan-biarawati yang berasal dari luar negeri, umumnya dari Eropa.  Mereka menjadi misionaris di Indonesia sejak sekian tahun lalu. Keadaan saat ini sudah berubah. Sudah hampir tidak ada lagi misionaris dari Eropa, malah sebaliknya, mulai banyak imam dan biarawan-biarawati dari Indonesia dikirim sebagai misionaris ke Eropa, Afrika, dan beberapa negara lain.

Lalu pada hari Minggu Misi ini, kita perlu menyadari bahwa tugas misi adalah tugas kita semua. Kita disadarkan melalui Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja “Pada hakikatnya, Gereja peziarah bersifat misioner, sebab berasal dari perutusan Putera dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa” (AG 2). Gereja, yang adalah kita semua umat beriman ini, secara mendasar ikut sepenuh-penuhnya ambil bagian dalam misi Yesus Kristus. Atas dasar baptisan dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, itulah kita mendapat mandat untuk ikut serta dalam mewartakan karya keselamatan yang dibawa oleh Yesus untuk semua orang.

Untuk melaksanakan tugas misi itulah, kita diutus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah. Untuk itu kita perlu mempersiapkan diri, membekali diri agar misi kita sesuai dengan kehendak Allah, dan menyatu dengan karya misi Yesus dalam Gereja-Nya. Yesus, memberi pesan dan perintah kepada para murid: “Pergilah ke seluruh dunia dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai engkau sampai akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Dari waktu ke waktu, perintah ini dijabarkan dengan pelbagai tekanan dan pengkonkretan yang cocok dengan zaman dan tempat.

Mengamalkan perintah Yesus ini membawa konsekuensi dan tanggung jawab yang tidak ringan. Untuk bermisi, diperlukan sikap berani untuk meninggalkan egoisme dan kemapanan diri dan pergi mendatangi dan membantu mereka yang miskin, malang, terlantar dan memerlukan perhatian. Diperlukan pengorbanan yang tidak sedikit, tenaga, pikiran, doa, dana, dan lain-lain. Namun ingat apa yang disabdakan oleh Allah pada hari Minggu ini kita bisa merasa terhibur. Nabi Yeremia, sebagai utusan Allah mengajak kita untuk bergembira dan bersukacita. Alasannya jelas dan mendasar: Allah telah menyelamatkan umat-Nya. Oleh karena itu menjadi giliran orang yang sudah masuk dalam karya keselamatan itu harus mewartakan karya Allah itu kepada sesama. (Bdk. Yer. 31:7-9).

Dalam Perjanjian Baru, kegembiraan itu menjadi lebih konkret, karena kehadiran Kristus telah mengalahkan maut, dan kuasa dosa. Itulah isi pewartaa misi kita. Agar mereka menjadi lebih terbuka hatinya dan matanya untuk melihat Yesus, seperti Bartimeus (Mrk. 10:46-52). Ia mendengar tentang Yesus yang berkuasa menyembuhkan pelbagai macam penyakit. Ketika mendengar bahwa Yesus lewat, ia minta dikasihani. Ia minta agar disembuhkan dari kebutaannya, dan dapat melihat. Akhirnya Yesus bersabda: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!.” Betapa ia bergembira dan bersyukur atas mukjizat yang dibuat Yesus atas matanya yang buta. Itulah wujud konkret karya keselamatan itu.

Dalam minggu misi ini pun kita diajak untuk mengkonkretkan keselamatan, kebahagiaan, dan sukacita untuk orang lain yang kita mumpai. Kita perlu mewartakan Yesus agar diimani oleh mereka yang terbuka hati. Tugas ikut ambil dalam misi Yesus tentu menyangkut pula pewartaan Injil dan ajakan untuk bertobat. Kewajiban semua orang beriman untuk ikut ambil bagian dalam misi Yesus bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengajak orang lain untuk mengenal Yesus dengan memperkenalkan tindakan kasih-Nya. Dengan demikian orang lain berbuat kasih juga, termasuk untuk orang-orang yang tidak kita sukai, bahkan musuh-musuh kita. Itulah kasih yang menjadi identitas utama murid-murid Yesus. Marilah kita usahakan tindakan kasih itu untuk mengisi Minggu Misi kita semua.

Untuk bermisi, diperlukan sikap berani untuk meninggalkan egoisme dan kemapanan diri dan pergi mendatangi dan membantu mereka yang miskin, malang, terlantar dan memerlukan perhatian.”

HIDUP, Edisi No. 43, Tahun ke-75, Minggu, 24 Oktober 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here