Sinterklas: Seorang Santo dari Turki?

634
“Santo Nikolas” sedang membagikan hadiah kepada umat setelah Perayaan Ekaristi di Gereja Roh Kudus, Munich, Jerman (5/12/2021).
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Dalam berbagai rupa dekorasi atau kegiatan pesta Natal, bisa dipastikan ada sosok Sinterklas. Seorang kakek bertubuh tambun dengan jenggot putih tebal dan mengenakan pakaian khas berwarna merah dengan membawa kantung penuh hadiah, demikian Sinterklas digambarkan. Bagi anak-anak biasanya percaya bahwa sosok Sinterklas sungguh ada. Dia akan datang diam-diam tanpa diketahui untuk membawakan kejutan hadiah. Sedangkan bagi orang dewasa mengganggap sosok Sinterklas hanya sebuah figur imajinatif yang meramaikan suasana Natal. Mana yang betul?

Ikon Santo Nikolas, buatan Ukraina

Sinterklas (dalam Bahasa Indonesia) atau Santa Claus (dalam Bahasa Inggris) sungguh merupakan seseorang yang pernah hidup. Dialah Santo Nikolas, yang hidup di abad ke-3.  Ia lahir di Patara, Asia Kecil (wilayah Turki) pada 15 Maret 270 dari keluarga pedagang kaya raya asal Yunani. Nikolas merupakan anak tunggal, yang sejak usia 5 tahun gemar berpuasa di hari Rabu dan Jumat. Setelah kematian orang tuanya, ia menggunakan seluruh harga warisannya untuk membantu orang-orang yang kesulitan.

Di kemudian hari, ia tinggal bersama pamannya, yang juga bernama Nikolas dan merupakan uskup Patara. Dari pamannya, ia banyak mempelajari ilmu agama dan hidup religius hingga akhirnya ia pun menjadi seorang imam.

Ia sempat melakukan peziarahan ke Yerusalem. Sekembalinya dari Yerusalem ia dipilih menjadi Uskup Patara. Perhatiannya kepada orang miskin dan tertindas begitu besar.

Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa di Patara ada seorang bapak yang jatuh bangkrut. Ia hendak menjual ketiga anak gadisnya ke pelacuran agar bisa membayar hutang. Mendengar berita itu, tergeraklah hati Uskup Nikolas untuk menolong. Suatu malam, Uskup Nikolas melemparkan 3 kantong emas melalui jendela rumah bapak tersebut. Akhirnya tiga kantong emas itu digunakan untuk membayar hutang dan selamatlah ketiga anak itu karena batal dijual.

Santo Nikolas meninggal pada 6 Desember 343 di usia 73 tahun. Dan sejak dinyatakan sebagai orang kudus oleh Gereja Katolik, maka diperingati setiap 6 Desember.

Dari kisah inilah muncul penafsiran untuk mengisahkan kebaikan hati St. Nikolas sebagai sosok kakek baik hati yang datang di musim dingin secara diam-diam untuk memberikan hadiah bagi anak-anak. Seiring perkembangan zaman, sosok St. Nikolas semakin sekuler dan dijadikan sarana komersil kepentingan iklan suatu perusahaan besar dengan menjadikannya sosok Sinterklas yang mengenakan kostum berwarna merah dan membawa kantong besar berisi hadiah.

Tradisi Peringatan Santo Nikolas di Eropa

6 Desember merupakan hari yang selalu dinantikan oleh anak-anak di Eropa. Pada hari itulah mereka akan menunggu di rumah untuk dikunjungi sosok Santo Nikolas yang membawa hadiah. Lalu ada juga pesta untuk anak-anak di gereja. Mereka bisa duduk di sekeliling altar, mengelilingi sosok Santo Nikolas yang akan bercerita dan membagikan hadiah. Ada hadiah spesial yang sangat dinantikan anak-anak, yaitu jeruk mandarin dan kacang. Mengapa jeruk dan kacang? Karena bagi masyarakat Eropa, bukan hal mudah untuk mendapatkan jeruk dan kacang terlebih pada musim dingin. Selain itu, seiring dengan berkembangnya jaman, hadiah yang dinanti juga berupa coklat berbentuk karakter Santo Nikolas.

Coklat Santo Nikolas yang merupakan tradisi peringatan Santo Nikolas (6 Desember) di Eropa.

Seperti apa sosok Santo Nikolas yang hadir dalam pesta-pesta tersebut? Bukan seperti Sinterklass yang selama ini kita kenal, melainkan sosok seorang uskup, lengkap dengan jubah, kasula, mitra serta tongkat uskup. Secara fisik memang digambarkan bahwa Santo Nikolas berjanggut lebat berwarna putih. Ya, karena masyarakat Austria memperingati Santo Nikolas berdasar sejarah yang sebenarnya, bukan memperingati Sinterklas yang lebih bernilai sekuler atau komersil.Meskipun banyak negara mengenal sosok Santo Nikolas sebagai Sinterklass, namun di Austria tetap diperingati berdasar sejarah aslinya. Maka yang ditampilkan adalah sosok Santo Nikolas sebagai seorang uskup.

Santo Nikolas mengunjungi para tunawisma di Munich Jerman dan membagikan hadiah Natal.

Semoga sosok Santo Nikolas atau Sinterklas yang kita lihat bukan sekedar sebagai sebuah perayaan sekuler, melainkan mengingatkan kita untuk selalu berbagi dan peduli pada sesama.

Sr. Bene Xavier dari Munich Jerman

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here