Karena Pernah Ketergantungan, Pastor Felix Amias, MSC Harus Minta Izin Khusus di Pesta Perak

415
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – MERAYAKAN 25 tahun imamat, bagi Pastor Felix Amias, MSC merupakan momen menemukan kembali betapa besar karya Tuhan selama menapaki panggilannya. Ia jatuh bangun. Namun ia merasakan cinta Tuhan lebih dahsyat dari apa yang ia pikirkan.

Sulung dari enam bersaudara, kelahiran Kampung Meto, Papua, 3 November 1964 ini, setamat SD dan SMP, melanjutkan ke SPG YPPK Yos Sudarso, Merauke, Papua, 1982-1985. Di SPG inilah benih-benih panggilannya mulai tumbuh.

“Awalnya saya hanya ingin coba-coba mengikuti pertemuan bersama teman-teman lain. Namun, timbul gejolak untuk ikut mendaftar tapi masih ada keraguan. Jadi pergi ke seminari dengan ketidakpastian,” tuturnya saat merayakan pesta peraknya pada akhir tahun 2021 lalu.

“Tak pernah terlintas sama sekali dalam pikiran saya menjadi imam. Orang tua saya tak pernah ‘berurusan’ dengan Gereja, hanya orang Katolik biasa saja. Bapak memang pernah dipercaya warga sebagai kepala desa. Sebagai anak sulung, saya selalu ikut bapak dan melihat langsung bagaimana ia memimpin banyak orang secara bijaksana. Ini sangat mempengaruhi hidup saya,” tuturnya.

Mengambil moto tahbisan Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa (Lukas 5:8), Pastor Felix melihat panggilannya sebagai pilihan Tuhan sendiri. “Kalau Tuhan sudah memanggil, kita tidak bisa melawan dan jaminan sudah ada. Tuhan memberi rahmat yang saya perlukan sebagai imam. Tidak mungkin Tuhan memilih dan mengutus tanpa bekal. Hanya bagaimana menyadari apa yang menjadi  kemampuan sebagai imam untuk melakukan sesuatu,” ungkapnya.

Alkisah, pada usia tiga tahun imamatnya, ia mengalami kecelakaan. Mata kanannya harus dioperasi empat kali dan semuanya gagal. “Saya sangat depresi berat. Pelariannya ke minuman alkohol yang membuat saya akhirnya ketergantungan. Peristiwa ini membuat saya mudah rapuh dan kehilangan pengendalian diri,” ungkap imam yang pernah bertugas di Keuskupan Manado dan Keuskupan Agung Makasar ini.

Pastor Felix mengaku, ia ‘terjerembab’ sampai pada titik paling nadir dalam hidupnya. “Saya merasa, orang tidak perduli pada saya, bagaimana saya bisa mengatasi ketergantungan itu. Saya  menengok kembali ke belakang. Dulunya saya selalu patuh pada orang tua dan tidak pernah buat masalah,” ujar pria yang kemudian harus menjalani rehabilitasi di Filipina, Manila.

“Bayangkan, 20 tahun ketergantungan alkohol! Ketika mendapat kesempatan rehabilitasi, saya tersadar, bahwa ini momen bagi saya untuk berubah. Maka, saya langsung cepat berubah dengan kesadaran yang cukup karena kalau saya tidak berubah,  saya menyusahkan diri saya sendiri,” sharingnya.

Selama tiga tahun pemulihan, ia tidak diperbolehkan minum minuman beralkohol, termasuk anggur Misa. Namun, saat merayakan HUT imamat ke-25, ia meminta izin dan diperbolehkan, setelah itu tidak lagi. “Pengalaman ini meyakinkan saya bahwa Tuhan sungguh menyertai, memberkati, menyelamatkan, dan mengangkat saya dari kekelaman hidup saya,” tambahnya.

Sebagai putra Papua, Pastor Felix berharap kian banyak putra-putri Papua yang terpanggil menjadi imam dan biarawan-birawati.

Helen Yovita Tael (Merauke)

HIDUP, Edisi No.3, Tahun ke-76, Minggu, 16 Januari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here