Uskup Padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX: Jadikanlah Kami Rasul Kerahiman Ilahi-Mu

565
2/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 24 April 2022 Minggu Paskah II Kis.5:12-16; Mzm.118:2-4, 22-24, 25-27a; Why.1:9-11a.12-13.17-19; Yoh.20:19-31.

MINGGU Paskah Kedua, “delapan hari kemudian” (Yoh. 20:26), sesudah “hari pertama minggu itu,” ketika Tuhan Yesus yang bangkit datang menampakkan diri kepada para murid yang berkumpul di rumah “dengan pintu-pintu yang terkunci, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi,” (Yoh. 20:19) kepada para pemimpin mereka, kepada rakyat yang tiba-tiba beringas, kepada orang-orang romawi, bahkan pada diri mereka sendiri. Takut karena merasa begitu bersalah…telah meninggalkan Guru mereka, telah mengkhianati-Nya.

Namun Yesus yang mereka tinggalkan itu datang dan berdiri, bukan di depan pintu, di belakang atau di sudut, tetapi “di tengah-tengah mereka dan berkata: Damai sejahtera bagi kamu!” Indahnya Tuhan kita… yang mempercayakan Diri-Nya kepada orang-orang yang lemah dan rapuh, yang tak dapat dipercaya dan tidak tahu terima kasih ini. Ia datang kepada orang-orang yang justru meninggalkan-Nya, tidak untuk menegur dan memarahi mereka, sumbu yang pudar tidak dipadamkan-Nya, buluh yang terkulai tidak dipatahkan-Nya.

Napas Hidup

Ia menghembusi mereka dan memberikan Roh Kudus, seperti “napas hidup” yang dihembuskan Tuhan Allah ke dalam hidung manusia pertama, menjadikannya makhluk hidup (Kej.2:7). Tuhan yang hidup datang memberikan kehidupan bagi yang mati karena ketakutan dan kecemasan, yang mati karena kekecewaan dan kepahitan masa lalu. Tuhan yang hidup memberi kuasa untuk mengampuni supaya mereka yang hidup saling mengampuni. Akan tetapi, mengampuni diri sendiri ternyata itulah yang paling sulit. Bagi para murid Yesus juga, dan itulah yang menyebabkan mereka tidak bisa move on, sulit memulai dan membuka halaman baru dalam perjumpaan yang begitu nyata. Bukankah Yesus yang datang ini adalah Dia yang disalib itu? Bukankah Dia sendiri sudah menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka?

Minggu Paskah Kedua, “delapan hari kemudian,” Oktaf Paskah sesudah “hari pertama minggu itu” ternyata rumah batin para murid itu masih sama, aneh “pintu-pintu tetap terkunci” (Yoh. 20:26), padahal mereka sudah bersaksi: “Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh. 20:25). Seolah-olah Minggu Paskah Kedua ini dikhususkan bagi dia yang betul-betul absen, tidak hadir atau “tidak ada bersama-sama mereka” (Yoh. 20:24).

Kembaran Kita

Minggu Paskah Kedua ini Minggu Santo Tomas, kembaran kita, yang meragu untuk percaya, mau membuktikan semuanya dengan mata kepala sendiri, mau menuntut satu penjelasan yang masuk akal bagi satu kematian yang menakutkan semua, maut yang tidak masuk akal! Kepada Tomas yang keras kepala ini pun Yesus datang, sekali lagi “berdiri di tengah-tengah mereka,” dan mengulangi salam yang sama: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:26).

Bukan teguran, bukan pula cemoohan, Yesus mengundang Tomas untuk membuat apa yang dia mau: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku, dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Indahnya Tuhan kita yang begitu lemah lembut, menyerahkan diri-Nya bahkan bagi kekerasan hati Tomas Didimus, kembaran kita dalam keraguan dan kekerasan hati, tetapi juga dalam pengakuan kepasrahannya yang paling indah: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28).

Tidak ada pengakuan paling otentik tanpa kata ganti empunya yang menandai kepemilikan ini, bukan hanya rasa memiliki, tetapi juga dimiliki dan dirangkul oleh kerahiman-Nya, seperti Sang Kekasih dalam Kidung Agung itu: “Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku…Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.” (Kid. 2:6,16).

Bagi Tomas yang akhirnya percaya, tidak perlu realisme berlebihan seperti yang dilukiskan oleh Michael Angelo di Caravaggio di mana Tomas benar-benar memasukkan tangannya ke luka yang terbuka di lambung Yesus. Penulis Injil Yohanes tidak mencatat reaksi Tomas selain seruannya. Perjumpaan itu sudah cukup bagi Tomas untuk mengantar kita sampai pada pengakuan terdalam akan keallahan Yesus, bukan hanya sebagai hapalan agama, tetapi sungguh-sungguh keyakinan pribadi: “Tuhanku dan Allahku!”

 Minggu Kerahiman

Minggu Paskah Kedua, Oktaf Paskah “delapan hari kemudian” sesudah “hari pertama minggu itu” bukan hanya Minggu Santo Tomas yang tidak percaya jika tidak melihat. Minggu ini juga Minggu Kerahiman bagi kita semua yang disebut-Nya “berbahagia, karena tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29). Bagi kita juga Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah kita, menghembusi kita dengan napas hidup, membuat kita menjadi orang-orang yang paling beruntung karena “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita” (Ef. 2:4-5).

Pesta Kerahiman Ilahi dirayakan pada hari Minggu Paskah Kedua seperti telah ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada saat kanonisasi Santa Faustina dari Polandia. Pesta ini dipersiapkan dengan novena Kerahiman Ilahi selama sembilan hari berturut-turut, mulai dari hari Jumat Agung. Dalam passio Injil Yohanes yang dinyanyikan itu kita telah memandang pada Dia yang tersalib, berkontemplasi atas lambung-Nya yang tertikam memancar air dan darah, seperti pancaran cahaya kerahiman berwarna putih dan merah yang keluar dari Yesus yang terus mau hadir pada kita, meskipun “pintu-pintu terkunci,” Dia yang terus mendatangi kita meskipun kita terus cenderung menutup diri. “Ya Tuhanku dan Allahku,” jadikanlah kami yang lemah ini, rasul-rasul Kerahiman Ilahi-Mu!

Yesus datang kepada orang-orang yang justru meninggalkan-Nya, tidak untuk menegur dan memarahi mereka, sumbu yang pudar tidak dipadamkan-Nya, buluh yang terkulai tidak dipatahkan-Nya.”

HIDUP, Edisi No. 17, Tahun ke-76, Minggu, 24 April 2022

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here