Masalah Lutut Paus Memaksa Pembatalan Perjalanan Juli ke Afrika

167
Paus Fransiskus meringis kesakitan saat dia bangkit dari kursinya selama audiensi umum di Lapangan Santo Petrus di Vatikan dalam foto arsip 20 April 2022 ini. Atas saran dokternya karena masalah yang sedang berlangsung dengan lututnya, Paus tidak akan melakukan perjalanan ke Kongo dan Sudan Selatan pada awal Juli, Vatikan mengumumkan 10 Juni 2022.
Rate this post

HIDUPKATOIK.COM – Karena masalah lutut yang terus berlanjut, Paus Fransiskus telah menunda rencana perjalanannya ke Kongo dan Sudan Selatan pada 2-7 Juli, kata kantor pers Vatikan.

Matteo Bruni, direktur kantor pers, tidak menyebutkan apakah rencana perjalanan paus ke Kanada pada akhir Juli masih ditetapkan.

“Atas permintaan para dokternya, dan agar tidak membahayakan hasil terapi yang sedang dijalaninya untuk lututnya, Bapa Suci terpaksa menunda, dengan penyesalan, perjalanan apostoliknya ke Republik Demokratik Kongo dan ke Sudan Selatan,” kata Bruni, Jumat (10/6/2022). Perjalanan itu akan dipindahkan “ke tanggal yang akan ditentukan kemudian.”

Meski Paus Fransiskus telah membatalkan beberapa acara sejak pertengahan Januari dan mulai menggunakan kursi roda atau tongkat, Vatikan terus bersikeras bahwa dia akan melakukan dua perjalanan itu pada bulan Juli. Kantor pers Vatikan menerbitkan jadwal terperinci untuk perjalanan Afrika pada 28 Mei dan merilis daftar jurnalis yang terakreditasi untuk penerbangan kepausan ke Afrika, pada 8 Juni.

Bagian perjalanan Sudan Selatan telah dikerjakan selama bertahun-tahun.

Paus Fransiskus dijadwalkan terbang ke Sudan Selatan bersama Uskup Agung Anglikan Justin Welby dari Canterbury dan Pastor Iain Greenshields, moderator Gereja Presbiterian Skotlandia, untuk ziarah perdamaian ekumenis 5-7 Juli. Para pemimpin Katolik, Anglikan dan Presbiterian di Sudan Selatan dan secara internasional telah mendukung proses perdamaian negara dan mendorong para pemimpin faksi yang berlawanan untuk mengakhiri pertempuran dan berkolaborasi demi kebaikan bangsa.

Ketiga pemimpin itu telah mencoba menjadwalkan kunjungan itu sejak 2016 ketika para pemimpin Katolik, Anglikan, dan Presbiterian Sudan Selatan mengunjungi paus dan uskup agung dan meminta mereka pergi untuk mendorong proses perdamaian. Setidaknya 60% penduduk Sudan Selatan, termasuk para pemimpin politiknya, beragama Kristen.

Paus Fransiskus juga akan mengunjungi Kinshasa dan Goma, Kongo, 2-5 Juli dan bertemu dengan para korban dan penyintas kekerasan yang sedang berlangsung di bagian timur negara itu.

Sangat tidak biasa bagi Vatikan untuk mengumumkan perjalanan kepausan dan mempublikasikan jadwal terperinci untuk itu, kemudian membatalkan perjalanan tersebut.

Pada tahun 1994, St. Yohanes Paulus II terpaksa membatalkan dua perjalanan yang direncanakan: satu ke Beirut dan satu lagi ke Sarajevo. Kedua kunjungan itu ditunda karena masalah keamanan. Tapi tahun itu, dia jatuh di kamar mandi dan tulang pahanya patah, yang juga memaksa pembatalan kunjungan Mei ke Belgia.

Vatikan belum memberikan rincian tentang penyakit lutut Paus Fransiskus atau terapinya.
Dalam sebuah wawancara 3 Mei dengan sebuah surat kabar Italia, dia berkata, “Saya mengalami robekan ligamen; Saya akan menjalani prosedur dengan suntikan, dan kita lihat saja nanti.”

Selama beberapa bulan terakhir, Paus Fransiskus telah menghadiri dan memberikan homili di beberapa Misa di mana ia telah dijadwalkan untuk menjadi selebran utama. Misalnya, Kardinal Giovanni Battista Re, dekan Kolese Kardinal, memimpin malam Paskah di Basilika Santo Petrus pada tanggal 16 April, meski Paus Fransiskus sendiri adalah kepala selebran pada hari berikutnya untuk Misa Paskah di Lapangan Santo Petrus.

Setelah Paus Fransiskus mengadakan pertemuan tertutup dengan para anggota Konferensi Waligereja Italia pada 23 Mei, beberapa outlet berita Italia melaporkan bahwa para uskup mengatakan bahwa Paus mengatakan kepada mereka bahwa dia tidak ingin menjalani operasi pada lututnya karena ketika dia menjalani operasi usus besar pada Juli 2021, ada reaksi buruk terhadap anestesi.

Paus telah dirawat di rumah sakit Gemelli Roma pada sore hari tanggal 4 Juli untuk menjalani “intervensi bedah terjadwal untuk stenosis divertikular simtomatik pada usus besar.” Vatikan mengatakan dia diperkirakan tinggal di rumah sakit selama seminggu.
Dia menjalani operasi tiga jam yang mencakup hemikolektomi kiri, yaitu pengangkatan bagian kolon yang turun, operasi yang dapat direkomendasikan untuk mengobati divertikulitis, ketika kantong yang menonjol di lapisan usus atau usus besar meradang atau terinfeksi.

Paus akhirnya tinggal di rumah sakit selama 10 hari.

Pastor Frans de Sales,SCJ; Sumber: Cindy Wooden (Catholic News Service)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here