Partisipasi Alumni Seminari Menengah Santo Paulus Palembang Dibutuhkan

263
Siswa Seminari Menengah St. Paulus Palembang
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COMKeterlibatan alumni tak sekadar soal dana, tapi bagaimana melibatkan mereka dalam formatio sesuai kapasitas mereka.

PADA periode awal proses formatio, Seminari Menengah St. Paulus Palembang mendidik para seminaris mulai dari kelas septima (tujuh) setingkat SMP. Di usianya yang ke-75 tahun ini, ternyata masih cukup banyak rekam jejak alumni yang pernah mengalami periode ini. Satu di antaranya adalah Riboeth Timoteus Sadikin Masli, akrab dipanggil Prof Masli.

Riboeth Timoteus Sadikin Masli

Ia mengalami masa pendidikan di seminari mulai dari tahun 1968 hingga tahun 1973. Ada kenangan tersendiri yang masih membekas sampai sekarang, yaitu tentang proses belajar yang terus-menerus, terutama belajar hidup dalam perbedaan di komunitas yang heterogen.

Saat ini ia masih aktif sebagai dosen di pelbagai universitas di Jabodetabek. Persatuan dalam perbedaan, dan perbedaan dalam persatuan menjadi dinamika hidup yang dialami dan dilihatnya selama berkarya. Apalagi di tengah situasi masyarakat yang beraneka ragam.

Dinamika ini ternyata punya relevansi juga dalam proses pendidikan di Seminari. Menurutnya, alumni dapat berperan dalam mengupayakan agar pendidikan di Seminari dapat tetap eksis dan update. Alumni yang tumbuh kembang sesuai dengan tuntutan kekinian dan mampu meniti kehidupan di era ekosistem zaman sekarang, dipastikan berkenan untuk berbagi.

Para alumni dan seminaris

Alumni tersebar di pelbagai bidang pengetahuan, keilmuan, pengalaman, bahkan ada yang berkecimpung sebagai pemerhati nilai kehidupan, kemanusiaan, dan lain-lain. Mereka berpotensi untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pendidikan di Seminari agar senantiasa berkembang sesuai tuntutan zaman. Hal ini terlihat dari aneka gerakan yang telah dilakukan alumni sebagai bentuk perhatian terhadap almamater.

Layak dan sepantasnya seminari diberi perhatian, karena di dalamnya terpendam keterikatan alumni dan almamaternya. Namun, pesannya, “Ojo dhewe-dhewe”. Jangan ada juga yang ditinggalkan. Lebih efektif dilakukan dalam gerakan bersama, terkoordinasi, terarah dan terpadu dalam perbedaan, serta mengibarkan gerakan paguyuban alumni, salah satunya yang sudah berdiri yaitu PASSpapa (Paguyuban Alumni Seminari Santo Paulus Palembang).

Bersedia dan Mau

Pakde Prapto — panggilan akrabnya, lengkapnya, Petrus Suprapto. Ia mengecap proses pendidikan di Seminari setelah SMA tahun 1994-1996. Pengalaman unik yang masih diingatnya hingga kini adalah saat memasak di kelas menggunakan kompor lilin yang dilakukannya bersama beberapa rekan untuk melepaskan kejenuhan.

Selalu berkarya di tengah masyarakat yang mayoritas Muslim, bahkan pernah hanya satu-satunya yang Katolik memberikan tantangan tersendiri bagi Petrus Suprapto, nama lengkapnya. Saat ini ia berdomisili Bengkulu Tengah dengan  berprofesi sebagai petani dan aneka aktivitas pelayanan gerejawi serta menjadi guru honor bagi siswa-siswi Katolik di 14 sekolah di wilayah Bengkulu.

Petrus Suprapto

Bercermin dari pengalaman dan perjuangan hidupnnya, sebagai alumi, ia berharap agar seminaris selain unggul dalam 4S (sanctitas, scientia, sanitas, socialitas), juga memiliki keterampilan.

Gereja butuh orang-orang yang rela dan bersedia untuk mengorbankan waktu dan dirinya agar pelayanan rohani dapat dialami dan dirasakan oleh umat, terutama yang jauh dari pusat paroki. Alumnui Seminari, seharusnya memiliki ketergerakan hati yang lebih untuk berpartisipasi aktif membantu melayani umat sesuai kemampuan.

Aloysius Kristiawan (Palembang)

HIDUP, Edisi No. 26, Tahun ke-76, Minggu, 26 Juni 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here