web page hit counter
Senin, 14 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sakramen Baptis dan Pengampunan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Romo Benny, Sakramen Baptis adalah sakramen yang diterima oleh seorang Katolik. Mengapa Sakramen Baptis — menurut ajaran Katolik — memberikan pengampunan dosa asal dan dosa-dosa pribadi seseorang? (Helena Nandang, Sukabumi)

GEREJA sejak awal meyakini bahwa Sakramen Baptis memberikan pengampunan dosa bagi penerimanya. Katekismus Gereja Katolik telah menegaskan hal ini bahwa “Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-sika dosa. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah” (KGK 1263).

Prinsip mendasar mengapa Sakramen Baptis memberikan pengampunan adalah kata-kata Tuhan Yesus sendiri saat bercakap-cakap dengan Nikodemus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat manusia ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh. 3:5). Inilah mengapa kemudian rahmat pengampun dosa yang diberikan oleh Sakramen Baptis bukan sekedar simbolik semata karena Sakramen Baptis adalah karya Roh Kudus sendiri yang telah memberikan keselamatan kepada manusia seperti kata Santo Paulus kepada Titus: “pada waktu itu Dia (Allah) telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit. 3:5).

Baca Juga Artikel:  Mengapa Bapa Suci Menambah Kardinal Baru untuk Indonesia: Ada Dua Kardinal Elektor

Kemudian, Sakramen Baptis pasti memberikan pengampunan dosa meskipun dilakukan oleh para pelayan Gereja karena permintaan melakukan Sakramen Baptis dating bukan dari manusia tetapi dari Kristus sendiri yang meminta para rasul untuk melakukannya sebelum perpisahan-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”(Mat. 28:19-20).

Ketiga, Gereja meyakini bahwa Baptis adalah pemberi pengampunan dosa asal karena pembaptisan menganugerahkan kepada seseorang yang menerimanya kehidupan baru dalam Roh Kudus sebagaimana undangan Santo Petrus dalam Kisah Para Rasul: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 3:28). Dan pernyataan Santo Petrus ini juga ditegaskan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma bahwa pembaptisan dalam Kristus adalah pembaptisan dalam kematian Kristus sehingga mereka yang dibaptis tersebut menerima kehidupan baru seperti Kristus yang telah dibangkitkan dari kematian (Bdk. Rm. 6: 3-4).

Baca Juga Artikel:  Mencecap Kesederhanaan dan Keheningan di Stadion Bola

Dengan pemahaman tersebut di atas, Sakramen Baptis itu bukan sekadar suatu yang simbolik karena rahmat yang terjadi bagi penerima Sakramen Baptis adalah nyata. Roh Kuduslah yang bekerja dalam penerimaan Sakramen Baptis. Inilah juga mengapa Gereja meyakini bahwa mereka yang telah dibaptis mendapatkan martabat sebagai anak-anak Allah yang mengambil bagian dalam kodrat ilahi (Bdk. KGK 1265). Karena Sakramen Baptis bukan simbolik semata maka Gereja meyakini bahwa mereka yang menerimanya digabungkan sebagai anggota Gereja dan menerima materai sakramental yang tak terhapus (Bdk. KGK 1272-1273).

Sebagai catatan tentang Sakramen Baptis perlu disampaikan di sini bahwa meskipun Sakramen Baptis memberikan pengampunan dosa asal dan dosa-dosa pribadi, Sakramen Baptis tidak menghapus dosa-dosa yang kemudian dilakukan setelah menerima sakramen tersebut selagi manusia masih hidup. Ini terjadi karena terhapus dosa asal sebagai rahmat yang diberikan oleh Sakramen Baptis bukan berarti kemudian manusia itu kebal dosa atau tidak bisa berdosa lagi. Manusia tetapi bisa berdosa karena memiliki kecenderungan berbuat dosa (concupiscentia) yang diakibatkan oleh keinginan tak teratur dalam diri manusia. Oleh sebab itu, manusia selama hidup di dunia tetap perlu berjuang untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya dengan rahmat yang telah diberikan oleh Allah dalam Sakramen Baptis yang telah diterimanya (Bdk. KGK 1264).

Baca Juga Artikel:  Sesudah 100 di Indonesia, Misi Baru Para Dehonian

HIDUP NO.27, 3 Juli 2022

 

Romo Yohanes Benny Suwito Pr 
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles