Para Pemimpin Jerman yang Terkejut Permasalahkan Peringatan Terbaru Takhta Suci tentang Jalan Sinode

398
Uskup Georg Bätzing dari Limburg pada konferensi pers “Jalan Sinode” Jerman
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Peringatan terbaru oleh Takhta Suci tentang risiko perpecahan baru dari Jerman yang timbul dari ‘Jalan Sinode’ telah ditolak dan disambut dengan ‘keheranan’ oleh penyelenggaranya, yang pada gilirannya menuduh Roma tidak bertindak seperti Gereja sinode.

Namun, setidaknya seorang uskup Jerman dan kelompok reformasi menyambut baik intervensi baru dari Vatikan, lapor CNA Deutsch, mitra berita berbahasa Jerman CNA.

Menyusul pernyataan Takhta Suci, Kamis (21/7), presiden Konferensi Waligereja Jerman dan Komite Sentral Katolik Jerman (ZdK) mengatakan mereka terkejut dengan intervensi tersebut.

“Dalam pemahaman kami, Gereja sinode adalah sesuatu yang lain!” Uskup Georg Bätzing dari Limburg dan Irme Stetter-Karp menyatakan sebagai tanggapan atas intervensi Vatikan. “Ini juga berlaku untuk cara komunikasi saat ini ditangani, yang telah menjadi sumber keheranan bagi kami.”

Mereka menambahkan, “Ini bukanlah contoh komunikasi yang baik di dalam Gereja, jika pernyataan-pernyataan yang diterbitkan tidak ditandatangani dengan nama.”

Sementara seorang uskup Jerman, Uskup Bertram Meier dari Augsburg, menyambut baik pernyataan dari Roma, yang menulis bahwa keprihatinan terhadap persatuan jelas-jelas “berbahaya,” CNA Deutsch melaporkan, penyelenggara “Synodal Way” menuduh Vatikan kurang bersedia untuk berkomunikasi: “Sayangnya, Komite Sinode belum diundang untuk berdiskusi (dengan badan-badan Vatikan) hingga saat ini.”

Dalam pernyataannya, Kamis, Takhta Suci mengatakan: “Jalan Sinode” di Jerman tidak memiliki kekuatan untuk memaksa para uskup dan umat beriman untuk mengadopsi bentuk pemerintahan baru dan orientasi doktrin dan moral baru.”

Catatan Vatikan mengatakan tampaknya “perlu untuk mengklarifikasi” ini, untuk “menjaga kebebasan Umat Allah dan pelaksanaan pelayanan uskup.”

Pernyataan 21 Juli memperingatkan: “Tidak akan diizinkan untuk memperkenalkan struktur atau doktrin resmi baru dalam keuskupan sebelum kesepakatan dicapai di tingkat Gereja universal, yang akan merupakan pelanggaran persekutuan gerejawi dan ancaman bagi persatuan dari Gereja.”

Sebagai reaksi atas tanggapan Bätzing dan Stetter-Karp, sekretaris jenderal Konferensi Waligereja Nordik, yang juga seorang religius Jerman, mengajukan pertanyaan apakah proses kontroversial itu sendiri mengalami “masalah komunikasi”.

Suster Anna Mirijam Kaschner menunjuk pada persepsi yang jelas bahwa proses itu berusaha untuk mengubah — atau menyimpang, dengan “jalannya sendiri yang terpisah” — dari ajaran Gereja tentang sejumlah isu, termasuk selibat, penahbisan wanita, dan moralitas seksual.

Kekuatiran atas risiko penyimpangan dari ajaran Gereja universal tentang “Jalan Sinode” — sebuah Sonderweg dalam bahasa Jerman — pertama kali diangkat pada tahun 2019, ketika Kardinal Reinhard Marx memulai proses tersebut.

Dalam pernyataan terbaru mereka, kekuatiran seperti itu kembali ditolak oleh Bätzing dan Irme Stetter-Karp: “Kami tidak pernah lelah menggarisbawahi bahwa Gereja di Jerman tidak akan mengikuti ‘jalan khusus Jerman’,” kata mereka. “Namun demikian, kami melihatnya sebagai tugas kami untuk menyatakan dengan jelas di mana kami percaya perubahan diperlukan.”

Demikian pula, Kaschner mencatat, Bätzing sejauh ini menolak kekuatiran yang diajukan oleh ratusan uskup; kekuatiran yang diangkat juga oleh umat Katolik di Jerman.

Bätzing sebelumnya juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Paus Fransiskus.

Segera setelah penerbitan peringatan terbaru ini, humas dan salah satu pendiri “New Beginning,” sebuah inisiatif Jerman yang kritis terhadap “Synodal Way,” mengatakan bahwa Vatikan telah menarik “rem darurat” pada proses tersebut: “Bahaya perpecahan telah berakhir,” kata Bernhard Meuser.

Pada awal 2019, Paus Fransiskus memperingatkan perpecahan dalam suratnya kepada umat Katolik Jerman.

Kardinal Walter Kasper, seorang teolog Jerman yang dianggap dekat dengan Paus Fransiskus, pada Juni 2022 memperingatkan bahwa proses tersebut berisiko “mematahkan lehernya sendiri” jika tidak mengindahkan keberatan yang diajukan oleh semakin banyak uskup di seluruh dunia.

Pada April, lebih dari 100 kardinal dan uskup dari seluruh dunia merilis sebuah “surat terbuka persaudaraan” kepada para uskup Jerman, memperingatkan bahwa perubahan besar pada ajaran Gereja yang dianjurkan oleh proses tersebut dapat menyebabkan perpecahan.

Pada bulan Maret, sebuah surat terbuka dari para uskup Nordik menyatakan kekuatiran atas proses Jerman, dan pada Februari, sebuah surat yang berisi kata-kata keras dari presiden konferensi uskup Katolik Polandia menimbulkan keprihatinan serius. **

Frans de Sales, SCJ; Sumber: AC Wimmer (Catholic News Agency)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here