Mendidik Budi dan Melayani dengan Hati

283
Jalan sehat dalamrangka Hut 75 Tahun SMP Katolik Rajawali Makassar.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM -SESUAI dengan identitasnya sebagai lembaga religius apostolik dan kharisma “kesiapsediaan apostolis yang selalu menyesuaikan diri,” Kongregasi  Suster-suster Jesus Maria Joseph (JMJ) ikut ambil bagian dalam perutusan Gereja melalui karya-karya kerasulannya.

Sebagai seorang anak pada zamannya, Pater Mathias Wolff, SJ sang pendiri JMJ, menyadari pentingnya pendidikan dan pengajaran demi kesejahteraan masyarakat. Para suster pertama memberikan perhatian dalam bidang ini dan sampai sekarang pendidikan tetap merupakan inti dan tradisi kita. Dalam perkembangan selanjutnya, kongregasi memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan, sosial, dan pastoral.

Membentuk Kehidupan

Karya pertama yang dilaksanakan oleh suster-suster pada masa-masa awal kongregasi adalah pendidikan. Pendidikan merupakam jalan masuk berdirinya Kongregasi JMJ. Pada masa itu, Pater Wolff melihat kesulitan menyebut kongregasi yang didirikannya sebagai lembaga religius maka ia memulai dengan pendidikan. Impiannya untuk mengangkat martabat kaum perempuan terwujud dalam lembaga ini.

Pastor Wolff memberi nama Pedagogogie Chretienne (pendidikan Kristiani) pada lembaga yang didirikannya. Di dalamnya suster-suster yang telah dibina sebagai religius menjadi guru-guru dan pengelola karya pendidikan. Sampai sekarang, tradisi ini tetap dilaksanakan dalam kongregasi dan disesuaikan dengan perubahan zaman.

Di Indonesia, karya pendidikan formal dimulai tahun 1907 (sekarang SD Sta. Clara) yang berlokasi di kompleks Biara Walterus Tomohon. Pasca kemerdekaan Indonesia, pengelolaan karya-karya kerasulan JMJ dialihkan ke lembaga yang ada di Indonesia, terlepas dari Institut di Belanda. Tahun 1953, seluruh karya Kongregasi (pendidikan, kesehatan, sosial pastoral) dikelola oleh Yayasan Joseph.

Ketika Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2021 tentang yayasan dan mempermudah pengelolaan karya pendidikan dan kesehatan yang berdasarkan regulasi pemerintah dibawahi oleh departemen yang berbeda yaitu Departemen Pendidikan dan Departemen Kesehatan maka kongregasi menyesuaikan pengelolaan lembaga kerasulannya dengan mendirikan Yayasan Ratna Miriam pada tahun 2002.

Dengan demikian, sejak 2002, dalam Kongregasi JMJ telah ada dua yayasan yang mengelola karya-karya Kongregasi JMJ. Yayasan Joseph Yemye mengelola bidang pendidikan dan Yayasan Ratna Miriam mengelola bidang kesehatan dan sosial.

Tahun 2011, Kongregasi harus menyesuaikan pengelolaan bidang kesehatan berkenaan dengan adanya UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang menyatakan, rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak pada bidang perumahsakitan.

Setelah mempelajari, berkonsultasi dengan berbagai pihak, kongregasi mendirikan dua Perseroan Terbatas (PT) yaitu PT. Citra Ratna Nirmala untuk mengelola rumah-rumah sakit di wilayah Provinsi Makassar dan PT. Ratna Timur Tumarendem mengelola rumah-rumah sakit di wilayah Provinsi Manado.

Unit-unit karya kerasulan Kongregasi JMJ yang dikelola oleh Yayasan dan PT adalah pertama, Yayasan Joseph Yeemye yang tersebar di Cabang Jakarta dengan 3 TK, 4 SD, satu SMP dan 2 SMA/SMK. Di Cabang Sulawesi Selatan dan Tenggara dengan 3 TK, 3 SD, 1 SLB, 5 SMP, dan 1 SMA. Cabang Sulawesi Utara dan Tengah dengan 4 TK, 4 SD, 1 SLB-C, 4 SMP dan 2 SMA/SMK.

Kedua, Yayasan Ratna Miriam bidang pendidikan  2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) yakni di Makassar dan Stikes Gunung Maria Tomohon (Sulut); Panti 2 buah yakni Panti Wersa Betania Lembean dan Panti Asuhan Melania Langowan (keduanya di Sulut; Klinik 6 buah yang tersebar di NTB 1 buah,  NTT 3 buah, Sultra 1 buah dan Sulteng 1 buah.

Ketiga, PT CRN dengan 4 Rumah Sakit (RS) yang tersebar di Sulsel 3 buah, dan Sultra 1 buah. Keempat, PT RTT dengan 5 RS yang semuanya tersebar di Sulut.

Kongregasi JMJ juga mengelola 3 rumah retret yang terletak di Malino (Sulsel), di Tomohon Sulut, dan Tana Toraja (Sulsel); dan 2 rumah jompo di Rempang dan Dempasar.

Selain melaksanakan karya-karya Kongregasi, suster-suster JMJ juga membantu mengelola karya-karya Keuskupan yakni Panti Asuhan  Pangamaseang (Keuskupan Agung Makassar), Panti Asuhan Bunda Serayu Banyumas (Keuskupan Purwokerto), Graha Lansia Marfati Paroki Tangerang, Asrama Sta. Theresia Rempang (Keuskupan Pangkalpinang), dan Asrama Putri Kefamenanu (Keuskupan Atambua).

Mgr. Joseph Suwatan, MSC, Uskup Emeritus Keuskupan Manado

“PROFICIAT kepada para Suster JMJ atas buah-buah iman yang telah ditaburkan di dunia selama 200 tahun. Perjuangan dan jatuh bangun, merawat benih iman lewat karya-karya itu telah bertumbuh pesat. Hendaklah para suster harus terus merawat dengan iman, memberi perhatian kepada mereka yang kecil dan miskin di bidang pendidikan, kesehatan, dan karya pastoral lainnya. Setia pada tugas dan terus mewartakan nasihat Pastor Mathias Wolff, SJ-seorang imam yang berani, memiliki visi, tegas dalam panggilan, dan kepedulian terhadap situasi umat beriman.”

Pastor Revi Rafael Tanod, Ketua Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Manado

“SAYA mengenal Suster JMJ sejak kecil ketika mengelolah RS Hermana Lembean karena saya lahir dan dibaptis di situ. Saya merasakan kehadiran Suster JMJ telah mewarnai perjalanan hidup, pendidikan, dan pertumbuhan iman Katolik keluarga saya. Saya tegaskan betapa beruntungnya Keuskupan Manado dengan kehadiran para Suster JMJ di bidang pendidikan, kesehatan, sosial karitatif, pembinaan spiritual, serta pelayanan pastoral. Mereka sangat kental dengan Keluarga Kudus sebagai semangat hidup yang saling memiliki, mengenal, hidup bersama, peduli, saling berkisah tentang iman mereka. Mereka care kepada para guru, karyawan, dokter, perawat, dan umat beriman, termasuk para pastor yang mendapat perhatian para suster. Mereka tanggap pada situasi dan tetap relevan dengan perkembangan dunia. Proficiat 200 tahun JMJ. Teruslah menjadi pewarta kasih dalam seluruh hidup dan karya.”

Sr. Regina Fofid, DSY, Ketua Komisi JPIC Keuskupan Manado

“BUKAN hal mudah membangun dan memperjuangkan karya pelayanan di dunia. Tetapi SJMJ telah berkembang selama 200 tahun dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Karya-karya mereka menjadi berkat bagi banyak umat. Saya mengalami suatu persaudaraan dengan mereka dan selalu terbuka kepada sesama, bekerjasama dengan siapa saja untuk memuliahkan Allah. Spiritualitas mereka digerakan Roh Kudus yaitu para suster diminta menjadi perantara belas kasih Allah dimana saja. Mereka memiliki ciri spiritualitas untuk terus-menerus mengusahakan yang terbaik. Inilah gaya hidup yang selalu hidup dan menggerakkan untuk terus bertumbuh dan berkembang, bahkan menghasilkan buah dalam karya-karya mereka.”

Wenny Lumentut, Wakil Wali Kota Tomohon

“SAYA mewakili Pemerintah Kota Tomohon bersyukur karena Tomohon menjadi tempat puncak perayaan 200 tahun JMJ. Para Suster SJMJ bukan sekarang saya kenal tetapi jauh sebelumnya. Sebagai umat Katolik, saya mengenal para suster lewat karya pelayanan pendidikan, kesehatan dan karya pastoral lainnya. Mereka berkarya dalam semangat kekeluargaan dan tidak pernah mau meninggalkan orang-orang kecil. Keluarga Kudus Nazareth menjadi patron pelayanan mereka sehingga kedekatan para suster dengan keluarga juga ditanamkan semangat Keluarga Kudus. Kehadiran mereka selama 200 tahun telah banyak menghasilkan karya, dan Pemerintah Tomohon sangat bersyukur untuk itu. Setidaknya keterlibatan para suster adalah anugerah bagi masyarakat.”

Yustinus Hendro Wuarmanuk/Lexie Kalesaran (Manado)

HIDUP, Edisi No. 32, Tahun ke-76, Minggu, 7 Agustus 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here