Karena Anak Ingin Kuliah, Suami Marah-marah

229
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATLOLIK.COMPENGASUH yang baik, saya Helena, ibu rumah tangga, anak saya empat. Anak pertama sudah bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan anak kedua baru lulus SMA sedangkan satunya lagi SMP dan terakhir di SD. Saya sedang bingung terkait keinginan anak kedua. Saya sadar, keadaan ekonomi keluarga kami sangat pas-pasan. Di tengah kekurangan itu, anak kedua bersikeras ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Keinginannya itu sudah lama ia utarakan kepada saya. Baru-baru ini, keinginan tersebut saya sampaikan kepada suami. Anehnya, mendengar hal itu, suami saya marah-marah tidak setuju karena tidak punya biaya. Saya bingung, harus berbuat apa. Mohon solusinya.

 Helena S, Bekasi

Salam kenal Ibu Helena. Marah adalah salah satu emosi dasar, dari enam emosi dasar lain yang ada pada manusia. Sebagai emosi dasar, maka marah adalah sesuatu yang wajar terjadi. Marah muncul saat sesuatu yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Suami Ibu Helena menjadi marah, mungkin karena situasi dan kondisi tidak seperti yang beliau harapkan. Ibu Helena bercerita bahwa suami marah dan tidak setuju anak kedua melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya suami Ibu juga menginginkan anak untuk melajutkan kuliah. Hanya saja, karena beliau mungkin merasa tidak memiliki uang untuk biaya kuliah anak, maka beliau tidak menyetujui ide tersebut dan mengekspresikan ketidaksetujuan tersebut dalam bentuk marah.

Merujuk pada buku Men are From Mars, Women are From Venus karangan John Gray (1992) terdapat perbedaan cara laki-laki dan perempuan dalam menangani masalah. Perempuan cenderung untuk bercerita kepada pasangannya atau orang yang ia percayai, saat ia mengalami masalah. Hal ini dilakukan bukan untuk mencari solusi, tetapi hanya supaya didengarkan.

Sayangnya laki-laki melihat sebaliknya. Saat perempuan bercerita, laki-laki berpikir perempuan itu butuh solusi, sehingga ia tidak fokus mendengarkan, melainkan menyiapkan solusi sebagai jawaban. Saat laki-laki belum menemukan solusi, marah adalah salah satu pilihan ekspresi termudah yang bisa diberikan. Melalui marah, sebenarnya laki-laki hendak berkata “aku belum punya solusi atas masalah yang kamu ceritakan!”

Laki-laki berbeda dari perempuan saat menghadapi masalah. Mereka akan cenderung menyendiri dan berusaha sendiri untuk menyelesaikan masalah. Tidak jarang saat ini terjadi, perempuan melihat laki-laki menjadi aneh, tidak perhatian, dan menarik diri. Dua pendekatan yang berbeda inilah yang tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman.

Pada situasi seperti ini apa yang Ibu bisa lakukan? Pertama, Ibu Helena terlebih dahulu tetap membangun pikiran serta sikap positif kepada suami.

Kedua, berbicara Kembali kepada suami, tetapi bukan untuk menceritakan masalah, melainkan untuk memaparkan Langkah-langkah apa yang Ibu sekeluarga bisa ambil untuk berusaha memenuhi harapan anak untuk kuliah.

Ketiga, Ibu bersama suami mengajak bicara anak kedua, tentang altiernatif-alternatif apa yang mungkin diambil untuk mengusahakan cita-citanya; termasuk Langkah apa yang bisa ia ambil jika keinginannya tersebut belum bisa terwujud dengan cepat.

Keempat, yang utama membawa hal ini dalam doa.

Terkait dengan biaya kuliah, saat ini terdapat banyak beasiswa bagi siswa yang kurang mampu secara keuangan. Salah satu program beasiswa adalah Kartu Indonesia Pintar Kuliah, yang diberikan oleh negara. Selain itu masih ada banyak beasiswa dari pihak-pihak swasta. Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya misalnya, disediakan banyak pilihan beasiswa dari berbagai pihak. Ibu bisa langsung berkunjung ke kantor beasiswa di universitas untuk mendapatkan informasi tentang beasiswa apa saja yang tersedia dan langkah-langkah untuk mendapatkannya.

Akhirnya, semoga paparan ini menjawab pertanyaan Ibu, dan Ibu sekeluarga mendapatkan berkat damai sejahtera, serta jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Niat baik, usaha keras, dan doa yang tekun akan menghasilkan buah yang baik. Salam hormat.

Laurentius Purbo Christianto, Dosen Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta

HIDUP, Edisi No. 32, Tahun ke-76, Minggu, 7 Agustus 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here