Evangelisasi: Membaca Injil

1178
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – KATA ‘evangelisasi’ sebagaimana layaknya kata lain dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Biasanya dimulai dengan pengertian secara etimologi. Kata ‘evangelisasi’ adalah kata serapan yang bisa saja berasal dari evangelization (bahasa Inggris) atau evangelizatio (bahasa Latin). ‘Evangelisasi’ kadang diterjemahkan ‘penginjilan’. Sepertinya kata ‘evangelisasi’ lebih banyak digunakan di kalangan Katolik sedangkan kata ‘penginjilan’ di kalangan Protestan. Kedua kata ini berkaitan dengan kata ‘injil’ yang mana amat jelas terlihat dalam kata ‘penginjilan’. Sedangkan kata ‘evangelisasi’ dapat ditelusuri sampai ke kata Yunani euangelion yang dilatinkan menjadi evangelium yang artinya ‘kabar baik’ atau ‘injil’.

Demikian pula dengan kata ‘injil’ yang dapat merujuk pada beberapa hal. Mendengar kata injil, kita akan memikirkan keempat buku Injil yang ada di dalam Perjanjian Baru (Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Kita dapat juga memikirkan pemberitaan tentang Yesus Kristus. Dan lebih luas lagi Injil dapat berarti iman akan Yesus Kristus yang diwariskan oleh Gereja menurut kesaksian para Rasul kepada kita.

Kesulitan akan muncul ketika kita mencoba mendefinisikan evangelisasi dari segi isi atau tentang apa. Kita bisa mengamati bahwa hampir semua kegiatan bisa dianggap bagian dari evangelisasi. Setiap orang ingin kegiatannya disebut evangelisasi. Hampir setiap kegiatan gerejawi dianggap evangelisasi. Untuk melampaui hal ini, selain merujuk pada dokumen-dokumen Gereja, kita perlu mempertimbangkan pengertian yang sederhana dan konkret. Usaha ini tentunya tidak menjamin kita untuk mendapatkan definisi yang memuaskan, tetapi sekurang-kurangnya kita mendapatkan definisi yang umum sehingga setiap orang Katolik dapat bertindak secara nyata menurut definisi tersebut.

Pertobatan Manusia

Paus Paulus VI lewat surat apostoliknya Evangelii Nuntiandi (EN) menawarkan definisi yang tepat. Paus terlebih dahulu memperlihatkan pengertian yang kurang lengkap. Beliau mengatakan bahwa ada kecenderungan mengidentikkan ‘evangelisasi’ dengan “mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya, berkhotbah, memberikan katekese, memberikan Baptis dan sakramen-sakramen lainnya” (EN 17). Kemudian Paus memberikan definisi yang Gereja pikirkan yaitu “membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru”.

Beliau menyimpulkan bahwa tujuan dari evangelisasi itu adalah perubahan atau pertobatan manusia (EN 18).

Pertobatan mempunyai arti ganda menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK). Artian yang pertama adalah menjadi anggota Gereja lewat pembaptisan (KGK 1427), sedangkan artian kedua yakni perubahan hidup moral orang Kristen (KGK 1428). Kedua-duanya berkaitan dengan evangelisasi. Berkat evangelisasi seseorang mengambil keputusan untuk menerima Yesus dan masuk ke dalam Gereja-Nya. Berkat evangelisasi juga hidup seseorang dibaharui dan semakin serupa dengan Yesus. Terlihat jelas bahwa evangelisasi mengarahkan kita kepada satu pribadi yaitu Yesus Kristus. Tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa evangelisasi itu bukan pertama-tama tentang ajaran dan program tetapi menyangkut perjumpaan dengan Seseorang yaitu Yesus Kristus.

Kesaksian Hidup

Kita tidak dapat berbicara tentang isi tanpa menyinggung wadahnya. Setelah menunjukkan arti dan isi evangelisasi, Paus Paulus VI menyebut beberapa sarana atau wadah evangelisasi tersebut. Wadah tersebut adalah misalnya kesaksian hidup, khotbah, Liturgi Sabda, katekese, pelayanan sakramen, dan kesalehan populer. Di antara wadah tersebut, kesaksian hidup disebut sebagai sarana utama bagi evangelisasi. Beliau percaya bahwa “manusia modern lebih senang mendengarkan kesaksian daripada para pengajar” (EN 41). Setiap orang Kristen dapat memberikan kesaksian hidup. Inilah wadah yang berlaku umum dan mengikat setiap orang yang sudah dibaptis. Dalam seruan apostoliknya Evangelii Gaudium (EG), Paus Fransiskus juga menekankan kesaksian yang berangkat dari perjumpaan dengan Yesus. Beliau mendorong kita untuk keluar melakukan evangelisasi, meskipun kita tidak sempurna (EG 120-1).

Paus Fransiskus menawarkan ide sederhana tetapi mendalam tentang evangelisasi. Pada tanggal 16 Maret 2014, dalam homilinya di salah satu paroki di Roma, Paus bertanya tentang tugas orang Kristen. Menurut beliau tugas pertama orang Kristen adalah mendengarkan Yesus. Beliau mengajak untuk mendengarkan Yesus setiap hari dalam Injil. Yesus yang adalah Firman menjadi makanan yang paling bergizi bagi jiwa kita. Ia akan meneguhkan iman kita. Selanjutnya Paus menyarankan agar kita selalu membawa Injil ukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku kita, sehingga ketika ada waktu luang, kita boleh membaca beberapa kalimat. Beberapa hari kemudian, Paus Fransiskus membagikan secara gratis kitab Injil ukuran kecil di lapangan Basilika S. Petrus untuk dibawa pulang dan dibaca setiap hari, karena di dalamnya Yesus sendirilah yang berbicara.

Homili dan tindakan Paus Fransiskus tersebut memadukan arti, isi, tujuan, dan wadah evangelisasi yang kita coba pahami dari awal. Meskipun tidak terlalu tepat, kita dapat mengatakan bahwa membaca Injil setiap hari adalah wadahnya. Mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama adalah artinya. Jika kita tekun membaca Injil halaman demi halaman, kita akan semakin dekat dengan Yesus dan semakin diubah oleh-Nya. Bukankah Yesus adalah isi dari evangelisasi dan pertobatan adalah tujuannya? Dengan demikian apa yang kita coba pahami dari awal tentang evangelisasi terpenuhi dalam tawaran Paus Fransiskus untuk membaca Injil setiap hari.

Pemahaman dan Metode

Evangelisasi itu berkelanjutan dan sudah mulai ketika kita membaca Injil. Itu berarti bahwa membaca Injil perlu menjadi kebiasaan orang beriman. Supaya kita tekun melakukannya, kita perlu pemahaman dan metode yang sederhana.

Pertama, kita perlu memahami bahwa membaca Injil bukanlah tambahan di atas kegiatan rohani yang telah kita lakukan. Ia perlu menjadi yang utama. Saat kita membaca Injil, kita sedang berdoa, beribadah, atau berdevosi, karena saat itu kita mendengar Tuhan dan berbicara kepada-Nya, merenungkan kehendak dan janji-Nya, dan mensyukuri apa yang Dia telah lakukan, serta memohon berkat dan pertolongan sebagaimana yang Dia telah janjikan.

Kedua, kita perlu menyederhanakan cara kita membaca Injil. Paus Fransiskus menganjurkan untuk memiliki Injil yang dapat dimasukkan ke dalam saku atau tas, supaya kita dapat membacanya kapan dan di mana saja. Tidak perlu memikirkan waktu khusus dan berapa lama. Kita membaca semampu kita. Yang penting adalah kita tekun membaca Injil setiap hari, meskipun itu satu ayat. Kita perlu membiarkan Roh Kudus yang menuntun kita. Ada berbagai cara memilih teks, misalnya membaca secara random, mulai dari halaman pertama, memilih perikop yang menyenangkan, atau seturut kalender liturgi. Ada pula berbagai cara memperlakukan teks yang ada di hadapan kita, misalnya kita berhenti pada satu kata atau kalimat yang berkesan kemudian merenungkannya atau membaca saja tanpa merenungkannya.

Ketiga, kita mungkin lupa apa yang kita baca, perbuatan kita masih jauh dari tuntutan Injil, atau lambat dalam membaca dan memahami. Kita tidak perlu khawatir  karena hal seperti ini adalah sekunder. Orang yang suka dan tekun membaca Injil akan melampaui semuanya itu dengan bimbingan Roh Kudus. Dia yang telah membangkitkan keinginan untuk membaca Injil dalam diri kita, Dia pulalah yang akan menyempurnakannya. Akhirnya kita yakin bahwa pelaku utama dari evangelisasi adalah Roh Kudus.

Paus Fransiskus menganjurkan untuk memiliki Injil yang dapat dimasukkan ke dalam saku atau tas, supaya kita dapat membacanya kapan dan di mana saja.

Fransiskus Sule, Dosen Sekolah Tinggi Fisalafat Driyarkara

HIDUP, Edisi No. 34, Minggu, 21 Agustus 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here