web page hit counter
Minggu, 6 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Makna Kolekte

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Pastor, setiap hari Minggu (Sabtu sore), dalam Perayaan Ekaristi di gereja, umat mengumpulkan kolekte. Saya ingin tahu, apakah benar kolekte itu merupakan kegiatan liturgis? Apakah sebetulnya makna kolekte bagi kita umat Katolik?(Patrik, Jakarta)

BENAR, kolekte termasuk kegiatan liturgis. Kolekte dibuat pada awal Liturgi Ekaristi, dan biasanya dibawa bersamaan dengan roti, anggur dan air dalam prosesi persembahan. Dalam Pedoman Umum Misa Romawi (73) tertulis demikian: “Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar. Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi. Pada altar ditata korporale, purifikatorium, Misale, dan piala, kecuali kalau piala disiapkan di meja samping. Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur, lalu diterima oleh imam atau diakon dan diletakkan di atas altar. Meskipun sekarang roti dan anggur tidak disediakan sendiri oleh umat seperti pada zaman dulu, namun ritus mengantar persembahan ini tetap mengandung arti dan nilai rohani yang sama. Pada saat ini diterima juga uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja. Semua ini tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.”

Dipisahkan antara persembahan yang menjadi ‘bahan’ tubuh dan darah Kristus dan bahan-bahan yang ditujukan untuk keperluan Gereja dan orang miskin. Hosti dan anggur biasanya sudah disiapkan di Gereja sedangkan kolekte dibawa oleh umat. Pada jaman dahulu, seperti disinggung dalam pedoman tersebut, umat juga membawa roti dan anggur. Roti itu bahkan beragi, bulat dan diberi irisan seperti salib di atasnya agar mudah dibagi-bagi. Tentu saja tidak semua akan dikonsekrir menjadi tubuh dan darah Kristus, melainkan secukupnya saja. Sisanya akan dibagikan sesudahnya oleh imam dan diakon kepada kaum miskin. Kesaksian para Bapa Gereja seperti Yustinus Martir (+165), Hypolitus (+235) dan Cyprianus dari Kartago (+258) menunjukkan bahwa praktek ini sudah lama dihidupi Gereja. Ekaristi selalu berkaitan dengan diakonia. Barangkali dalam abad kedelapan praktek berubah, di mana untuk menekankan kemurnian dan kesesuaian dengan tradisi Yahudi (Bdk. 1Kor. 5:7-8), mulai digunakan roti tak beragi yang khusus, yang pembuatannya dipercayakan pada para imam atau biarawati (Josef Lamberts, 1997). Akibatnya umat tidak membawa roti dan anggur lagi, dan menggantinya dengan persembahan lain, yang terarah pada kebutuhan Gereja dan orang miskin.

Meskipun caranya berubah, kolekte tetap mempunyai makna rohaninya.

Pertama, kolekte adalah tanda partisipasi umat dalam persekutuan yang dirayakan. Ekaristi adalah tindakan communio. Semua, baik imam maupun umat, mempesembahkan diri dalam misteri keselamatan ini. Persembahan ini kemudian diangkat oleh imam sebagai persembahan hasil bumi dan usaha manusia, dan disatukan dalam kurban Kristus dan menjadi roti kehidupan dan minuman rohani bagi seluruh umat. Di situlah persekutuan kita sebagai Gereja diteguhkan. Kolekte meneguhkan partisipasi umat dalam gerak komunio ini.

Kedua, kolekte mengingatkan kita akan dimensi sosial Ekaristi. Belajar dari Kristus gurunya, sejak awal Gereja mempunyai keprihatinan bagi kebutuhan orang miskin. Keprihatinan ini dinyatakan melalui kolekte. Keselamatan yang mereka rayakan wajib dibagikan pada sesama. Altar Kristus terhubung ke altar dunia nyata. Dulu imam dan diakon, akan segera membagikan roti pada umat. Sekarang Gereja menggunakan uang persembahan untuk kelangsungan Gereja.dan karya-karya karitatif bagi orang miskin.

Tambahan, kolekte biasanya dibuat bila banyak umat terkumpul, misalnya pada hari Minggu atau Hari Raya. Pada misa-misa pribadi atau kelompok, kolekte bisa ditiadakan.

HIDUP NO.37, 11 September 2022

 

Pastor Gregorius Hertanto, MSC
(Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles