60 Tahun SMK Mikael Solo: Selain Ngasah Keterampilan Teknis, Mengembangkan ‘Keterampilan Rohani’ Juga

237
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SMK Katolik St. Mikael Surakarta atau Michael College (MICO) adalah salah satu karya pendidikan kejuruan milik Serikat Jesus (SJ/Jesuit) Provinsi Indonesia. Sekolah ini didirikan oleh Pastor H. Wakkers, SJ di Kota Surakarta, Jawa tengah 60 tahun lalu. Ribuan tenaga-tenaga terampil dan berkualitas di bidang teknik mesin industri telah mewarnai pertumbuhan dan perkembangan industri secara nasional. Para lulusan MICO tak terlalu kesulitan memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Bahkan, sejumlah perusahan nasional harus indent untuk mendapatkan tanda tangan lulusan dari sekolah ini.

Sebagai salah satu sekolah dibawah naungan Serikat Jesus, kejesuitan itu pun ikut ditransformasikan kepada para siswa sejak mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah ini. Semangat Ignatian adalah semangat yang dihidupi, baik oleh peserta didik maupun (baca lebih-lebih) para pendidik/pendamping dan tenaga-tenaga yang berperan di bidang administrasi. Ada empat nilai yang ditanamkan, yakni Competence, Conscience, Compassion dan Commitment.

Tentu saja proses penghayatan nilai-nilai dilakukan dengan pelbagai cara. Proses melihatkan semua pihak (stakeholder) sekolah ini. Peserta didik dilatih untuk menyadari keberadaannya hadir di sekolah, ke mena arah (oritensi) yang mau dicapai. Mereka tak hanya mengejar keterampilan atau kompetensi di bidangnya tetapi juga kesadaran akan makna hidup. Kelak mereka bukan tukang-tukang atau robot-robot yang hanya bekerja berdasarkan perintah. Setiap hal perlu disadari sebagai sebuah proses. Maka dalam setiap proses pendidikan, para siswa SMK telah dibiasakan dengan examen ala Ignatian.

Di dalam latihan itu, mereka diberi kesempatan untuk merefleksikan setiap latihan-latihan dalam praktik pembelajaran. Latihan bukan sekadar praktik rutin, tetapi bagaimana latihan tersebut dimaknai sebagai sebuah jalan menjadi seorang pribadi yang memiliki karakter kuat dan bela rasa terhadap sesama dan lingkungan.

Kendati di sekolah ini juga terdapat peserta didik dari kalangan agama lain, namun hal itu tidak menjadi kendala. Examen lebih pada pemeriksaan batin yang juga dapat ditemukan di agama-agama lain. Esensi setiap keberagamaan adalah kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap proses hidup kita. Menemukan kehendak Allah dalam setiap karya.

Proses pendidikan inilah yang menjadi pembeda sekolah Mikael dari sekolah sejenis. Sekali lagi, para peserta didik tak sekadar terampil tapi juga memiliki ‘keterampilan rohani’ sebagai fondasi dasar yang berperan sebagai kompas hidup mereka di kemudian hari.

Pasca 60 tahun tentu tantangan bukan makin ringan. Sebaliknya akan jauh lebih berat dan kompleks. Karena itu, tak bisa berhenti atau berpuas diri pada pencapaian saat ini. Kendati selalu berada di garis depan atau terdepan dalam pendidikan vokasi, terus melakukan inovasi dan pembaruan merupakan keniscayaan. Cura personalis yang menjadi salah satu ciri khas pendidikan kolese-kolese SJ akan menjadi ‘pembeda’ yang lain yang tidak dimilik oleh sekolah-sekolah lain.

HIDUP, Edisi No. 39, Tahun ke-76, Minggu, 25 September 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here