HIDUPKATOLIK.COM – Beberapa tahun lalu, saya sekeluarga diberi kesempatan berkunjung ke Vatikan. Selama tiga malam di Roma, kami menginap di hotel bekas biara susteran. Pada meja tamu di lobby hotel, tergeletak sebuah buku tebal dan pada sampulnya ada foto seorang Paus. Jujur saya tidak mengenali beliau. Buku ini ditulis dalam Bahasa Italia yang jelas tidak saya pahami. Namun ada terbaca satu nama Giovanni XXIII. Apakah ini buku tentang Santo Yohanes XXIII? Ternyata benar, Giovanni (Italia) = John (Inggris) = Yohanes (Indonesia).
Bila ada buku setebal lebih dari 10 cm dan ditulis khusus mengisahkan seseorang, pastilah jasa orang ini penting. Maka mulailah saya googling untuk mencari tahu apa peran dan jasa Sri Paus yang bergelar Santo ini. Ternyata Santo Yohanes XXIII adalah Paus yang mencetuskan diadakannya Konsili Vatikan II pada tahun 1962. Hasil konsili ini telah mengubah wajah Gereja Katolik secara luar biasa. Pantas saja beliau begitu dihargai dan dicintai.
Angelo Guiseppe Roncalli, nama kecil beliau, lahir dalam keluarga petani miskin di kota kecil Sotto il Monte, Provinsi Bergamo, Italia. Anak keempat dari pasangan Giovanni Battista Roncalli dan Marianna Giulia Mazzolla ini, lahir pada tanggal 25 November 1881. Angelo menempuh pendidikan Seminari menengah di Bergamo lalu melanjutkan ke Seminari Tinggi di Roma. Pada usia relatif muda, 23 tahun ia ditahbiskan menjadi imam. Tak lama setelah ditahbiskan, ia diminta menjadi Sekretaris Uskup Bergamo Mgr. Giacomo Radini Tadeschi. Tugas yang setia dijalani selama 10 tahun, sampai tahun 1914 saat Uskup meninggal.
Pada tahun yang sama, pecah Perang Dunia I, dan selama empat tahun Angelo bergabung dengan militer Italia sebagai Pastor dan sebagai anggota korps medis. Seusai PD I, Angelo dipanggil pulang ke Roma membantu Paus Pius XI di Vatikan. Pada tanggal 3 Maret 1925, Angelo ditahbiskan menjadi Uskup Agung Aeropolis.
Karya Angelo berikutnya adalah perjalanan keliling beberapa negara, dimulai tahun 1931 sebagai nuncio (perwakilan diplomatik) untuk Bulgaria, berlanjut tahun 1935 sebagai nuncio di Turki dan Yunani. Selanjutnya pada tanggal 23 Desember 1944 Paus menunjuknya sebagai Apostolik Nuncio (Duta Kepausan) ke Perancis untuk memediasi pertikaian antara para klerus konservatif dan para klerus radikal. Semua tugas dari Sri Paus dilaksanakan dengan baik, sehingga Paus Pius XII mengangkatnya sebagai kardinal untuk Patriark Venicia, Italia pada tanggal 15 Januari 1953.
Lima tahun kemudian, tepatnya 28 Oktober 1958 secara mengejutkan Kardinal Angelo Guiseppe Roncalli yang saat itu sudah berusia 77 tahun terpilih menjadi Paus dalam Konklaf yang digelar setelah meninggalnya Paus Pius XII. Sebagai Paus Ia memilih nama Yohanes XXIII. Usia yang sudah lanjut dan kondisi kesehatan yang juga tidak prima, membuat banyak orang menduga Paus baru ini tak akan bertahan lama. Dugaan yang tidak salah, karena Sri Paus hanya menjabat kurang dari 5 tahun.
Namun dalam kurun waktu yang singkat ini, Tuhan rupanya punya rencana luar biasa dengan memakai tangan Paus Yohanes XXIII. Terbukti beliau sangat dihargai oleh para pemimpin gereja non Katolik karena upayanya mempersatukan Gereja Tuhan yang terpecah-pecah. Walau banyak tentangan, Sri Paus terus berupaya mereformasi hubungan Gereja Katolik dengan Gereja Denominasi Kristen lainnya seperti Gereja Protestan, Gereja Ortodoks Yunani, dan Gereja Anglikan Inggris. Suatu hal yang pada waktu itu tidak terbayangkan dapat muncul dari kekuasaan tertinggi Tahta Suci.
Hanya beberapa bulan setelah menjabat, pada tanggal 25 Januari 1959, Sri Paus mengumumkan niatnya untuk mengadakan sebuah Konsili guna membahas cara-cara pembaharuan Gereja Katolik agar dapat berdampingan dengan dunia modern, mempromosikan keragaman dalam kesatuan Gereja, dan membahas reformasi untuk Gerakan Ekumenis dan liturgi. Setelah melalui persiapan panjang, maka pada tanggal 11 Oktober 1962 dimulailah sebuah konsili besar dan bersejarah yang kita kenal sebagai Konsili Vatikan II. Konsili ini berlangsung selama tiga tahun lebih dan baru selesai pada tanggal 8 Desember 1965 pada masa Paus Paulus IV.
Paus Yohanes XXIII tak sempat menunggu sampai selesainya Konsili, ia tutup usia pada pukul 19:50 tanggal 3 Juni 1963 karena sakit kanker yang dideritanya. Jenazahnya dimakamkan di Via de Grotto, Vatikan. Gereja mengakui hidup kudusnya sehingga ia menerima beatifikasi pada 3 September 2000 oleh Paus Yohanes Paulus II dan kanonisasi pada 27 April 2014 oleh Paus Fransiskus.
Paus Yohanes XXIII bertubuh gemuk menampilkan sosok bapak yang peduli dan mengayomi. Beliau menjadi Paus yang sangat dicintai karena perhatian dan cintanya kepada sesama. Karena perjuangannya dalam mempersatukan gereja-gereja. Serta karena semangatnya dalam upaya pembaharuan Gereja sehingga buahnya sangat dirasakan hingga saat ini. Sungguh beliau layak dijuluki Good Pope John (Paus Yohanes yang Baik Hati).
Fidensius Gunawan, Kontributor, alumni KPKS Tangerang, tinggal di Tangerang, Banten