Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko: Bergerak Bersama Atasi Persoalan

391
Mgr. Robertus Rubiyatmoko
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – DIJUMPAI sebelum memimpin perayaan Ekaristi penutupan Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan SE-Indonesia (PKKI) XII, 9-14/9/2022, Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko sempat membagikan beberapa harapan terkait fokus perhatian dan isu-isu yang diangkat dalam forum ini.

Dalam hal digitalisasi media dan proses katekese yang diupayakan, ia menyampaikan, “Semoga forum ini bisa membantu para katekis yang begitu banyak, baik yang bersertifikat maupun tidak bersertifikat di semua keuskupan Indonesia ini.”

Ia juga beharap semoga peserta bisa sungguh terbekali, baik terkait pengadaan bahan-bahan pengayaan katekese, maupun cara-cara berkatekese di era digital dengan teknologi modern sehingga katekese berlangsung efektif efisien. “Dengan cara demikian akan tersediakan berbagai macam bahan katekese digital yang bisa diakses oleh siapa pun, termasuk mereka yang non-Katolik,” ujarnya.

Harapannya, kata Uskup Rubiyatmoko, mereka makin paham tentang kekatolikan itu seperti apa, Gereja Katolik itu bagaimana, agama Katolik itu seperti ini. “Sebaliknya, orang Katolik pun perlu belajar tentang agama-agama lain, sehingga terciptalah kebersamaan. Kita membangun hidup bersama yang sungguh toleran, yang bisa bersatu bersaudara secara kekeluargaan”.

Moderasi Beragama

Sementara saat ditanya mengenai isu moderasi beragama di Indonesia saat ini, dan khususnya perkembangan yang mungkin terjadi menjelang tahun politik 2024, Uskup Ribiyatmoko menjelaskan, “Kalau melihat perkembangan sekarang tampak makin bagus situasi dalam beragama. Umat makin mengerti, dan mampu bekerja sama terutama dipicu oleh situasi pandemi.”

Uskup Rubiyatmoko mengatakan, umat Katolik bisa bergerak bersama mengatasi persoalan masyarakat bersama-sama, lintas iman, sehingga bisa saling mengenal, orang Katolik seperti apa, orang Islam seperti apa, dan seterusnya.

“Ini bukan soal ajaran agamanya tetapi soal tandang gawene, lebih tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan bonum commune. Lalu jika terkait dengan situasi 2024 dan politik yang akan berkembang, kita perlu melihat apakah pondasi yang sudah dibentuk sekarang ini makin kuat ataukah akan buyar. Hal ini tergantung banyak pihak, terutama mereka yang berkontestan, apakah mereka lebih mengutamakan kepentingan bersama bagi bangsa, ataukah punya agenda kepentingan sendiri atau kelompoknya yang dominan,” paparnya lebih jauh.

Uskup Rubiyatmoko berpesan supaya nasionalisme harus terus dilestarikan karena politik identitas akan selalu menjadi bahaya yang bisa memecah bangsa.

“Dengan adanya perkembangan katekese ini diharapkan kita mempunyai basis yang kuat untuk mendukung semua hal baik itu,” imbuhnya. (Ve)

HIDUP, Edis No. 41, Tahun ke-76, Minggu, 9 Oktober 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here