PUKAT dan Korban Bencana Alam Cianjur

89
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – BARU saja kita dikejutkan oleh gempa di Cianjur, Jawa Barat. Menurut rilis dari Caritas Indonesia pada 23 November 2022, jumlah koban meninggal dunia mencapai 268 jiwa, korban hilang sejumlah 151 orang; yang mengungsi 58.362 orang; 12.641 rumah yang mengalami  rusak berat, 2.071 rusak sedang, dan 6.579 rusak ringan.

Dari sejumlah informasi yang diperoleh media ini, selain pemerintah daerah/pusat (Presiden Jokowi sudah dua kali meninjau tempat kejadian), kalangan lembaga nonperintah pun langsung memberikan bantuan darurat yang dibutuhkan para korban, mulai dari minuman, makanan, pakaian, kesehatan, dan lain-lainnya.

Di dalam lembaga nonpemerintah itu terdapat pula dari kalangan Gereja Katolik seperti Caritas Indonesia, Caritas Keuskuan Bogor, Keuskupan Bandung, Pemuda Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, ISKA, dan lain-lain. Tentu saja Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat) baik Pukat Daerah maupun Pukat Nasional ikut di dalamnya.

Komunitas yang disebut terakhir ini termasuk salah satu komunitas yang selalu berusaha hadir dan berbuat secara konkret bila terjadi bencana alam ataupun peristiwa lain baik di kalangan internal Gereja maupun masyarakat luas.

Dari namanya, para profesional dan usahawan ini ingin juga memberikan kontribusi atau mengabdi bagi Gereja dan bangsa. Dalam perspektif yang lebih luas, ingin ikut mewartakan kerajaan Allah di dunia. Dunia mereka adalah dunia usaha dan profesi masing-masing. Di situlah mereka diutus untuk menjadi terang dan garam dunia.

Sebagai kelompok kategorial, para profesional dan usawahan ini diberi tempat untuk memperat pesaudaraan di antara mereka, serta memperkuat atau memperdalam kekatolikan mereka melalui pelbagai macam kegiatan seperti seminar, rekoleksi, retret, ziarah rohani, dan lain-lain. Pada Konvensi Nasional Pukat Nasional di Makassar menjelang pertengahan tahun ini kian disadari betapa peran para profesional dan usahawan ini semakin dibutuhkan. Para profesional dan usahawan tidak hanya ‘didekati’ saat diperlukan. Mereka juga perlu diajak ‘berjalan besama’ dalam dinamika keuskupan (Gereja Lokal) masing-masing.

          Gerak cepat pelbagai kolompok teritorial dan ketegorial dalam menggapi bencana alam Cianjur misalnya memperlihatkan kesadaran yang tinggi dari semua pihak (internal) Gereja untuk peduli kepada sesama.

Tanpa ‘dikomando’ oleh hierarki, masing-masing langsung bergerak dan bejejaring dengan yang lain. Ada kelompok kategorial yang langsung membuka posko bantuan di lokasi kejadian agar penyaluran bantuan segera bisa diteruskan kepada para korban.

Kita berharap bahwa soliditas seperti ini tak hanya tampak dalam keadaan tertentu saja (menanggapi bencana) tetapi juga dalam mengantisipasi pelbagai persoalan yang dihadapi oleh umat Katolik bersama-sama dengan umat beragama (warga masyarakat) yang lain. Pukat dapat menjadi salah satu pendulum yang menggerakkan sekaligus merangkul komunitas lain untuk kian bergerak dan berjalan bersama ke depan menuju Indonesia yang lebih baik.

HIDUP, Edisi No. 49, Tahun ke-76, Minggu, 4 Desember 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here