Thomas Aquino, Sang Pelindung Semua Lembaga Pendidikan Katolik

506
Santo Thomas Aquinas
5/5 - (8 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Salah satu SMA Strada berlokasi di Kota Tangerang, mengambil nama SMA St. Thomas Aquino. Belasan tahun lalu, saya cukup sering lalu lalang di depan SMA ini, karena tidak jauh dari kantor. Jadi nama St. Thomas Aquino cukup menancap di benak, walau sama sekali tak kenal siapa dan kenapa beliau diberi gelar santo. Maka beberapa waktu lalu, ketika mencari siapa orang kudus yang diperingati pada bulan Januari, nama Thomas Aquino langsung menarik hati. Santo Thomas Aquino diperingati oleh Gereja setiap tanggal 28 Januari dan wajib.

Tommaso d’Aquino (Bahasa Italia) atau Thomas Aquinas, memang berasal dari Aquino, Lazio (masa kini), Italia Selatan. Ia lahir pada tahun 1225 dari keluarga bangsawan nan makmur. Ayahnya Pangeran Landolph dan ibunya seorang putri bangsawan bernama Theodor. Ia mempunyai paman bernama Sinibaldo yang adalah seorang abbas (pemimpin) biara Benediktin di Monte Cassino. Thomas kecil diarahkan oleh orang tua mereka untuk masuk biara ini termasuk memperoleh pendidikan dasar di Monte Cassino.

Sejarah Gereja mencatat, pada abad pertengahan (tahun 500M hingga 1500M) sering terjadi gesekan perebutan kekuasaan antara Gereja dan Negara/Kerajaan.  Hal ini juga terjadi pada awal tahun 1239. Ada Perang Salib Baron, sehingga timbul konflik militer antara Kaisar Frederico II dan Paus Gregorius IX. Dampaknya Thomas terpaksa tidak dapat melanjutkan pendidikan di Biara Benediktin.  Orang tuanya memindahkannya ke universitas di kota Napoli.

Di Kota Napoli inilah pada usia 19 tahun Thomas memutuskan bergabung dalam Ordo Dominikan (Ordo Pewarta – OP). Ini tak lepas dari jasa  Giovanni di S. Giuliano, seorang pengkhotbah Dominikan di Napoli, yang aktif memperkenalkan OP dan merekrut anggota-anggota yang dinilai saleh. Ordo Dominikan sendiri didirikan oleh St Dominikus pada 22 Des 1216 dan mempunyai moto “Celakalah aku jika tidak mewartakan Sabda Allah” (1 Kor 9:16b). Para Dominikan ini banyak berjuang melawan kelompok bidaah yang mengajarkan ajaran sesat.

Keputusan Thomas bergabung dengan Ordo Dominikan ternyata ditentang pihak keluarga, terutama ibunya. Saat dalam perjalanan ke Roma (pusat OP), Thomas ditangkap oleh saudara-saudaranya sendiri atas perintah Theodor ibunya dan dipenjara di kastil Monte San Giovani. Satu tahun Thomas dibujuk dan digoda, namun tak membuatnya surut dari tekad semula.  Hingga akhirnya pihak keluarga mengalah dan membiarkan Thomas dapat melarikan diri dari penjara. Ia berangkat ke Roma untuk menghadap Master Jenderal Ordo Dominikan.

Selanjutnya pada tahun 1245 Thomas diutus untuk belajar di Universitas Paris dan disana ia berkenalan dengan Albertus Magnus seorang dosen teologi yang juga Dominikan. Tiga tahun kemudian, Albertus diutus mengajar di Universitas Köln dan Thomas memutuskan mengikuti sang guru. Di Köln inilah Thomas mulai ikut mengajar Kitab Suci Perjanjian Lama, sambil menulis tafsir kitab-kitab Perjanjian Lama.

Kemudian Thomas menyelesaikan pendidikan masternya di Paris. Setelah itu mulailah perutusan utama Thomas yakni mengajar teologi di universitas terkemuka. Ia berpindah-pindah perutusan antara Köln, Paris, Roma, dan berakhir di Napoli. Di sela-sela mengajar ini, Thomas menulis banyak buku. Bahkan sangat banyak, namun sekaligus tulisan-tulisan yang berpengaruh. Beberapa yang terkenal sampai sekarang adalah Summa Contra Gentile dan Summa Theologiae. Selain menulis, ia juga mengarang hymne untuk Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus yang sampai sekarang masih dinyanyikan seperti Tantum Ergo, Panis Angelicus, dan Pange Lingua.

Di Paris, antara 1269-1272 saat ia menjabat sebagai Magister Regens, ia melawan aliran filsafat Averroisme dan Aristotelianisme yang dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja. Ia menuangkan argumennya dalam suatu karya tulis berjudul De unitate intellectus, contra Averroistas (Tentang Kemanunggalan Intelek, melawan Kaum Averrois). Serta De aeternitate mundi, contra murmurantes (Tentang Keabadian Dunia Ini, melawan Para Penggerutu) yang membahas paham kontroversial Averrois dan Aristotelian mengenai tiada berawalnya dunia ini.

Dua tahun terakhir masa hidupnya dijalani di Napoli, setelah pada tahun 1272 ia diminta Ordo nya untuk mendirikan sebuah stadium generale (universitas) dan menjabat sebagai Magister Regens. Di Napoli ia juga terus menulis, salah satunya Summa Theologiae bagian ketiga. Homilinya tentang Sepuluh Perintah Allah, Syahadat Para Rasul, Doa Bapa Kami, dan Salam Maria pun sungguh sangat mendalam dan popular.

Selama di Napoli ini ada dua kisah mistik yang dialami oleh Thomas. Salah satunya dikisahkan oleh seorang koster bernama Dominico dari Caserta. Ia bersaksi melihat Thomas sedang berdoa di hadapan ikon Kristus Tersalib dalam Kapel St Nikolas. Begitu menghayati doanya sampai Thomas nampak menangis dan ia terangkat melayang di udara (levitasi). Lalu terdengar percakapan “Engkau telah menulis dengan baik tentang Aku, Thomas. Upah apa yang akan engkau dapatkan atas pekerjaanmu?” Thomas menjawab, “Tidak ada selain Engkau, Tuhan.” Thomas sendiri tak pernah menceritakan hal ini.

Thomas meninggal pada 7 Maret 1274 setelah beberapa waktu sebelumnya mengalami kecelakaan dalam perjalanan untuk menghadiri Konsili Lyon II memenuhi undangan Paus Gregorius X. Ia sempat dirawat oleh para rahib biara Fossanova (Ordo Sisterian) namun tak tertolong. Paus Johanes XXII pada tanggal 18 Juli 1323 menganugrahkan gelar Santo. Pada tahun 1880, Paus Leo XIII mengangkat St Thomas Aquino  sebagai santo pelindung semua lembaga pendidikan Katolik. Gelar Doctor Angelicus (Pujangga Malaikat) pun disematkan pada namanya.

Masa hidupnya memang kurang dari 50 tahun, tapi karya-karya abadi hingga saat ini. Teladan dan sikap doanya perlu dihayati dan layak kita ikuti. Ia hanya menghendaki balasan “Tidak ada, selain Engkau Tuhan”.

Fidensius Gunawan, Kontributor, Tengerang

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here